Harga Sawit
INILAH 3 Pemicu Rontoknya Harga Sawit Rakyat
Setidaknya ada tiga pemicu rontoknya harga sawit rakyat, mulai dari stok CPO melimpah, proses perizinan yang lambat hingga kualitas CPO menurun.
Menurutnya, dengan harga CPO domestik yang ada saat ini ditambah biaya olah plus margin (Rp. 1.500/kg), maka harga minyak goreng curah di pabrik seharusnya di harga Rp 12.526/kg atau Rp. 11.525/liter.
Dengan demikian harga keekonomian minyak goreng curah seharusnya sudah berada di bawah HET yang sebesar Rp 14.000/kg.
"Saya perkirakan bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama mekanisme pasar akan melakukan koreksi terhadap harga minyak goreng secara keseluruhan.
Tanpa melakukan apa pun, harga migor curah akan turun di bawah HET dan minyak goreng kemasan harganya akan berada di bawah Rp 20.000/kg," tutupnya.
Desakan dari Serikat Petani Indonesia
Merosotnya harga sawit terjadi tepat satu bulan setelah Presiden Jokowi mencabut larangan ekspor crude palm oil (CPO).
Serikat Petani Indonesia (SPI) mendesak pemerintah segera mengeluarkan kebijakan responsif dan solutif untuk mendongkrak harga sawit.
Baca juga: Sawit Tak Berharga Lagi Bikin Petani Merugi, SPI Desak Pemerintah Segera Cari Solusi
SPI menilai saat ini harga sawit sudah pada titik nadir karena petani sudah sangat merugi.
"Ini sudah sangat luar biasa, sawit yang jadi komoditas ekspor seperti tidak ada harganya sama sekali," kata Ketua Umum SPI Henry dalam siaran persnya dikutip dari Kompas.com, Jumat (24/6/2022).
Di Pasaman Barat, Sumatera Barat, harga sawit sudah Rp 600 per kilogram.
Henry memaparkan, harga sawit yang diterima para petani SPI di wilayah lain juga kompak mengalami tren penurunan yang signifikan.
"Bahkan di Tanjung Jabung Timur, harga TBS (tandan buah segar) mencapai di bawah Rp 500 per kilogram kalau aksesnya jauh dari jalan. Ini kan sudah kelewatan. Laporan hari ini ada yang sampai Rp 300 per kilogram," sambungnya.
Henry menjelaskan, terjun bebasnya harga sawit ini karena Indonesia dibawah cengkraman korporasi global sawit.
"Mendesak sudah ini agar kita membangun sistem persawitan di Indonesia yang tidak tergantung dari pasar internasional yang dikuasai oleh korporasi-korporasi global.
Hajat hidup petani, orang banyak, dikuasai oleh cukong-cukong transnasional perseorangan yang pemerintah kita pun hampur tidak berdaya melawannya," paparnya.