Harga Sawit

Harga Sawit Anjlok Terendah Sepanjang Sejarah, Kapan Harga Sawit Naik Lagi? Ini Kata Pemerintah

Harga Sawit Anjlok Terendah Sepanjang Sejarah, Kapan Harga Sawit Naik Lagi? Ini Kata Pemerintah

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
Tribunnews
Ilustrasi harga sawit hari ini 

BANGKAPOS.COM - Harga sawit hari ini makin anjlok.

Bagaimana tidak, di Bangka Belitung, harga sawit di tingkat petani ada yang hanya dibanderol Rp250 per kilogram TBS.

Petani bahkan menyebut saat ini harga sawit anjlok terendah sepanjang sejarah.

Lantas kapan harga sawit naik lagi?

Ya, pemertinah telah mencoba mencari solusi persoalan harga sawit hari ini yang makin anjlok.

Walau tiap provinsi atau daerah harganya berbeda-beda, persoalan umumnya bisa dibilang sama: harga sawit hari ini tak kunjung naik.

Sementara di sisi lain, harga pupuk yang melonjak tinggi tak kunjung turun.

Petani kian menderita. 

Misalnya, harga sawit hari ini di Provinsi Bangka Belitung semakin murah. 

Upaya anggota DPRD Babel yang sempat mendatangi Kementerian Perdagangan (Kemandag) beberapa waktu lalu nampaknya tak membuahkan hasil.

Hingga Jumat (8/7/2020) hari ini, harga TBS sawit malah makin jatuh yakni berkisar Rp 250 per kilogramnya.

Kondisi ini membuat sejumlah petani kelapa sawit terus menjerit diakibatkan Harga Tandan Buah Segar (TBS) terus anjlok. 

"Harga sawit saat ini makin parah anjloknya Rp 250 per kilogramnya di tingkat petani. Ini sejarah harga sawit paling rendah,"kata Yanto petani sawit asal Desa Jeriji, Kabupaten Bangka Selatan, kepada Bangkapos.com, Jumat (8/7/2022).

Baca juga: Perkiraan Pemerintah Tak Terbukti, Harga TBS Sawit Justru Makin Anjlok

Dia mengatakan, harga sawit hari ini yang cuma Rp 250 per kilogramnya maka itu berarti lebih murah dari harga satu buah permen kojek yang sering dijual di pasaran.

"Jadi harga sawit saat ini babak belur, untuk beli permen kojek satu saja tidak cukup, yang harganya Rp 500 hingga Rp 1.000 per butirnya," keluh Yanto.

Yanto, menerangkan murahnya harga sawit saat ini berdampak ke kalangan petani.

Mereka terpaksa tidak memanen buah sawit yang telah berbuah di pohon karena harga murah.

"Para petani sebagian membiarkan tidak memanen buah sawitnya dibiarkan saja di pohon.. Karena mereka malas melihat harga saat ini yang sangat murah. Sementara biaya  pupuk dan racun semakin mahal," katanya.

"Seperti pupuk KCL semula Rp 300.000 per sak sekarang Rp 850.000, per sak, pupuk
NPK Kebomas sebelumnya Rp 270.000 sekarang Rp 550.000, NPK mutiara sebelumnya Rp 500.000 sekarang Rp 900.000 per sak," keluhnya.

Sementarawa itu, Anggota DPRD Provinsi Bangka Belitung Heryawandi meminta kehadiran negara atau pemerintah pusat menyelesaikan persoalan harga sawit hari ini.

"Kondisi ini jangan sampai dibiarkan berlangsung lama. Akhirnya nanti petani frustasi. Apabila negara membiarkan rakyat merugi terus, artinya membiarkan masyarakat untuk kelaparan," kata Heryawandi yang juga Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Babel.

Ia mengharapkan, semua pemerintah daerah di kabupaten/kota dan provinsi bersatu untuk menyuarakan harga sawit hari ini agar kembali normal kembali.

"Kita ingin menggalang semua potensi daerah, dari kepala daerah, Pj gubernur, kita berharap melakukan konsolidasi yang intens dengan sejumlah kepala daerah se-Babel. Mengambil langkah taktis dan strategis mendesak pemerintah pusat menyelesaikan persoalan ini," tegasnya.

Ia menegaskan kelapa sawit merupakan hasil pertanian yang mayoritas dihasilkan masyarakat di desa-desa.

Petani sawit adalah mata pencarian utama masyarakat di desa-desa yang ada di Bangka Belitung.

"Soal sawit ini, semakin memperparah kondisi ekonomi masyarakat Bangka Belitung. Karena kelapa sawit ini sudah menjadi kategori perekonomian rakyat yang mayoritas di pedesaan," lanjutnyan

Apalagi lanjut dia, harga tandan buah segar kelapa sawit petani mandiri di pabrik kelapa sawit per Kamis 7 Juli 2022 menurun.

Data dari Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Bangka, tidak mencapai Rp 1.000,- perkilogramnya. 

"Jika terus terjadi seperti ini, pemerintah pusat tidak menjadikan ini sebuah persoalan yang penting, pasti akan muncul persoalan baru.  Sekali lagi saya tekankan, ini soal ekonomi masyarakat Bangka Belitung, hajat orang banyak, jadi kita minta, menuntut negara atau pemerintah pusat hadir dalam permasalahan ini," tegasnya.

Baca juga: Banyak Pabrik CPO Belum Beroperasi, Tangkinya Penuh, Harga TBS Sawit Jatuh, Petani Jadi Korban

Kepala Disperindag Babel, Tarmin, telah bersama dengan Anggota Komisi II DPRD Babel mendatangi Kemendag RI, pada Selasa (28/6/2022) lalu.

Tujuan mereka untuk menanyakan dan menyampaikan aspirasi masyarakat Babel terkait melorotnya harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit yang makin murah.

Dikatakan Tarmin, satu di antaranya penyebab murahnya harga sawit karena para eksportir kebanyakan stok untuk ekspor dan mengakibatkan murahnya harga buah sawit.

"Sekarang ini menjadi persoalan para eksportir sendiri banyak kendala yang dialami mereka, sehingga tidak dapat menampung TBS dari masyarakat. Artinya stok yang dimiliki mereka banyak. Kemudian ditambah kendala teknis lain untuk menjual keluar," kata Tarmin.

Tarmin mengharapkan, kondisi saat ini cepat dapat diatasi pemerintah pusat sehingga masyarakat petani dapat kembali merasakan harga TBS kepala sawit yang mencapai Rp 3.000 per kilogramnya.

"Kalau kami ini sebagai pemerintah berkeinginan normal, tetapi persoalan harga ini ditentukan dan ada mekanisme pasar," terangnya.

Untuk rincian harga beli TBS milik petani di tingkat pabrik perusahaan pengelolaan kelapa sawit

- PT Gunung Maras Lestari (PT. GML) harga beli TBS Rp800/kg, PT Mitra Agro Sembada (PT. MAS) Desa Labu di harga Rp720/kg.

- PT Mutiara Agro Sejahtera (PT. MAS) Desa Kapuk seharga Rp 850/kg, dan PT Payung Mitra Jaya Mandiri (PT. PMM) menghargai TBS sawit petani dengan harga beli Rp 900/kg.

- Pabrik PT Gunung Pelawan Lestari (PT. GPL) harga beli TBS hanya menyentuh Rp730/kg, PT Putra Bangka Mandiri (PT. PBM) seharga Rp775/kg dan PT Gemilang Cahaya Mentari (PT. GCM) membeli TBS seharga Rp190/kg.

Kapan Harga Sawit Naik Lagi?

Petani, distributor hingga eksportir sawit di Bangka Belitung mengeluh macetnya ekspor minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) saat rapat koordinasi membahas permasalahan Harga Tandan Buah Segar (TBS) dan proses perizinan ekspor kelapa sawit secara virtual, Rabu malam (7/7/2022). 

Macetnya ekspor terjadi karena ketersediaan kapal yang masih minim.

Akibatnya kapasitas tangki minyak sawit penuh. 

Penjabat (Pj) Gubernur Bangka Belitung, Ridwan Djamaluddin akan membantu berkoordinasi dengan Indonesian National Shipowners Association (INSA), soal adanya kesulitan pada masalah logistik kapal angkutan. 

"Artinya Pemprov Babel mendukung bagaimana untuk meningkatkan harga TBS dan ekspor CPO kembali lancar, namun semua regulasi ada di pemerintah pusat," ujarnya dalam rilis, Jumat (8/7/2022). 

Selain itu dirinya juga menyetujui usulan agar pemerintah pusat menurunkan tarif PE (Pungutan Ekspor) CPO yang selama ini dibebankan kepada petani sawit

"Termasuk regulasi agar jangan dibuat repot, karena saya mendapat laporan bahwa proses di Kementerian Perdagangan RI yang masih rumit," katanya. 

Baca juga: Ternyata Ekspor CPO Macet Jadi Penyebab Anjloknya Harga TBS Kelapa Sawit, Begini Kata Mereka  

Setidaknya itulah solusi sementara yang bisa diberikan pemerintah di Bangka Belitung agar harga sawit naik lagi.

Sementara itu, Pemerintah Pusat terus bergerak untuk mendongkrak harga TBS petani, dalam hal ini Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) yang ditugaskan Presiden untuk membenahi masalah minyak goreng di Tanah Air. 

Dijelaskan oleh Deputi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto bahwa pihaknya telah menambah rasio ekspor Domestic Market Obligation (DMO) yang sebelumnya 1:5 menjadi 1:7. 

Namun hingga saat ini masalah muncul dari sisi logistik yakni kesulitan mencari kapal pengangkut untuk pengiriman ekspor CPO. 

Hal itu merupakan imbas penerapan larangan ekspor CPO waktu lalu, sehingga kapal-kapal pengangkut tersebut beralih mengangkut CPO dari Rusia. 

“Informasi yang kami dapat bahwa kapal-kapal tersebut baru akan kembali aktif pada minggu kedua di bulan Juli ini,” katanya.

(Bangkapos.com/Cici Nasya Nita/ Riki Pratama)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved