Berita Pangkalpinang
Sungai Rangkui Tak Lagi Indah, Sampah dan Air Berlumpur Akibat Tambang Timah
Masih banyak hak konstitusional warga negara yang belum diterima seutuhnya, salah satunya hak atas lingkungan hidup.
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Sudah 77 tahun Indonesia merdeka, namun harus diakui bahwa persoalan masih menumpuk sekaligus menegaskan bahwa belum sepenuhnya rakyat ini merdeka.
Masih banyak hak konstitusional warga negara yang belum diterima seutuhnya, salah satunya hak atas lingkungan hidup.
Dalam konteks Kepulauan Bangka Belitung, lingkungan yang rusak akibat aktivitas tambang adalah bukti nyata. Akibatnya, warga belum seutuhnya dikatakan merdeka, sebab dari aspek lingkungan hidup masih terus bermasalah.
Adalah Hani (27), seorang warga yang tinggal di kawasan bekas pertambangan di hulu Sungai Rangkui mengakui istilah kemerdekaan belum sepenuhnya dirasakan.
Saat ditemui tim Bangkapos.com, ibu rumah tangga tersebut tampak duduk termenung di kediamannya Kawasan RT 02, Kampung Opas, Kota Pangkalpinang pada Selasa (16/8/2022) siang.
Mengenakan baju kuning bermotif, sesekali ia melihat ke aliran Sungai Rangkui yang dipenuhi dengan sampah dan air berlumpur.
Sambil mengelus dada, dirinya bercerita bahwa kejayaan Sungai Rangkui tak seperti dahulu lagi akibat aktifitas pertambangan di aliran sungai.
"Ya beginilah kondisi sekarang sungai makin dangkal karena pasir dari timah, sampah juga banyak, air jadi kotor," ucapnya kepada Bangkapos.com
Kawasan rumahnya yang terletak bersampingan dengan Sungai Rangkui kini sangat dangkal dan kumuh, bahkan ancaman banjir yang selalu menghantui.
Bagaimana tidak? Perempuan yang sejak lahir tinggal di kawasan tersebut mengakui jauh sebelum tambang hadir, sungai Rangkui sangatlah indah, airnya jernih, ikan-ikan besar pun sangat mudah ditemui.
Maka tak jarang masyarakat sekitar memanfaatkan sungai tersebut sebagai sumber penghidupan.
"Dulu kami sering berenang disini airnya masih dalam dan gak dangkal penuh lumpur kayak sekarang," kenangnya.
Bahkan, para masyarakat sekitar yang didominasi profesi nelayan dengan mudahnya mencari ikan di kawasan itu.
Namun, semenjak kehadiran tambang pada 2011 lalu, semua keindahan Sungai Rangkui beserta kekayaannya turut sirna. Airnya berlumpur dan dangkal sehingga banjir terus mengancam.
Belum lagi suara mesin TI yang menderu kencang sehingga membuat kenyamanan warga sangat terganggu, sebab aktifitas TI dulunya hanya berjarak beberapa meter dari rumah warga. Bunyi yang cukup menganggu tersebut membuat dirinya dan para warga sulit untuk beristirahat dengan tenang.