Kepolisian
Awalnya Digunakan Menpor, Ini Alasan dan Sejarah Penggunaan Loreng 'Darah Mengering' Korps Brimob
dia menganggap seragam itu efektif dipakai di tempat-tempat tertentu berkadar gangguan keamanan dan ketertiban tinggi, seperti hutan dan
Penulis: Iwan Satriawan CC | Editor: Iwan Satriawan
AD AS disebutkan tak jadi memakai seragam motif lorengnya saat bertempur di Eropa karena motif lorengnya mirip dengan seragam tentara NAZI.
Untuk pampasan perang, diceritakan para pejuang sampai bertempur dengan tangan kosong merebut seragam loreng itu.
“Dari para sesepuh TNI maupun Polri yang sempat berlaga dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, beliau menyebutkan bahwa secara hand to hand combat merebut seragam loreng milik NICA untuk digunakan sebagai pakaian dinas lapangan sehari-hari,” demikian dituliskan dalam ‘Naskah Pengaturan’ halaman 19.
Berikut kronologi sejarah pemakaian PDL loreng menurut ‘Naskah Pengaturan’:
-5 Oktober 1954
Seragam loreng motif macan tutul pertama kali digunakan secara resmi oleh RPKAD (Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat, sekarang Kopassus TNI AD-red).
RPKAD memakainya dalam defile, dengan model one pieces alias atasan dan bawahan menyatu.
Pemakaian seragam oleh RPKAD tidak terlepas dari penyerahan semua aset perang dari Belanda pasca peristiwa pemberontakan PRRI dan Permesta.
“Pada massa itu campur tangan peranan Amerika Serikat sangat kentara sehingga untuk menutup malu Amerika kala itu memberikan program ganti rugi yang digelar lewat USAID, semua satuan TNI dan Polri di kala itu di bawah kepemimpinan Soekarno, menggunakan loreng macan tutul,” demikian seperti dituliskan.
-Tahun 1961, Menjelang Operasi Mandala
Disebutkan bahwa satuan-satuan TNI-Polri mulai meninggalkan motif loreng ‘macan tutul’ dan menggantinya sesuai kekhasan masing-masing satuan, seperti RPKAD, KKO (Korps Komando Operasi, sekarang Marinir-red), PGT (Pasukan Gerak Cepat, sekarang Paskhas TNI AU-red) dan Menpor (Resimen Pelopor, cikal bakal Gegana-red).
Di tahun ini secara resmi Menpor menggunakan seragam loreng Pelopor yang secara terbuka diperlihatkan dalam latihan Rimba Laut di Pelabuhan Ratu Sukabumi.
“Pakaian dinas lapangan khas Korps Brimob kedua yang kemudian dikenal sebagai loreng Pelopor adalah asli milik pasukan Resimen Pelopor saat akan ditugaskan pada Operasi Mandala dalam kampanye Trikora,” demikian disebutkan.
-Tahun 1963-1968
Seragam loreng ‘macan tutul’ mulai memudar. Namun ada beberapa satuan yang memakainya, seperti yang dikenakan Mayjen Soeharto di Lubang Buaya pasca tragedi Gestapu.