Imbas Rencana Kenaikan BBM, Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Melemah Terhadap Dolar AS, Segini Nilainya

Pemerintahan Jokowi menaikkan harga BBM jenis pertalite dan solar berimbas terhadap melemahnya nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat

Editor: M Zulkodri
pontas.ID
Rupiah (Indonesia) 

BANGKAPOSCOM---Adanya wacana pemerintahan Jokowi menaikkan harga BBM jenis pertalite dan solar rupanya berimbas terhadap melemahnya nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Padahal sebelumnya Kurs rupiah pekan ini menguat terhadap dolar Amerika serikat (AS).

Nilai tukar rupiah di pasar Spot menguat 0,05 persen ke Rp14.816 per dolar AS.

Artinya selama sepekan terakhir rupiah tercatat menguat 0,29 persen.

dilansir dari kontan.co.id, Research Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan serangkaian sentimen positif muncul di awal pekan ketika Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga 25 basis points menjadi 3,75 persen.

BI mengambil langkah kenaikan suku bunga untuk melawan lonjakan inflasi.

Namun yang menjadi beban bagi rupiah adalah rencana pemerintah untuk menaikkan BBM bersubsidi.

Pemerintah mengungkapkan anggaran subsidi energi hanya Rp 502 triliun sehingga mempertimbangkan sejumlah opsi agar subsidi BBM tidak membengkak, termasuk menaikkan harga BBM.

Dia menyebut, rupiah terancam melemah bila akhir pekan ini adanya realisasi dari pemerintah menaikkan BBM bersubsidi Pertalite dan Biosolar.

Sementara, Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, sentimen positif penguatan rupiah berasal dari surplus perdagangan sebesar US$ 4,22 miliar pada Juli 2022 yang mengindikasikan kinerja ekspor yang terus membaik. 

Pelaku pasar juga merespons positif kenaikan suku bunga BI dengan mewaspadai ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan yang semakin tinggi. 

"Dari sisi eksternal, pasar juga akan mengantisipasi simposium ekonomi Jackson Hole untuk mengetahui arah kebijakan The Fed secara lebih jelas," ujar Reny.

The Fed menegaskan bahwa level inflasi AS pada bulan Juli 2022 yang sebesar 8,5% masih jauh di atas target sebesar 2%.

Oleh karena itu, The Fed masih melihat kenaikan suku bunga Fed Funds Rate akan menjadi respons terhadap inflasi AS yang masih berlanjut tinggi, meskipun harus menghadapi risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi. 

Reny melihat The Fed masih akan melanjutkan kenaikan suku bunga Fed Funds Rate pada tahun ini, sehingga pasar kembali menempatkan dananya ke safe haven dolar AS. Penjualan ritel AS yang membaik dan melaju sebesar 10,3% pada Juli 2022 juga menjadi katalis positif bagi dolar AS.

Nanang memproyeksikan rupiah pada perdagangan Senin (29/8) akan berada di rentang Rp 14.750 per dolar AS-Rp 14.900 per dolar AS. Sedangkan Reny memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.780-Rp 14.956 per dolar AS. 

Dibayangi kenaikan Harga BBM

Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah dibayang-bayangi isu kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Jikalau harga BBM bersubsidi ini naik, maka berdampak kepada inflasi dan perlambatan ekonomi nasional.

Sehingga, apabila nilai tukar dolar AS tak terkendali, dampaknya juga akan dirasakan di perdagangan pasar saham hingga transaksi komoditas.

"(Salah satu) isu yang bisa mempengaruhi nilai tukar rupiah pekan depan adalah rumor kenaikan BBM," ucap Ariston kepada Tribunnews, Sabtu (27/8/2022).

"Ekspektasi pelambatan ekonomi karena kenaikan BBM bisa mendorong pelemahan rupiah," sambungnya.

Selain faktor internal dalam negeri, terdapat juga faktor atau sentimen terkait rencana kenaikan suku bunga The Fed.

Seperti dikutip Kontan, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menunjukkan bank sentral Amerika Serikat (AS) akan terus menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi.

Pernyataan Powell mendorong para pedagang untuk bertaruh pada kenaikan suku bunga yang besar pada bulan depan.

Powell dalam pidatonya mengatakan, ekonomi AS akan membutuhkan kebijakan moneter yang ketat untuk beberapa waktu sebelum inflasi terkendali.

"Kalau pasar menyimpulkan dari komentar Powell bahwa the Fed tidak akan agresif lagi menaikan suku bunga acuannya, dollar pastinya langsung tertekan di awal pekan depan terhadap rupiah," papar Ariston.

"Sebaliknya, sikap the Fed yang masih merisaukan tingkat inflasi AS akan membuat rupiah rentan dengan pelemahan pekan depan. Untuk rentang (angka) proyeksi Rupiah, masih abu-abu," pungkasnya.

Sebagai tambahan informasi, di akhir pekan kemarin (26/8/2022) nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS menguat yakni di level Rp14.817.

Pada penutupan di hari sebelumnya, posisi Rupiah di level Rp 14.822.

Sumber :(Tribunnews.com/ Bambang Ismoyo, Kontan.co.id/ Aris Nurjani)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved