Kisah Tragis Akhir Hidup 5 Gembong PKI, Semuanya Ditembak Mati dan Tak Ada Penghormatan Jenazah

Kisah tragis akhir hidup 5 gembong PKI, semuanya ditembak mati dan tak ada penghormatan jenazah.

Penulis: Widodo | Editor: Teddy Malaka
Tangkapan layar YouTube Matahatipemuda
Dipa Nusantara Aidit tokoh dalam tragedi G30S PKI 1965 

Amir juga sempat menyanyikan lagu Indonesia Raya. Peluru seorang polisi militer mengakhiri hidupnya.

Dipa Nusantara Aidit tragedi G30S PKI 1965
Dipa Nusantara Aidit tragedi G30S PKI 1965 (Tangkapan layar YouTube Matahatipemuda)

Dipa Nusantara Aidit

Dipa Nusantara (DN) Aidit langsung melarikan diri dari Jakarta saat Gerakan 30 September 1965 gagal.

Aidit lari ke daerah basis PKI di Yogyakarta. Aidit lalu berkeliling ke Semarang dan Solo.

Dia masih sempat menemui beberapa pengurus PKI di daerah untuk melakukan koordinasi.

Tanggal 22 November 1965, Aidit ditangkap pasukan Brigade Infantri IV Kostrad di kampung dekat Stasiun Solo Balapan. Aidit bersembunyi dalam sebuah ruangan yang ditutup lemari.

Kepada Komandan Brigif IV, Kolonel Jasir Hadibroto, Aidit minta dipertemukan dengan Soekarno.

Aidit mengaku sudah membuat pengakuan tertulis soal G30S. Dokumen itu rencananya akan diberikan pada Soekarno.

Tapi keinginan Aidit tak pernah terpenuhi. Keesokan harinya, Jasir dan pasukannya membawa Aidit ke sebuah sumur tua di belakang markas TNI di Boyolali.

Aidit berpidato berapi-api sebelum ditembak.

Berondongan AK-47 mengakhiri hidup Ketua Comite Central PKI itu.

Kuburan pasti Aidit tak diketahui hingga kini.

Muhammad Hatta Lukman, tragedi G30S PKI 1965
Muhammad Hatta Lukman, tragedi G30S PKI 1965 (Tangkapan layar YouTube Matahatipemuda)

Muhammad Hatta Lukman

Muhammad Hatta Lukman, orang kedua di Partai Komunis Indonesia setelah Aidit.

Bersama Njoto dan Aidit, ketiganya dikenal sebagai triumvirat, atau tiga pemimpin PKI.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved