Bahaya Mencampur Pertalite dan Pertamax, Ahli ITB Ungkap Fakta Soal Mesin Motor Ngelitik
Dosen ITB Prof. Tri Yuswidjajanto membeberkan efek berbahaya dari bercampurnya Pertamax dan Pertalite untuk kendaraan.
BANGKAPOS.COM - Kenaikan harga BBM subsidi berdampak ke pemilik kendaraan sebagai pengguna bahan bakar minyak.
Sebagian dari pemilik kendaraan beralih dari BBM nonsubsidi ke BBM subsidi untuk menghemat pemakaian BBM.
Terkadang pengendara yang biasa membeli Pertamax mendadak beralih membeli Pertalite.
Hari ini mereka mengisi tangki BBM kendaraan dengan Pertamax, besok pagi beralih ke Pertalite. Sementara, masih ada sisa Pertamax di dalam tangki BBM kendaraannya.
Kebiasaan membeli Pertalite sebagai pengganti Pertamax juga sering terjadi ketika pengendara ingin cepat mengisi BBM di SPBU ketika suasana antrean panjang di loket pengisian Pertalite.
Nah, bercampurnya sisa Pertamax dengan BBM Pertalite yang baru disisi ke dalam tangki kendaraan sering jadi pertanyaan orang.
Baca juga: Heboh Isu Pertalite Boros, Lemigas Cek SPBU, Apa Hasilnya?
Baca juga: BBM Boros, Coba 10 Cara Hemat Pemakaian Pertalite, Pertamax dan Solar
Baca juga: Terjawab Sudah soal Warna Pertalite Berubah dan Biang Kerok Pemakaian BBM Menjadi Boros
Apakah boleh mencampur Pertamax dengan Pertalite untuk operasional kendaraan?
Dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Tri Yuswidjajanto membeberkan efek berbahaya (harm effect) dari bercampurnya Pertamax dan Pertalite untuk kendaraan.
Tri Yuswidjajanto yang juga peneliti LAPI ITB, menyarankan pemotor meninggalkan kebiasaan tersebut karena bisa berakibat buruk untuk motor.
Sering mencapur Pertalite dengan Pertamax memang tidak langsung dirasakan namun bisa merusak mesin lama-lama.
"Sebaiknya kebiasaan campur bensin ditinggalkan karena mengundang harm effect (efek berbahaya)," jelas Prof. Tri Yuswidjajanto kepada MOTOR Plus-online, beberapa waktu lalu.
Kebiasaan tersebut malah berdampak pada berkurangnya kadar detergen yang terdapat dalam bensin Pertamax tersebut.
Alih-alih mendapatkan kadar oktan yang tinggi, yang terjadi malah deposit semakin bertumpuk.
Akibat dari zat aditif dan detergen yang menurun, bisa berakibat menyumbat injektor dan kepala klep serta kepala piston menjadi berkerak.
"Pembakaran yang sempurna memang menghasilkan deposit pada ruang bakar (piston) dan hal tersebut memang wajar,” lanjut Prof. Tri Yuswidjajanto.