Kasus Gangguan Ginjal Akut Pada Anak, Banyak Virus Ditemukan Pada Tubuh Penderita
Penyebab gangguan ginjal akut misterius pada anak masih dicari. Sejauh ini, ada beberapa infeksi virus yang ditemukan pada pasien.
"Tapi, setelah ditata laksana dengan MIS-C, hasilnya enggak berbeda dengan MIS-C yang sebelumnya. Jadi penyebabnya itu kita belum konklusif. Oleh karena itu, butuh investigasi lebih lanjut," ujarnya lagi.
Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati mengungkapkan, ada beberapa gejala yang ditemukan pada pasien yang mengarah pada MIS-C.
Salah satunya terjadi peningkatan inflamasi. Oleh karena itu, tata laksana penanganan pasien gangguan ginjal akut misterius di RS Dr. Cipto Mangunkusumo yang menjadi pusat rujukan pun sesuai tata laksana MIS-C.
"Sebetulnya yang tadi konsisten itu adalah adanya hyper inflamasi yang lebih banyak, yang sangat mungkin terkait MIS-C," kata Eka.
Kendati demikian, investigasi masih terus dilakukan mengingat adanya jenis virus yang tidak seragam.
Jenis virus yang berbeda-beda itu diketahui usai tim dokter anak berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mengirimkan sampel agar diuji dan diperiksa di laboratorium Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK).
Hasil pemeriksaan laboratorium tersebut lantas kembali dikomunikasikan kepada tim dokter.
"Kemudian kami menyimpulkan ada infeksi yang tidak konsisten. Kalau ada satu wabah tertentu, temuan virus atau bakteri akan serupa. Tapi ini sangat beragam," ujar Eka.
"Jadi, kita anggap bahwa mungkin infeksi ini bukan sebagai penyebab utamanya. Mungkin ada sindrom Long Covid-19, itu memang selalu kita cari," katanya lagi.
Lebih lanjut, Eka mengaku belum menemukan jawaban yang spesifik atas kasus tersebut. Sehingga, tidak bisa menyimpulkan adanya keterkaitan antara gangguan ginjal akut dengan vaksinasi Covid-19 yang belum didapatkan oleh balita.
Namun, kata Eka, penderita gangguan ginjal akut didominasi oleh balita.
Berdasarkan data IDAI, ada 75 kasus yang ditemukan pada bayi dengan usia 1-5 tahun dan 35 kasus pada bayi usia 0-1 tahun.
"Saya rasa saya tidak punya data untuk pernyataan apakah berhubungan (dengan vaksinasi), tapi kenyataannya memang yang mengalami gangguan ini adalah kelompok yang belum divaksin. Tapi, apakah itu berhubungan, saya rasa mungkin perlu (penelitian) secara detil," kata Eka.
BPOM Larang 2 Zat Dalam Produk Sirup
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melarang dua zat dalam produk sirup untuk anak maupun dewasa imbas temuan penyakit gagal ginjal akut misterius di Gambia, Afrika.
Dua zat yang dilarang BPOM itu di antaranya dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG).
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20220826-penyebab-batu-ginjal.jpg)