Berita Pangkalpinang

Galeri dan Sanggar Seni Astari Pangkalpinang, Eksis Pertahankan Budaya dan Prestasi  

Sanggar seni di Babel perlahan-lahan mulai terkikis. Pemerhati seni dan budaya bahkan regenerasi untuk pelaku seni juga sudah mulai sulit dilakukan.

Penulis: Andini Dwi Hasanah |
bangkapos.com
Tricahya Karnawati pendiri Galeri dan Sanggar Seni Astari di Pangkalpinang. (Bangkapos.com/Andini Dwi Hasanah) 

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Sanggar seni di Bangka Belitung (Babel) perlahan-lahan mulai terkikis. Pemerhati seni dan budaya, bahkan regenerasi untuk para pelaku seni juga sudah mulai sulit dilakukan. 

Warisan Budaya Melayu Bangka Belitung yang sudah turun temurun ini lambat laun makin kurang peminatnya. 

Galeri dan Sanggar Seni Astari di Pangkalpinang, satu di antara sanggar seni yang hingga kini masih terus eksis dan bertahan di tengah modernisasi.

Deretan piala berjejer rapi dibalik lemari kaca, mulai dari piala seni tari, seni musik, busana terbaik dan banyak lagi.

Baju-baju adat bergantung rapi dilengkapi serta mahkota kepalanya.

Tricahya Karnawati pendiri Galeri dan Sanggar Seni Astari di Pangkalpinang menyebut, hingga kini mempertahankan budaya dan prestasi menjadi hal yang utama untuk sanggar seni bisa tetap bertahan.

Ia tak ingin, sanggar seni hidup hanya karena bayaran setelah manggung tanpa mengandung lagi budaya asli sebenarnya.

Menurutnya, pembinaan seni budaya memerlukan dukungan dan kerja sama Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Hal itu harus dilakukan sebagai bentuk upaya melestarikan budaya asli Bangka Belitung agar tidak punah. "Harapannya sanggar seni tidak hanya memikirkan cuan saja, tapi budaya Bangka Belitung itu betul-betul harus kita angkat. Kita memang perlu biaya tapi bukan meninggalkan budayanya, cerita dan sejarah dalam tarian tersebut," ujar Tricahya saat ditemui Bangkapos.com, Kamis (26/1/2023).

Kata Tricahya, hingga saat ini masih ada 50an anak-anak sanggar yang masih aktif untuk latihan. Bahkan ia kerap terjun langsung untuk memperhatikan apa-apa saja yang dibutuhkan anak-anak sanggar.

"Jadi tampil tidak hanya tampil, mulai dari cerita dan tarian itu harus menyatu, bahkan harus nyambung juga sama bajunya. Dan kostum itu betul-betul kita perhatikan tidak hanya baju biasa kadang H-1 tampil baru kita jahit kostumnya agar betul-betul masuk ceritanya," jelasnya.

Sanggar seni yang sudah berdiri sejak Tahun 2005 itu tidak hanya aktif mengikuti even-even yang ada di Bangka Belitung saja, tapi juga mengikuti berbagai macam kegiatan di luar daerah.

"Yang penting fokus dan terus mempertahankan sanggar seni ini, untun anak-anak dan untuk budaya di Bangka Belitung. Sampai sekarang kami masih terus berupaya agar tarian dan semua budaya ini tidak terkikis," ujarnya.

Dia berharap betul, ada wadah untuk panggung seni di Bangka Belitung agar para sanggar seni dan budaya di Bangka Belitung bisa terus hidup.

"Alun-alun Taman Merdeka itu setiap malam minggu ramai, punggungnya ada kenapa kami tidak pernah dilibatkan, tidak terlalu banyak mungkin kalau mau penganggaran untuk itu. Kami berharap pemerintah lebih merangkul lagi sanggar seni ini agar terus eksis, jangan sanggarnya yang itu-itu saja, tapi banyak sekali anak-anak lain yang berpotensi di daerah ini," jelasnya. (Bangkapos.com/Andini Dwi Hasanah)

 

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved