Bangka Pos Hari Ini
Halaman 9 Bangka Pos Edisi Cetak 8 Maret 2023
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bangka Belitung bersiaga menghadapi kondisi dan dampak dari cuaca ekstrem
Penulis: Suhendri | Editor: fitriadi
HEADLINE
BPBD Bersiaga Hadapi Potensi Cuaca Ekstrem
* Bangka Belitung masih berada di musim hujan hingga akhir Mei 2023
* Pada Maret -April 2023, potensi hujan ringan-sedang masih cukup tinggi
* Dengan masih tingginya potensi pertumbuhan awan konvektif, maka potensi fenomena hujan sedang yang disertai angin kencang dan kilat serta petir juga mengikuti
* BPBD bersiaga menghadapi kondisi dan dampak dari cuaca ekstrem tersebut
Kami siap personel dan peralatan, perlengkapan serta logistik di lapangan. Kami siap 24 jam selama tujuh hari. Untuk data-data dan informasi, kita punya pusdalops di daerah
Mikron Antariksa
Kepala Pelaksana Harian BPBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Dengan masih tingginya potensi pertumbuhan awan konvektif, maka potensi fenomena hujan sedang yang disertai angin kencang dan kilat serta petir juga mengikuti
Kurniaji
Koordinator Bidang Data dan Informasi Stamet Kelas I Depati Amir
BPBD Bersiaga
* Cuaca Ekstrem Berpotensi Melanda Bangka Belitung
PANGKALPINANG, BANGKA POS - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bangka Belitung bersiaga menghadapi kondisi dan dampak dari cuaca ekstrem yang berpotensi melanda wilayah Bangka Belitung hingga beberapa waktu ke depan.
Kesiapsiagaan tersebut ditandai dengan penyiapan personel dan peralatan, serta pengaktifan pusat pengendalian operasi penanggulangan bencana (pusdalops) di setiap kabupaten/kota di Negeri Serumpun Sebalai.
"Kami siap personel dan peralatan, perlengkapan serta logistik di lapangan. Kami siap 24 jam selama tujuh hari. Untuk data-data dan informasi, kita punya pusdalops di daerah dan bisa telepon 117," kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Mikron Antariksa, Selasa (7/3).
Mikron menyebutkan, wilayah Bangka Belitung yang masih kerap diguyur hujan berpotensi menimbulkan genangan air. Karena itu, pihaknya bersiaga menghadapi kemungkinan munculnya genangan tersebut, termasuk bencana hidrometeorologi lainnya.
"Seperti di Natuna itu ada badai mengakibatkan longsor dan banjir, tentu berpengaruh terhadap cuaca di Babel seperti hujan, genangan tetap terjadi," tuturnya.
Mikron juga mengimbau agar masyarakat Bangka Belitung tetap berhati-hati, apalagi masyarakat yang beraktivitas di daerah pesisir karena gelombang laut cukup tinggi di beberapa wilayah utara. "Untuk masyarakat tentu saja harus melihat dan mencari informasi tentang cuaca baik di WhatsApp dan BMKG, agar masyarakat yang terlibat dengan cuaca tentu bisa mengantisipasi cuaca tersebut," kata dia.
Sebelumnya, koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Depati Amir Pangkalpinang, Kurniaji, Senin (6/3), mengatakan, berdasarkan informasi dari Stasiun Klimatologi Koba, Bangka Belitung masih berada di musim hujan hingga akhir Mei 2023. Khususnya pada dasarian II dan III Maret serta dasarian I-II April 2023, potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang masih cukup tinggi.
Hujan dengan intensitas ringan hingga sedang diperkirakan masih kerap mengguyur wilayah Bangka Belitung pada periode Maret-April 2023. Bahkan, hujan berpotensi terjadi setiap hari.
"Sesuai prediksi seperti itu (hujan berpotensi terjadi setiap hari--red), tetapi intensitasnya tidak seekstrem di puncak-puncak musim hujan pada Desember 2022 sampai dengan Januari 2023 lalu," kata Kurniaji.
"Khusus Maret-April seperti demikian (Bangka Belitung berpotensi diguyur hujan setiap hari-- red), tetapi di akhir bulan April hingga pertengahan Mei diprediksi makin berkurang," ujarnya.
Terlepas dari itu, pihaknya mengimbau agar masyarakat Negeri Serumpun Sebalai tetap waspada dan menyiapkan perlengkapan ketika hendak beraktivitas di luar rumah.
"Dengan masih tingginya potensi pertumbuhan awan konvektif, maka potensi fenomena hujan sedang yang disertai angin kencang dan kilat serta petir juga mengikuti. Jadi tetap harus waspada," kata Kurniaji. (s2)
WMO Ingatkan Potensi El Nino
LA Nina adalah fenomena cuaca yang menyebabkan kekeringan hingga bencana banjir. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan bahwa fenomena ini akhirnya akan berakhir.
Kendati demikian, badan internasional tersebut memperingatkan potensi ancaman El Nino mungkin segera terjadi.
Fenomena La Nina yang berangsur menurun telah mendinginkan suhu permukaan yang berdampak luas pada kondisi cuaca global, yang dimulai sejak September 2020.
Terlepas dari efek pendinginan La Nina, tahun 2021 dan 2022, cuaca global cenderung menghangat dibandingkan tahun mana pun sebelum 2015.
Namun, PBB memperingatkan bahwa saat ini fenomena El Nino yang menyebabkan kondisi berkebalikan, diperkirakan bisa terjadi tahun 2023 ini, dilansir dari Phys, Kamis (2/3).
Menurut laporan WMO, La Nina yang menyebabkan dunia mengalami berbagai bencana alam akibat cuaca dan iklim yang luar biasa sulit diatasi, yang berlangsung selama tiga tahun berturut-turut, akhirnya berakhir.
Namun, fenomena cuaca El Nino, menurut prakiraan WMO akan mulai berkembang pada bulan Juni-Agustus 2023.
"La Nina triple-dip pertama di abad ke-21 akhirnya akan segera berakhir. Efek pendinginan La Nina mengerem sementara kenaikan suhu global, meskipun periode delapan tahun terakhir adalah rekor terpanas," kata Ketua WMO Petteri Taalas.
Taalas menambahkan, "Jika kita sekarang memasuki fase El Nino, ini kemungkinan akan memicu lonjakan suhu global lainnya."
Fenomena La Nina telah berperan dalam pendinginan suhu global skala besar di bagian tengah dan timur khatulistiwa Samudra Pasifik, yang biasanya kondisi cuaca ini terjadi setiap 2-7 tahun.
Kondisi berosilasi antara La Nina dan El Nino yang saling berkebalikan ini, di antara fenomena tersebut kemungkinan terjadi kondisi netral.
Namun, WMO memprakirakan ada kemungkinan 90 persen kondisi netral terjadi selama Maret hingga Mei, menurun menjadi 80 persen pada awal April-Juni, dan 60 persen pada Mei-Juli.
Persentase potensi terjadinya fenomena El Nino setelah La Nina, menurut WMO, adalah 15 persen pada April-Juni, 35 persen pada Mei-Juli dan 55 persen pada Juni-Agustus 2023.
Kendati demikian, prakiraan cuaca, dengan potensi El Nino, yang dihasilkan untuk tahun ini, memiliki tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi.
"Kami memerlukan tambahan dua atau tiga bulan untuk memiliki gagasan yang lebih meyakinkan tentang apa yang diharapkan (potensi cuaca akibat El Nino)," kata Alvaro Silva, seorang konsultan di WMO yang mengerjakan laporan pembaruan triwulanan.
Silva mengatakan kepada AFP, melacak osilasi antara dua fase akan membantu negara-negara di dunia bersiap menghadapi potensi dampak cuaca dari El Nino. Di antaranya dampak cuaca ekstrem yang dapat menyebabkan banjir, kekeringan, atau panas ekstrem. (Kompas.com)
| Indonesia U-17 Hadapi Brasil, Ujian Berat Redam Aksi ‘Haaland dari Sertão’ |
|
|---|
| Tim Gabungan Gerebek Sarang Narkoba di Sukadamai, 11 Warga Ditangkap Saat Pesta Sabu |
|
|---|
| Kloter Pertama Berangkat 22 April, Haji 2026 Dilayani Garuda dan Saudi Airlines |
|
|---|
| CEO Tribun Network Dahlan Dahi Ungkap Strategi Hadapi Disrupsi Media di Forum AMLS 2025 |
|
|---|
| 600 Ribu Penerima Bansos Gunakan Dana untuk Judi Online, Termasuk Beasiswa Pelajar |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.