Berita Pangkalpinang

Penanganan ODGJ di Bangka Belitung, Harus Disertai Penghapusan Stigma Negatif Terhadap Penderitanya

Secara sosiologis, pelabelan sosial yang berupa pemberian stigma negatif ini tentunya berdampak besar kepada penerimaan diri mereka hingga proses

Penulis: Rifqi Nugroho | Editor: Iwan Satriawan
istimewa
Dosen Sosiologi Universitas Bangka Belitung (UBB), Luna Febriani. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Dosen Sosiologi Universitas Bangka Belitung (UBB) Luna Febriani menjelaskan, di dalam masyarakat, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) acapkali menanggung beban berlapis.

Di satu sisi mereka menanggung beban individu, dengan gangguan kesehatan mental dalam diri mereka.

Namun, di sisi lain mereka menanggung beban sosial berupa pelabelan negatif atau stigma oleh masyarakat kepada kelompok ODGJ.

"Secara sosiologis, pelabelan sosial yang berupa pemberian stigma negatif ini tentunya berdampak besar kepada penerimaan diri mereka hingga proses penyembuhan kelompok ODGJ," jelas Luna.

Dosen yang sedang menempuh doktoral di UGM ini menyebutkan, stigma tersebut justru dapat melahirkan beban psikologis baru bagi penderita ODGJ, seperti penolakan-penolakan terhadap diri yang dianggap berbeda dari orang lain.

Tak hanya itu, juga menjadikan ODGJ dikucilkan dari lingkungan sosial mereka. 

Lebih dari itu, lanjut Luna, stigmaisasi juga kerap melahirkan perilaku-perilaku tidak menyenangkan dan diskriminasi bagi penderita ODGJ

"Proses stigmaisasi ini bermula dari muncul dan berkembangnya stereotip (anggapan) di masyarakat karena adanya gejala-gejala yang berbeda, kemudian diafirmasi melalu sikap setuju pada stereotipe tersebut hingga akhirnya memunculkan prasangka terhadap objek. Tak jarang, prasangka ini kemudian dimanifestasikan dalam bentuk perilaku-perilaku yang cenderung diskriminatif," katanya.

Ironisnya, kata Luna, stigma hingga perlakuan diskriminasi ini bukan saja dilekatkan bagi penderita ODGJ saja namun bagi orang terdekat atau keluarga penderita. 

Maka, kerapkali keluarga penderita ODGJ memilih solusi menyerahkan penderita ODGJ kepada institusi yang berwenang seperti RSJ, karena dianggap dapat menuntaskan masalah tersebut.

"Serta menghilangkan stigma-stigma negatif yang juga harus ditanggung oleh keluarga karena memiliki keluarga ODGJ," lanjut Luna.

Namun, nyatanya masih terdapat realita yang menunjukkan bahwa persoalan ODGJ ini tidak dapat tuntas sepenuhnya hanya dengan menitipkan mereka di RSJ. 

Masalah-masalah baru akibat stigma sosial yang dilekatkan kepada penderita ODGJ akan tetap ada ketika mereka keluar dari rumah sakit dan kembali ke masyarakat. 

"Maka, solusi yang juga perlu diambil untuk menuntaskan persoalan ini adalah menguraikan stigma-stigma sosial bagi penderita ODGJ ini dalam masyarakat," ujarnya.

Untuk mengurai stigma yang melekat pada ODGJ itu perlu melibatkan lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. 

Sumber: bangkapos.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved