Kapal Tenggelam di Bangka Selatan
Kisah 8 Pelaut Terombang-ambing di Laut Selama 12 Jam di Selat Bangka, Sempat Takut Ada Hiu
Delapan orang pelaut asal Selat Panjang, berhasil selamat usai 12 jam terombang-ambing di lautan.
Penulis: Cepi Marlianto | Editor: nurhayati
Akan tetapi perkiraan itu ternyata meleset, bukannya sampai ke Pulau Maspari justru KLM Berkah Pandawa Setia lebih dahulu tenggelam. Usai beberapa mesin pompa tak mampu lagi bekerja secara maksimal. Hingga akhirnya kapal tenggelam.
“Posisi kita berlayar sudah tinggal 95 mil ke lokasi tujuan. Namun saat itu air terus naik, akhirnya kita putar balik. Rencana awal kami ingin putar balik ke Pulau Maspari untuk menjatuhkan jangkar,” beber kata dia di Toboali, Rabu (19/7/2023).
Singkat cerita kapal itu lantas karam sekitar pukul 10.00 WIB. Sebelum karam Arianton bersama tujuh rekannya masih sempat menjatuhkan rakit dan mengenakan jaket pelampung.
Sebagai kapten kapal, ia berinisiatif meminta bantuan dengan berdiri di atas geladak kapal yang nyaris tenggelam menggunakan sebuah senter.
Lantas dirinya langsung memberikan tanda menggunakan senter tersebut kepada sejumlah kapal yang lewat.
Terdapat beberapa kapal yang dirinya beri tanda pertolongan, akan tetapi tidak satu pun kapal yang berani mendekat. Selain karena ombak yang cukup tinggi, perairan tersebut juga rawan akan perompak.
Hingga akhirnya kapal benar-benar karam, begitu pula dengan rakit yang mereka tumpangi sering terbalik ketika diterjang ombak, agar tak terseret arus delapan orang itu berinisiatif mengikat pelampung mereka ke pelampung jaring milik nelayan.
Lagi-lagi tali tersebut putus karena hantaman ombak.
Sampai mereka terombang-ambing selama 12 jam dengan berpegangan sebuah rakit dan ditemukan nelayan pada hari Selasa (18/7) pukul 10.00 WIB.
“Malam itu kami terus melakukan kode menggunakan senter, tetapi kata nelayan daerah tersebut merupakan daerah rawan. Jadi orang takut, pagi kita juga sempat mengikat pelampung kita ke jaring nelayan tetapi karena ombak besar putus talinya,” jelas Arianton.
Selama terombang-ambing di tengah laut sambung dia, tak ada asupan apa pun yang masuk ke lambung mereka.
Tidak ada satu perbekalan yang berhasil diselamatkan, termasuk radio telekomunikasi. Hanya tersisa sehelai pakaian yang melekat di badan mereka.
Sesekali mereka mencoba meminum air laut guna menghilangkan dahaga dan mencegah dehidrasi, akan tetapi setelah itu mereka langsung muntah.
Baca juga: Tabrak Rumah Kosong di Belitung Timur, Sopir Mobil Minibus Tak Sadarkan Diri
Arianton sempat putus asa, apabila tidak ada yang menolong.
Bahkan ia telah menyerahkan semuanya kepada Allah.
Mereka juga sempat khawatir dengan keberadaan hiu.
Beruntungnya nyawa mereka masih tertolong dengan kedatangan nelayan Toboali.
“Kami betul-betul mengucapkan terima kasih, tidak tahu mau ngomong apalagi. Kita orang cakap ini memang betul-betul nelayan penyelamat kita,” ungkap Arianton. (Bangkapos.com/Cepi Marlianto)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.