Berita Pangkalpinang
34 Desa di Babel Rawan Air, Sumur Kering Warga di Pangkalpinang Ini Terpaksa Nyuci Baju di Sungai
Sungai kini menjadi andalan warga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk mendapatkan air di saat-saat musim kemarau seperti saat ini.
Penulis: Nurhayati CC | Editor: M Zulkodri
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangka Belitung sudah mendata desa-desa di Bangka Belitung yang rawan kekeringan saat musim kemarau.
Hal ini disampaikan Kepala BPBD Bangka Belitung, Mikron Antariksa, Rabu (2/8/2023).
“Saat ini musim kemarau hanya saja posisinya ada hujan dikarenakan pengaruh siklon tropis. Kami telah menginventarisasi desa-desa terawan air dan sudah kita teruskan ke kabupaten untuk diantisipasi,” ungkap Mikron.
Pihaknya mendata, dari total 309 desa, ada sekitar 34 merupakan desa rawan air.
“Desa rawan air rata-rata tidak memiliki sumber air. Di tujuh kabupaten/kota terdapat desa rawan air. Misalnya di Bangka Barat ada 12 desa yang rawan air, Bangka Tengah ada 7 desa rawan air,” katanya.
Menurutnya, upaya antisipasi dengan mendekatkan air-air embung, menyiapkan mobil tangki dan juga menyiapkan tempat penampungan air di desa-desa rawan air tersebut.
“Sementara itu, sama dengan kebakaran hutan kita pantau dari titik hotspot yang dikeluarkan oleh BMKG yang mana 1 hari keluar 5 sampai 10 titik. Dan setelah dicek memang rata-rata bukan kebakaran tapi pantulan panas dari pasir, laut, atau air. Musim kemarau ini ada 2 bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan,” jelasnya.
Diketahui, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangka Belitung juga menerima laporan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Dalam sehari BPBD Babel selalu melakukan pengawasan di beberapa titik hotspot.
“Titik hotspot per hari rata-rata 7 titik yang kita terima dan harus kita pantau.
Mayoritas di Bangka Barat,” ujar Kepala BPBD Bangka Belitung, Mikron Antariksa, Selasa (1/8).
Diakuinya, cakupan bermuara dari titik hotspot yang dikirimkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
“Dari titik hotspot tersebut kita mengecek lapangan untuk melihat titik hotspot tersebut kebakaran atau bukan. Memang dari rata-rata laporan dari masyarakat peduli api sekitar 70 persen kebakaran, 30 persen karena titik panas yang lain. Nah itu semua akibat dari pembakaran lahan dalam upaya pembukaan lahan. Yang paling murah itu adalah membuka lahan dengan membakar sehingga masyarakat melakukan pembakaran,” jelas Mikron.
Ia berharap, masyarakat agar tak membuka lahan dengan cara membakar, jika pun melakukan diharap untuk dikendalikan.
“Memang budaya masyarakat kita membuka lahan saat kemarau karena mudah membakar, kemudian setelah membakar dapat humus, kemudian tanam padi, kemudian dari tanam padi dia menanam dengan holtikultura oalawija dan segala macem. Tapi kami juga mengingatkan kepada masyarakat yangbmembakar untuk mengendalikan apinya dan pembakaran terkendali,” katanya.
| Wagub Babel Hellyana Minta Maaf ke Gubernur dan Masyarakat, Begini Nasib Kasusnya |
|
|---|
| Resmi Dilantik Jadi Bupati Bangka, Gubernur Hidayat Minta Fery Insani Komitmen Bersinergi |
|
|---|
| Gubernur Bangka Belitung Hidayat Arsani Minta Petugas Siap Siaga Hadapi Bencana Hidrometeorologi |
|
|---|
| Disnaker Pangkalpinang Gelar Pelatihan dan Sertifikasi Kompetensi, Siapkan Generasi Muda Siap Kerja |
|
|---|
| Pernyataan Lengkap Hellyana Memohon Maaf ke Gubernur Babel dan Masyarakat |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.