Berita Bangka Selatan

Data Januari-Mei 2024, 367 Orang Jalani Perawatan di RSUD Bangka Selatan Akibat DBD

Ratusan orang tercatat menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangka Selatan, akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Penulis: Cepi Marlianto | Editor: M Ismunadi
Bangkapos.com/dokumentasi
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangka Selatan, dr Helen Sukendy 

BANGKAPOS.COM, BANGKA – Ratusan orang tercatat menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Data tersebut berdasarkan laporan kasus dari bulan Januari sampai awal Mei 2024.

Bahkan tiga orang di antaranya meninggal dunia.

Direktur RSUD Bangka Selatan, dr Helen Sukendy mengatakan, selama kurun waktu empat bulan terakhir sudah 367 orang pasien DBD menjalani perawatan di RSUD.

Rinciannya sebanyak 80 orang menjalani rawat inap, 68 orang menjalani rawat jalan dan 219 orang mendapatkan perawatan intensif di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Mayoritas dari pasien DBD tersebut merupakan anak-anak.

“Untuk secara keseluruhan ada 367 orang menjalani perawatan akibat DBD di RSUD Bangka Selatan. Baik menjalani rawat inap, rawat jalan maupun di IGD,” kata dia kepada Bangkapos.com, Rabu (15/5/2024).

Helen memaparkan, untuk 80 orang pasien rawat inap terdata pada bulan Januari sebanyak 19 orang, bulan Februari terjadi lonjakan sebanyak 15 kasus dengan total 34 orang dalam perawatan.

Kemudian pada bulan Maret terjadi penurunan 20 kasus menjadi 14 orang dilakukan rawat inap.

Sementara hingga akhir bulan April terjadi penurunan satu kasus, dengan 13 orang.

Sedangkan 68 pasien rawat jalan terdata sebanyak 20 orang pada bulan Januari.

Kemudian, meningkat empat kasus menjadi 24 kasus pada bulan Februari.

Sementara pada bulan Maret turun satu kasus menjadi 23 kasus dan bulan April turun signifikan menjadi satu kasus.

Tak hanya itu, 219 kasus DBD yang menjalani perawatan di IGD juga cukup banyak.

Bulan Januari terbukukan sebanyak 44 orang, kemudian naik 28 kasus pada bulan Februari menjadi 72 kasus.

Pada bulan Maret turun 12 kasus menjadi 60 kasus dan bulan April turun 17 kasus menjadi 40 kasus.

“Saat ini memang bukan musim penghujan, namun sudah terjadi perubahan cuaca. Jadi perlunya penerapan PHBS,” jelas Helen.

Di samping itu lanjut dia, dari ratusan pasien DBD yang ditangani tiga di antaranya meninggal dunia.

Keterlambatan pasien untuk dibawa ke rumah sakit menjadi pemicu keparahan paparan penyakit DBD sehingga perlu dilakukan rujukan.

Di mana pasien DBD akan mengalami tiga fase.

Di antaranya adalah fase demam, fase kritis, dan fase penyembuhan.

Jika terjadi kesalahan penanganan tentunya akan berakibat fatal bagi pasien itu sendiri.

Oleh karena itu, untuk mencegah DBD kuncinya bukan di rumah sakit, tetapi ada pada bagaimana upaya masyarakat berperilaku hidup sehat.

Dengan menjaga kebersihan di lingkungan masing-masing, dengan menggalakan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

“Kita juga terus melakukan sosialisasi dan promosi kesehatan pencegahan DBD kepada keluarga pasien. Hal itu agar penyebaran kasus DBD dapat ditekan utamanya dengan PSN,” ucapnya.

Meskipun begitu Helen terus mengingatkan kepada segenap warga terkait pentingnya mengamati siklus demam dari seorang pasien DBD.

Sebaiknya pasien dibawa ke rumah sakit sedini mungkin jika mengalami gejala-gejala terkait penyakit tersebut.

Jangan sampai ada lagi keterlambatan penanganan gara-gara keluarga menunda pemeriksaan.

”Kami mengimbau agar pasien jika demam sebaiknya segera dibawa ke layanan kesehatan,” ujar Helen. (Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

Sumber: bangkapos.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved