Tribunners
The A’on Effect: Epilog Sekaligus Prolog Pertimahan di Bangka Belitung
Untuk semua masyarakat Bangka Belitung, bersabarlah sembari tetap berikhtiar. Yakinlah badai ini akan segera berlalu
Oleh: Edwin Baihaqie Sasongko - Advokat dan Mahasiswa Magister Hukum Universitas Bangka Belitung
DALAM cabang ilmu matematika dan fisika, terdapat Teori Efek Kupu-kupu (The Butterfly Effect Theory) yang merupakan bagian dari teori kekacauan (chaos theory). Teori ini dicetuskan oleh Edward Norton Lorenz seorang meteorologis yang berpusat dan merujuk pada pemikiran efek yang ditimbulkan oleh kepakan pada sayap kupu-kupu di suatu tempat bisa memengaruhi cuaca hingga terjadinya tornado di tempat lain.
Dalam realitanya kini, konsep teori ini tidak hanya dapat dikaitkan dengan kejadian meteorologis dan matematis saja, namun dapat dipakai untuk menjelaskan berbagai hal dalam berbagai bidang yang terjadi, contohnya adalah kejadian pengeboman nuklir di Nagasaki Jepang. Kejadian ini merupakan salah satu contoh “Butterfly Effect” dalam pandangan filosofis, karena ternyata sasaran pengeboman awal tentara militer Amerika Serikat adalah Kota Kuroko yang saat itu mengalami cuaca buruk sehingga Amerika Serikat kemudian mengubah sasaran menjadi Kota Nagasaki karena masalah gangguan penglihatan yang terjadi di Kuroko. Hal itu menunjukkan bahwa suatu sebab kecil dapat memengaruhi suatu kejadian yang besar: selamatnya Kuroko dan hancurnya Nagasaki, inilah kemudian yang dimaksud dengan Teori Efek Kupu-kupu.
Di sisi lain, kehancuran Nagasaki dan Hiroshima akibat bom nuklir sendiri mencetuskan revolusi ekonomi dan industri di Jepang, yang membuat Jepang menjadi negara maju seperti sekarang. Hal ini selain menjelaskan teori “The Butterfly Effect” juga membuktikan teori “Creative Destruction”-Destruksi Kreatif, sebuah teori dari Joseph Schumpeter ekonom Austria pada era 1940-an, dengan gagasan awal perlunya seorang kapitalis untuk melakukan destruksi (perusakan) untuk memantik kreativitas dan inovasi guna membangun ulang suatu pasar/ekonomi yang sudah lesu/stagnan menjadi lebih hidup, berkembang, dan menguntungkan.
Dalam sejarahnya, salah satu kejadian lain yang sejalan dengan gagasan ini selain kejadian Hiroshima dan Nagasaki adalah transisi revolusi industri di Eropa yang sebelumnya menggunakan batu bara ke penggunaan minyak bumi. Dalam prosesnya industri penggunaan batu bara "dihancurkan" agar penggunaan minyak sebagai sumber daya yang lebih efisien dan ramah lingkungan pada era itu dapat dilakukan.
The A’on Effect merupakan suatu gagasan yang terlintas untuk dapat menjelaskan fenomena yang terjadi kini di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ide awal gagasan ini merupakan kawin silang antara The Butterfly Effect milik Edward Norton Lorenz dengan Creative Destruction yang dicetuskan oleh Joseph Schumpeter. Bahwa kemudian, tertangkapnya Tamron alias A’on, seorang pengusaha timah yang memiliki nama besar dan cakupan usaha dan bisnis yang luas di Bangka Belitung, menyebabkan Butterfly Effect terhadap berbagai lini kehidupan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sejak tertangkapnya A’on, meskipun belum terdapat data-data valid yang dapat dijadikan rujukan, namun secara nyata dapat kita rasakan bahwa secara ekonomi telah terjadi penurunan daya beli masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang menyebabkan lesunya ekosistem ekonomi di Bangka Belitung sehingga mengakibatkan menurunnya taraf hidup masyarakat yang berimbas pada banyak hal di Bangka Belitung.
Berdasarkan analisis singkat, hal itu dapat terjadi dipicu oleh beberapa faktor, antara lain, berkurangnya jumlah produksi timah inkonvensional, tidak adanya alternatif penjualan timah yang setara, penutupan rekening beberapa usaha yang dianggap terlibat atau hasil dari kegiatan timah usaha A’on yang bermuara pada terhambatnya usaha kerakyatan di bidang lain seperti sawit, hingga PHK massal pegawai-pegawai smelter. Yang mana kesemuaan faktor tersebut mengerucut pada satu kejadian: Tertangkapnya Tamron Alias A’on. Hal inilah yang dimaksud dengan The A’on Effect.
Lalu, apakah terjadinya A’on Effect adalah suatu hal yang buruk bagi perkembangan dan kemajuan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung? Jawaban atas pertanyaan ini adalah tidak. Bagi masyarakat kecil yang merasakan dampaknya kini, apalagi yang selama ini bersinggungan langsung kelanggengan hidupnya dengan pertambangan timah, hal ini tentunya sangat menyiksa dan menyulitkan: The A’on Effect merupakan petaka bagi mereka.
Namun, bagi daerah dan masyarakat Bangka Belitung secara luas, guna perkembangan, kemajuan, dan keberlanjutan ekonomi masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di masa mendatang, The A’on Effect merupakan suatu katalis atau penghubung dalam Creative Destruction yang diperlukan bagi masyarakat dan daerah saat ini untuk membentuk suatu ekosistem ekonomi ke depan yang lebih mapan.
“Penguasa/otoritas tidak memikirkan rakyat kecil dan tidak memperhitungkan dampak sosial dengan menangkap A’on”, ini adalah persepsi dan pandangan kebanyakan masyarakat yang menjadi “korban” The A’on Effect. Padahal jika kita proyeksikan jauh ke depan, The A’on Effect sebenarnya adalah fenomena by design oleh otoritas (penguasa-red), yang dampaknya sudah dikalkulasi sedemikian rupa oleh otoritas, untuk menciptakan suatu ekosistem ekonomi pertimahan atau apa pun bentuknya nanti yang lebih berkembang dan maju serta menguntungkan semua lini tidak hanya masyarakat tambang saja, sebagaimana terjadi selama ini.
Faktanya, 271 triliun yang digembar-gemborkan selama ini hanyalah kerugian terhadap dampak lingkungan yang baru merupakan potential loss atau potensi kerugian yang belum riil namun sudah kita rasakan dampaknya saat ini, sedangkan actual loss atau kerugian sebenarnya terjadi mungkin lebih dari itu. Bahwa, yang patut kita sadari dan garis bawahi, baik sebagai masyarakat Bangka Belitung maupun masyarakat terdampak, berdasarkan pembicaraan kerugian negara termaksud, sebenarnya sudah selama ini menggerogoti kita dari dalam sehingga sudah seharusnya kita merasakan kejayaan pertimahan di Bangka Belitung sejak lama, jika saja pengelolaan terkait pertimahan benar-benar di-create untuk kemajuan ekonomi Bangka Belitung secara menyeluruh, tidak hanya orang-orang tertentu saja.
Selama ini kita terkesan hanya menyerah dengan keadaan yang sudah berlangsung berdekade-dekade. Bahwa dalam posisi saat ini, posisi yang dirancang untuk menimbulkan kehancuran dan kekosongan yang menyebabkan kekacauan ekonomi, kreativitas, dan inovasi kita sebagai masyarakat dituntut untuk bekerja ekstra. Beruntungnya kita, creative destruction yang terjadi ini bukan karena bom seperti di Hiroshima dan Nagasaki yang memorak-porandakan tidak hanya finansial namun fisik dan psikis masyarakat, bahkan negaranya sehingga menyebabkan kesulitan untuk bangkit kembali. Bahwa kemudian, yang patut dicontoh dari kejadian Hiroshima dan Nagasaki adalah kelahiran kembali Jepang pascatrauma Perang Dunia II. Hal ini menunjukkan bahwa kita yang hanya terdampak secara ekonomi sebenarnya memiliki ruang yang lebih leluasa untuk bergerak guna memajukan daerah dalam berbagai bidang.
Untuk semua masyarakat Bangka Belitung, bersabarlah sembari tetap berikhtiar. Yakinlah badai ini akan segera berlalu, dan Bangka Belitung sebagai daerah yang kaya akan potensial dapat survive, berkembang dan maju lebih jauh, mencontoh Nagasaki dan Jepang. Tanamkan bahwa kita memiliki potensi tidak hanya berhenti hanya sebagai pengekspor, tetapi pemegang kendali pasar timah dalam pertimahan dunia.
Atau jika memang ingin membicarakan potensi daerah, daerah Kepulauan Bangka Belitung tidak hanya bicara soal timah, kita memiliki ekonomi kerakyatan dan pariwisata, dan atau kelautan dan perikanan yang melimpah, yang dapat kita gunakan sebagai senjata dalam era kekosongan pasca “kehancuran” ini.
Pada akhirnya, kita tidak boleh menyerah dan berpangku tangan Bangka Belitung ada ditangan kita dalam posisi creative destruction ini. A’on Effect bukanlah kiamat atau akhir segalanya, A’on Effect hanyalah suatu epilog (akhir) bagi ekosistem ekonomi yang lama yang hanya berkutat perihal timah, dan prolog (awal) bagi ekosistem perekonomian masyarakat yang baru dan lebih maju. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.