Gengster Pangkalpinang Ditangkap
Fenomena Gengster di Pangkalpinang, Akademisi ini Sebut Ada yang Keliru dengan Tumbuh Kembang Anak
fenomena gengster yang terjadi dikalangan remaja yang notabenya masih di bawah umur menunjukan ada yang keliru dengan tumbuh kembang anak-anak.
Penulis: Adi Saputra | Editor: Asmadi Pandapotan Siregar
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Aksi gengster di Pangalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ( Babel ) mulai membuat resah warga.
Tidak hanya itu, aksi gengster yang muncul di ibukota Babel ini tak ragu melukai korbannya.
Baru-baru ini satuan Reskrim Polresta Pangkalpinang saat ini sedang memburu dua anggota gangster City Bastad, At dan DM. Keduanya telah terlibat dalam pengeroyokan hingga menyebabkan satu orang menjadi korban
Tiga pelaku lainnya GL (16), KV (16) dan RY (16) sudah diringkus polisi di kawasan Kampak, Kota Pangkalpinang, Rabu (03/07/2024) kemarin.
Terkait aksi gengster ini, dosen Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung (Babel) Dwi Haryadi, menilai kenakalan remaja masih menjadi problem sampai hari ini.
Terkadang perbuatan yang mereka lakukan tidak lagi mencerminkan seorang anak remaja karena sudah dilewat batas dan membuat semua miris orang dan prihatin.
Menurut Dwi, adanya fenomena gengster yang terjadi dikalangan remaja yang notabenya masih di bawah umur menunjukan ada yang keliru dengan tumbuh kembang anak-anak.
"Terbaru tiga anggota gengster yang merupakan anak dibawah umur ditangkap pihak kepolisian karena membawa senjata tajam (sajam), melakukan pengerusakan dan mengaku sudah mengeroyok gengster anjik galak," kata Dwi Hariyadi, Kamis (04/07/2024).
Diterangkannya, dalam kriminologi ada banyak teori yang dapat menjelaskan perihal penyebab fenomena gengster ini yang dapat mempengaruhi remaja untuk melakukan aksi kenakalannya.
"Pertama, dalam teori social bond yang bicara tentang makin lemahnya keterikatan dengan keluarga, guru di sekolah atau teman sebaya yang positif akan semakin rentan untuk terikat dalam lingkungan atau pergaulan yang buruk di luar," terangnya.
"Kemudian dari sudut pandang Differential Association Theory yang intinya kejahatan itu dipelajari, ada pembenaran dan keintiman dengan teman yang orientasinya negatif akan berpotensi untuk terlibat dalam kejahatan dan membenarkannya," sambung Dwi.
Selanjutnya, tontonan kekerasan dimedia sosial yang begitu mudah, sikap emosional dan sikap solidaritas pertemanan yang keliru membuat terserumus dalam gengster yang berkonotasi negatif.
"Langkah-langkah yang dapat ditempuh diantaranya tentu bagaimana peran orangtua, institusi pendidikan untuk tetap dapat merangkul anak-anak guna mengarahkan pada kegiatan positif dan menjauhkan diri dari pergaulan dan pertemanan yang negatif," bebernya.
Lebih lanjut dirinya juga menambahkan, kontrol sosial dari masyarakat dan pemerintah daerah juga memfasilitasi event positif peningkatan prestasi termasuk ruang-ruang publik yang sifatnya pengembangan minat dan bakat remaja.
"Terakhir, terhadap remaja yang sudah masuk gengster tentu saja harus dilakukan pembinaan baik dilevel keluarga, sekolah dan lingkungan tempat tinggal," tambah Dwi.
"Jika pun ada penegakan hukum tetap berpedoman pada sistem peradilan anak, dimana ada kekhususan yang berbeda mekanismenya dengan orang dewasa," ucapnya. (Bangkapos.com/Adi Saputra)
Satu Tersangka Gunakan Jaket Ojol saat Aksi Pengeroyokan, Tersangka Ngaku Dapat Jaket Beli Online |
![]() |
---|
Dosen Sosiologi UBB: Geng Motor Sebagai Kelompok Sosial yang Dianggap Keren Anggotanya |
![]() |
---|
Tiga Pelaku Ditangkap, Polisi Kini Memburu Dua Anggota Gengster City Bastad Pemilik Cerulit Besar |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Tiga Anggota Gengster City Bastad DIringkus di Pangkalpinang, Masih Remaja |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.