Resonansi
Hai, Modar Aku
Pengakuan kepala daerah yang terjaring OTT KPK, praktek itu mereka lakoni demi mengembalikan modal pemilihan secara cepat.
Penulis: Ade Mayasanto | Editor: fitriadi
"Hai, modar aku," jawab pria berkain sarung.
Begitulah kira-kira lirik Iwan Fals dalam lagunya berjudul Ambulan Zig Zag.
Dirilis 1981, lagu Ambulan Zig Zag merupakan satu dari sepuluh lagu Iwan Fals di album Sarjana Muda.
Namun, tulisan ini bukan menyoroti soal kisah perlakuan berbeda tenaga medis ke pasien.
Tulisan ini hanya ingin mencuil kalimat sang bapak bersarung kain. Hai, Modar Aku.
Sedikit pragmatis, mungkin ya. Tapi begini narasinya kenapa Hai Modar Aku menjadi seksi untuk dibahas.
Hal ini berangkat dari kesaksian sejawat diskusi di warung kopi beberapa waktu lalu.
Saat itu, seorang berbadan tegap dengan kepala plontos meluapkan emosi. Padahal, baru saja ia menyesap air berwarna hitam pekat di sebuah gelas.
"Baru juga daftar. Masa sudah diminta bantingan dana survei bersama," ucapnya.
"Emang, diminta berapa?" tanya pria lain yang berada di hadapan si pria plontos.
"Ratusan juta," timpal pria lain, yang sepertinya rekan si plontos.
Diam-diam, telinga yang mendengar pembicaraan mulai mengirim pesan singkat ke otak ini. Mencoba mencari tahu ihwal isi pembicaraan, rupanya si plontos merupakan sosok yang berada di daftar telepon seluler.
Rasanya, si plontos ini juga dikenal banyak orang. Mencoba mendekat melalui kata salam, akhirnya ikut larut dalam pembicaraan padat dan panjang dengan mereka.
Tentu tak pantas bila kemudian isi pembicaraan diulas rinci. Tapi, tenang narasi akan dibeberkan versi berbeda.
Masih ingat pernyataan Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Giri Suprapdiono pada Rabu, 22 Juli 2020? Pasti, jawabnya enggak, atau bila tak ingin dibilang kuper, biasanya dijawab samar-samar.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.