Liputan Khusus

Tahun Baru Disambut DBD, Waspada Nyamuk Aedes Aegypti di Musim Pancaroba

Hingga Jumat (10/1) lalu, setidaknya sudah 22 pasein rawat inap di RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang

|
Bangka Pos
Grafis DBD di Bangka Belitung 

“Iya, waktu dia bilang badannya itu jadi nyeri-nyeri, sama panas tinggi. Sebenernya kemarin-kemarin itu udah mendingan, cuma pas istirahatnya kurang, balik lagi panasnya tadi,” terang Ami.

Melihat kondisi kesehatan anak yang naik turun, pada akhirnya mendorong sang orang tua untuk membawa Asfa ke rumah sakit.

“Jadi inisiatif lah abinya itu buat cek lab, cek darah. Rupanya pas dapat hasil, hasilnya itu positif
(DBD-red), jadi dirujuk lah buat rawat inap dulu,” ujar Ami.

Jumlahnya Meningkat

Hingga Jumat (10/1) lalu, setidaknya sudah 22 pasein rawat inap di RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang. Rinciannya, tujuh pasien mengidap Demam Dengue (DB), dan 15
pasien DBD

Pun tahun lalu, DBD menjadi penyakit yang menduduki urutan ketiga dari pasien rawat inap di RSUD Depati Hamzah berjumlah 321 kasus. Sedangkan DBD menempati peringkat ketujuh sebanyak 135 kasus.

“Demam dengue dan demam berdarah dengue sama-sama disebabkan oleh virus dengue yang
dibawa oleh nyamuk aedes aegypti. Yang membedakan adalah hasil laboratorium dan manifestasi virus terhadap tubuh penderita yang terjangkit virus dengue,” ujar

Kasie Pelayanan Medis RSUD Depati Hamzah, Sri Rezeki kepada Bangka Pos, Jumat (10/1).

“Hasil laboratorium pada penderita dapat dibedakan dengan dari Ig G dan Ig M positif. Dua-duanya maka dikatakan demam berdarah dengue dan bila yang positif hanya salah satunya maka dikatakan demam dengue,” lanjutnya.

Sebelumnya, Plt Kepala Bidang Pencegahan dan pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Evalusi mengatakan terjadi peningkatkan kasus DBD pada tahun 2024.

“Ya, jumlahnya naik, yang mulanya berjumlah 1.277 kasus pada 2023, naik jadi 1850 kasus pada
tahun 2024,” kata Evalusi, Rabu (8/1).

Tercatat dari kenaikan kasus tersebut, mengakibatkan 22 orang meninggal dunia pada tahun 2024, yang terdiri dari berbagai ragam usia.

“Untuk tahunn2023 itu ada sebanyak 18 orang yang meninggal, sedangkan untuk tahun
2024 ada sebanyak 22 orang. Bisa dibilang angkanya masih kecil jika kita merujuk dengan persentase kasus yang ada,” jelas Evalusi.

Dikatakan Evalusi, perkembangan kasus DBD yang ada di Babel dalam 7 tahun terakhir bisa dibilang tak menentu dalam setiap tahunnya. Misalnya saja pada tahun 2022 tercatat ada 1.881 kasus DBD. Namun jumlah itu menurun pada tahun 2023 dan naik lagi di tahun 2024.

“Kita bisa lihat di data yang kita ambil di setiap tempat pelayanan kesehatan yang ada di Babel, jumlahnya ada yang naik dan ada juga yang turun,” ungkapnya. (x1)

Halaman
123
Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved