Tribunners
Keterlibatan Kolektif Menuju Pendidikan Unggul Untuk Semua Kalangan
Keterlibatan kolektif menjadi semakin penting sebagai pendorong utama tercapainya pendidikan yang unggul dan merata.
Teori connectivism dari George Siemens (2005) semakin relevan dalam konteks ini.
Ia menekankan bahwa pembelajaran modern harus berbasis jaringan, keterhubungan, dan partisipasi aktif dalam komunitas digital.
Maka partisipasi semesta dalam dunia pendidikan saat ini tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga melalui ruang-ruang digital, misalnya platform pembelajaran daring, forum edukasi, hingga inisiatif open source pendidikan.
Namun, partisipasi tidak boleh hanya menjadi slogan. Ia harus dimaknai sebagai keterlibatan yang sadar, terstruktur, dan berkelanjutan.
Negara perlu membuka ruang bagi aspirasi masyarakat; masyarakat pun perlu bergerak, tidak hanya menuntut tetapi turut serta memberi solusi.
Di Indonesia sendiri, tantangan pemerataan dan mutu pendidikan masih nyata.
Disparitas fasilitas, kualitas guru, hingga akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK) masih menjadi kendala serius, terutama di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).
Oleh karena itu, keterlibatan kolektif harus juga mencakup pemanfaatan teknologi sebagai alat pemersatu dan pemerata akses.
Seperti diungkap oleh Siemens di atas, bahwa pembelajaran modern harus mampu memanfaatkan jaringan digital dan kolaboratif sebagai sumber daya belajar yang luas dan dinamis.
Keterlibatan kolektif juga memperkuat nilai-nilai gotong royong dalam pendidikan.
Ketika masyarakat secara aktif mendukung sekolah melalui program literasi, pendampingan siswa, atau penyediaan fasilitas, maka kualitas pendidikan meningkat bukan hanya dari aspek akademik, tetapi juga dari segi karakter dan nilai sosial.
Pemerintah memang memiliki peran strategis dalam menetapkan arah dan kebijakan, tetapi implementasinya sangat bergantung pada peran serta semua pihak.
Dengan keterlibatan semesta yang terstruktur dan kolaboratif, visi pendidikan yang unggul untuk semua kalangan bukan lagi utopia. Ia menjadi sesuatu yang bisa dicapai melalui kerja bersama, semangat kolaborasi, dan pemanfaatan teknologi secara bijak.
Dari uraian tersebut, jelas bahwa pendidikan bermutu untuk semua tidak dapat dicapai hanya melalui peran formal institusi pendidikan atau kebijakan pemerintah semata.
Ia membutuhkan keterlibatan kolektif yang nyata dari seluruh unsur masyarakat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.