Mengenal Pacu Jalur dari Riau yang Viral Diklaim Warganet Malaysia, Mulai Abad ke-17 dan Masuk WTWB

Warganet Malaysia yang diduga mengklaim Tradisi Pacu Jalur yang tengah viral berkat tren aura farming di TikTok menghebohkan dunia jagat maya. 

|
Penulis: Rusaidah | Editor: Rusaidah
Istimewa/Dok. Humas Pemprov Riau
TRADISI PACU JALUR - Tradisi Pacu Jalur atau perlombaan mendayung khas Kabupaten Kuantan Singingi, Riau yang belakangan ini viral atau menjadi perbincangan hangat di media sosial. 

Seiring berjalannya waktu, tampilan perahu jalur pun semakin cantik dengan ukiran pada bagian lambung hingga dihiasi payung.

Tokoh Pacu Jalur Kuansing yang pernah menjadi anak Togak Luan, Mahviyen Trikon Putra mengatakan, Pacu Jalur dimulai pada abad ke-17 dan semakin berkembang sekitar 1905. 

"Pada saat itu, perlombaan Pacu Jalur diadakan pada momen hari besar Islam," kata dia, dikutip dari Kompas.com (4/7/2025). 

Saat Belanda memasuki Rantau Kuantan pada 1905, Pacu Jalur dilombakan untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda, Wilhelmina. 

Seiring perkembangan zaman, Pacu Jalur kini diadakan pada berbagai hari besar di Indonesia, termasuk Hari Kemerdekaan yang menjadi puncak acara setiap Agustus. 

Diktehaui, Tradisi Pacu Jalur dari Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, menjadi sorotan publik usai tarian anak di ujung jalur mendadak viral di media sosial, termasuk di luar negeri akibat tren "Aura Farming". 

Namun, muncul sejumlah komentar dari warganet yang mengklaim bahwa tradisi itu berasal dari Malaysia

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa tradisi Pacu Jalur Kuansing telah tercatat dalam daftar Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WTWB).

"Kementerian Kebudayaan juga sudah mencatatkan itu sebagai warisan budaya takbenda nasional, jadi namanya WBTB Indonesia, jadi sudah lama," katanya di Jakarta, Selasa (8/7/2025) seperti dikutip dari Antara. 

Ia juga memuji tradisi Pacu Jalur merupakan atraksi ekrpresif yang sulit terutama karena ditampilkan saat perahu melaju.

"Kalau menurut saya, itu organik ya, ekspresif, menyesuaikan dengan irama dari pacu itu sekaligus melakukan suatu gerakan atraktif. Atraksi yang sulit. Itu kan sulit, di ujung perahu, jadi keseimbangan sangat penting," katanya.

Lebih lanjut Tradisi Pacu Jalur memiliki makna yang dalam dan bukan hanya sekadar perlombaan mendayung perahu panjang. 

Berdasar informasi dari situs resmi Kementerian Pariwisata dijelaskan bahwa Pacu Jalur adalah bentuk pelestarian nilai-nilai luhur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi oleh masyarakat Kuantan Singingi. Bahkan dalam proses pembuatan perahu, terdapat tata cara dan ritual adat yang harus dilalui. 

Warga melakukan upacara khusus sebelum menebang pohon besar yang akan digunakan sebagai bahan baku jalur. Ritual ini merupakan bentuk penghormatan kepada alam, khususnya hutan tempat kayu diambil. Perahu yang disebut jalur biasanya diawaki oleh sekitar 50 hingga 60 orang, yang masing-masing memiliki fungsi dan tanggung jawab tersendiri. Di antaranya adalah Tukang Concang yang bertugas sebagai pemimpin dan pengatur aba-aba dalam tim. 

Kemudian ada Tukang Pinggang yang berperan sebagai juru mudi. Selain itu, terdapat Tukang Onjai yang menjaga ritme kayuhan dengan menggoyangkan tubuh. Di bagian depan perahu terdapat Anak Coki atau Tukang Tari yang menjadi sosok penting dalam pertunjukan visual Pacu Jalur.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved