Kakak Ungkap Kondisi Prada TNI Lucky yang Tewas Dianiaya Senior, Ginjal dan Paru-paru Rusak
Kakak Ungkap Kondisi Prada TNI Lucky yang Dianiaya Senior, Ginjal dan Paru-paru Rusak. Simak selengkapnya
Penulis: Evan Saputra CC | Editor: Evan Saputra
"Cukup anak saya, cukup penderitaan saya sebagai seorang ibu. Jangan sampai ibu-ibu lain merasakan apa yang saya rasakan hari ini," tutupnya dengan air mata.
Amukan Ayah Prada Lucky
Sementara itu, Serma Christian Namo geram jenazah anaknya, Prada Lucky Chepril Saputra Namo, tak bisa diotopsi di RS TNI Wira Sakti Kupang.
"Sudah, kasih ke luar sekarang. Cari yang lain," suara Sersan Mayor (Serma) Christian Namo, terdengar keras di depan ruang kamar mayat Rumah Sakit Tentara Wira Sakti Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (7/8/2025) siang.
Christian kesal lantaran jenazah anaknya Prajurit Dua (Prada) Lucky Chepril Saputra Namo (23), tak bisa diotopsi di rumah sakit milik TNI itu.
Pasalnya, tak ada dokter forensik yang bisa mengotopsi jenazah Lucky. Padahal Christian ingin agar anaknya bisa segera diotopsi.
"Ini mayat anak saya. Pikul dan keluarkan. 0Bawa anak saya, bawa," kata Christian.
Dia meminta pengusung jenazah dari anggota TNI AD dari Brigif 21 Komodo untuk segera mengeluarkan jenazah anaknya dari kamar mayat untuk dipindahkan ke rumah sakit lainnya.
Isak tangis keluarga pecah, saat jenazah Prada Lucky yang telah dibalut merah putih kembali dinaikan ke mobil ambulans.
Setelah itu, ambulans bergerak ke Rumah Sakit Bhayangkara Kota Kupang.
Tiba di rumah sakit milik koprs berbaju cokelat, Christian menengadahkan tangan kanannya sambil berteriak di belakang mobil ambulans yang memuat jenazah putra tercintanya Prajurit Dua (Prada) Lucky Chepril Saputra Namo (23).
Intonasi suara bergetar, Christian yang mengenakan seragam dinas lapangan khas matra darat, mempertanyakan kehadiran negara saat anaknya meninggal dengan cara tak wajar.
Berjalan mondar mandir di halaman depan kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Kupang, Kamis (7/8/2025), Christian yang bertugas di Komando Distrik Militer (Kodim) 1627 Rote Ndao, berulang kali meminta keadilan buat anak lelaki sulungnya itu.
Beberapa kali rekan kerjanya berusaha menenangkan Christian, tapi tetap saja tak mempan.
Dia terus saja mengumpat.
"Kamu saksikan semua, yang bunuh anak saya sifat PKI, keji. Ingat baik-baik itu," kata Christian dengan lantang.
Kekesalan Christian itu, lantaran putranya yang bertugas Batalion Teritorial Pembangunan (TP) 834 Waka Nga Mere Nagekeo, NTT, meninggal karena diduga dianiaya para seniornya.
Kekecewaannya semakin memuncak, lantaran keinginan untuk mengotopsi jenazah anaknya di Rumah Sakit Wira Sakti Kupang dan Rumah Sakit Bhayangkara Kupang, tak bisa terwujud.
Di Rumah Sakit Wira Sakti, tidak ada tenaga dokter untuk mengotopsi jenazah.
Sedangkan di Rumah Sakit Bhayangkara, dokter meminta surat pengantar dari polisi.
Christian hanya ingin membuktikan penyebab meninggal sang buah hati melalui otopsi.
Sehingga, dia meminta negara harus hadir untuk membantunya. Termasuk juga mengungkap pelaku pembunuh anaknya.
"Saya masih sah jadi tentara, jiwa saya merah putih. Saya sudah 31 tahun berdinas TNI, baru pertama terjadi di diri saya," tegasnya.
"Apa ini balasan buat saya. Saya hanya menuntut keadilan, negara tidak bisa bantu saya kah."
Beberapa rekan kerjanya, termasuk komandan dan keluarganya terus saja membujuknya.
Tak la kemudian, Christian mulai melunak.
Dia lalu meminta sopir ambulans, untuk membawa jenazah putranya ke rumah duka di Rumah Dinas TNI Angkatan Darat, Kodim 1617 Rote Ndao, yang berada di Kuanino, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang.
Tiba di rumah duka, ratusan pelayat dan keluarga ikut menangis menyambut kedatangan jenazah Lucky.
Letnan Dua (Lettu) Made Juni, seorang perwira muda, saat diwawancarai sejumlah wartawan mengatakan, segala upaya telah dilakukan pada saat Lucky menjalani perawatan di rumah sakit Nagekeo.
Namun, nyawa Lucky tak bisa diselamatkan.
"Jadi, sampai sini kita bisa visum, karena atas dasar penyidikan. Tapi bapaknya menginginkan untuk visum yang katanya pribadi," ujarnya singkat.
Tewas Dianiaya Senior
Seperti diketahui, Prada Lucky Namo (23), prajurit Yonif TP 834/Wakanga Mere, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, menghembuskan napas terakhir di IGD RSUD Aeramo pada Rabu (6/8/2025) sekitar pukul 11.23 Wita.
Ia meninggal setelah menjalani perawatan intensif selama empat hari, diduga akibat penganiayaan oleh seniornya.
Kondisi tubuhnya saat itu penuh luka sayatan dan lebam.
Kematian Prada Lucky menyita perhatian publik, terutama karena dugaan kuat bahwa ia menjadi korban kekerasan di satuan tempatnya bertugas.
Pada Rabu siang, jenazahnya diterbangkan dari Ende menuju Kupang.
“Pukul 12.45 WITA almarhum sampai di Kupang,” kata sumber internal yang dikutip Pos-Kupang.com.
Setibanya di Kupang, jenazah langsung dibawa ke RS Bhayangkara untuk proses autopsi guna memastikan penyebab kematian.
Rencananya, jenazah akan disemayamkan di rumah duka di samping Rusunawa Asrama TNI AD Kuanino, Kota Kupang.
Kabar ini cepat menyebar di masyarakat dan menjadi viral media sosial
(Kompas/Tribunnews)
Kasus Prada Lucky: Kronologi Dugaan Penyiksaan hingga Tewas dan Daftar 20 Anggota TNI yang Terseret |
![]() |
---|
Sosok Letda Inf Thariq Singajuru Diduga Senior yang Aniaya Prada Lucky, Punya Belasan Ribu Followers |
![]() |
---|
Siapa Prada Ricard Disebut Ikut Dianiaya Bersama Prada Lucky, Kakak Lucky Beri Kesaksian |
![]() |
---|
Perjalanan Karier Prada Lucky Jadi Anggota TNI, Lulus Setelah 8 Kali Tes |
![]() |
---|
Sosok Pemilik Akun Tuduh Prada Lucky Tak Bermoral Diduga Istri Tentara, Serma Christian Namo Murka |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.