Tribunners

Memanfaatkan Bonus Demografi melalui Guru Wali

Yang lebih penting seharusnya guru wali menjadi wadah tempat curahan hatinya para siswa.

Editor: suhendri
ISTIMEWA
Andre Pranata - Pendidik di SMPN 2 Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah 

Oleh: Andre Pranata - Pendidik di SMPN 2 Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah

BONUS demografi yang sedang dianugerahi Yang Maha Kuasa kepada negeri ini seharusnya diterima dengan ucapan rasa syukur yang mendalam. Akan ada banyak anak muda yang siap memajukan bangsa melalui karya inovatif dan yang paling mutakhir. 

Bonus demografi merupakan kondisi di mana jumlah pekerja produktif yang berusia 15-64 tahun lebih banyak dibanding dengan usia non produktif. Jika berhasil, maka berdampak kepada kemajuan ekonomi, pendidikan dan di segala sisi kehidupan bernegara. 

Puncak bonus demografi tersebut berada di rentang tahun 2030—2045. Artinya jika disandingkan dengan kondisi saat ini, anak-anak yang mengenyam pendidikan saat ini merupakan produk bonus demografi yang harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Tujuannya adalah agar siswa dapat bersaing sehat dengan anak-anak negara lain.

Cara untuk memanfaatkan bonus demografi tersebut adalah melalui peran vital pendidikan. Jika pendidikan berkualitas, maka anak-anak generasi emas akan berkualitas juga. Sebaliknya, jika pendidikan tidak berkualitas maka generasi emas bisa berubah menjadi generasi cemas. 

Dengan maraknya kasus perundungan dan kasus nonteknis yang menghantui anak-anak di sekolah, maka pergerakan guru di sekolah makin sesak. Salah satu cara untuk menambah kualitas pendidikan dan pembelajaran adalah melalui guru wali. 

Guru wali merupakan guru mata pelajaran yang ditugaskan untuk mendampingi siswa secara intensif, mulai dari masuk hingga lulus sekolah, dalam aspek akademik, karakter, dan pengembangan keterampilan. Tugas ini berbeda dengan wali kelas, karena guru wali fokus pada pendampingan jangka panjang dan pengembangan holistik siswa, bukan hanya pengelolaan kelas. 

Dari pengertian tersebut, guru wali tugasnya lebih kompleks dibanding guru mata pelajaran (mapel) atau wali kelas. Tetapi yang lebih penting seharusnya guru wali menjadi wadah tempat curahan hatinya para siswa. 

Banyak sekali siswa yang tidak memiliki wadah untuk bercerita atau untuk sekadar melepas beban yang ada di dalam dirinya. Banyak siswa di rumah yang tidak menjadi dirinya sendiri, apalagi di sekolah. 

Maka, sesuai perannya untuk pengembangan karakter anak, guru wali harus menjadi sosok yang bijaksana dan pendengar yang baik. Dua jam dalam seminggu, dua atau tiga anak diberikan waktu untuk menceritakan keluh kesahnya di rumah dan di sekolah. 

Bersama-sama dengan siswa lain yang diampu oleh guru wali tersebut untuk mencari jalan keluar atau tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mengurai permasalahan yang dihadapi siswa yang bercerita tadi. Guru wali juga bisa menceritakan pengalamannya yang relevan dengan permasalahan anak sehingga terjadilah rasa empati di antara siswa dan guru wali.

Dari sisi akademik, guru wali mungkin seharusnya tidak perlu mengulik dan membahas pembelajaran terlalu intensif, mungkin guru wali bisa memberikan afirmasi positif serta motivasi agar anak-anak lebih giat dalam belajar. 

Bisa juga guru bercerita atau memberikan pengalaman langsung terkait dengan mapel yang sulit bagi siswa. Jika siswa dijejali oleh materi-materi yang sama di jam normal sekolah, mungkin siswa akan sedikit malas untuk mendengarkan guru wali tersebut.

Intinya, kehadiran guru wali bisa bermakna positif bagi generasi penerus bangsa yang merupakan generasi emas di kemudian hari. Minimal sebagai tempat bercerita yang andal dan sebagai guru yang memang memperhatikan anak secara holistik di sekolah.

Untuk guru, para pemangku kepentingan harus memberikan batasan-batasan yang jelas agar tidak terjadi kasus yang tidak diinginkan. Lalu, perlu juga memberikan rambu-rambu yang jelas dalam pertemuan guru wali dan siswanya agar di dalam pertemuan tersebut punya makna yang berkesan dalam perkembangan siswa.

Tujuannya adalah agar anak-anak generasi emas sekarang ini bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas dan dengan begitu generasi emas bisa tercipta dan memiliki daya saing yang unggul di kancah internasional. (*)

Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved