Kisah Kelam Dibalik Meriahnya Lomba Panjat Pinang, Begini Filosofi dan Kontroversinya

Penulis: Agis Priyani
Editor: Dedy Qurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kisah Kelam Dibalik Meriahnya Lomba Panjat Pinang, Begini Filosofi dan Kontroversinya

BANGKAPOS.COM - Permainan panjat pinang merupakan permainan masyarakat Kalimantan Barat. Permainan ini sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda dan diperlombakan di setiap ada perayaan-perayaan tertentu.

Perayaan kemerdekaan Indonesia selalu diwarnai dengan semarak perlombaan. Salah satu jenis lomba yang selalu ada dalam setiap perayaan Kemerdekaan adalah panjat pinang.

Di sejumlah daerah, permainanpanjat pinang masih terus dimainkan dalam perayaan 17 Agustusan. Tak banyak yang tahu ternyata permainan ini sempat menimbulkan kontroversi. Bukan hanya itu, permainan ini juga punya sejarah kelam di tanah air. 

Dalam perlombaan panjat pinang, peserta diharuskan untuk memanjat pohon pinang. Pohon itu telah dihaluskan kulit luarnya dan ditanam kuat dalam tanah.

Namun, ada juga yang menggunakan kayu maupun bambu sebagai pengganti pohon pinang. Kayu atau bambu tersebut juga telah dilumuri lumpur agar licin.

Namun, di balik keseruan aksi lomba panjat pinang terdapat cerita kelam di baliknya. 

Simak penjelasan lengkap sejarah lomba panjat pinang dan filosofinya.

Sejarah Kelam Panjat Pinang

Mengutip dari surakarta.go.id, tradisi perlombaan ini muncul sejak masa kolonial berkuasa di Indonesia.

Pada zaman dahulu,  panjat pinang menjadi hiburan bagi orang-orang Belanda yang berada di Indonesia. Dalam bahasa Belanda, panjat pinang disebut dengan 'de klimmast' yang artinya panjang tiang.

Mulanya, perlombaan ini hanya dilaksanakan saat merayakan ulang tahun Ratu Belanda.

Namun, seiring perubahan zaman, panjat pinang mulai digelar di berbagai acara, mulai dari hari besar hingga pesta pernikahan.

Dilansir dari buku Indonesia Poenja Tjerita, meski dimainkan saat acara orang Belanda, namun yang memainkan permainan ini sejak dulu tetap pribumi.

Sejumlah hadiah menarik digantungkan di atas pinang untuk diperebutkan. Nah, ternyata dulu hadiahnya berupa barang-barang dan makanan loh, seperti beras, gula, roti atau terkadang pakaian.

Lomba yang berbentuk kelompok ini mengharuskan setiap tim untuk bergotong royong memperebutkan hadiah. Hadiah tersebut berada di puncak tiang yang harus mereka panjat.

Kisah Kelam Panjat Pinang

Halaman
123

Berita Terkini