Perang Israel dan Iran

Baru Sehari Gencatan Senjata, Netanyahu Sudah Kembali Ancam Gempur Iran: Perang Belum Berakhir

Editor: fitriadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

GENCATAN SENJATA - Tangkapan layar YouTube IsraeliPM yang diambil pada Minggu (22/6/2025).Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Iran pada hari Selasa (24/6/2025). Namun ia kembali mengancam akan menggempur Iran jika masih melanjutkan program nuklirnya.

Ia memprediksi masa depan yang lebih cerah bagi Iran dan menegaskan bahwa kerusakan yang diderita musuh jauh lebih besar daripada yang dialami Iran sendiri.

Pezeshkian juga menyatakan bahwa Iran sangat meyakini stabilitas kawasan dan hidup berdampingan dengan negara-negara tetangga, menegaskan bahwa kemampuan pertahanan Iran dipersembahkan untuk kepentingan negara-negara regional, Muslim, dan tetangga.

Ia menekankan pentingnya kewaspadaan bersama untuk menggagalkan upaya musuh memecah belah.

Warga Iran: Gencatan Senjata Israel Hanya Sandiwara

Kendati gencatan senjata membawa sedikit kelegaan, akan tetapi warga Iran skeptis. Banyak dari mereka melihat gencatan senjata ini hanya sebagai jeda sementara bukan tanda bahwa perang sudah benar-benar selesai.

Mereka takut bahwa setelah kondisi tenang sebentar, serangan bisa kembali terjadi kapan saja. Mereka menyebut ini sebagai istirahat sebelum serangan baru.

“Saya saya merasa lega, disertai kesedihan, kemarahan, dan ketakutan karena saya tahu gencatan senjata ini hanya sementara,” jelas Samaneh, reporter Iran.

"Saya tidak percaya mereka [Israel dan Iran] menyetujuinya. Saya terus menduga ada yang akan menyabotase semuanya," kata wanita yang tinggal di Teheran itu, mengutip Al Jazeera.

Hal serupa juga diungkap Raha guru sejarah asal Karaj, bagian dari kawasan Teheran Raya.

Ia menyebut gencatan senjata bukan akhir dari perdamaian melainkan jeda sementara.

“Ini bukan perdamaian – ini jeda. Bagaimana kita bisa mempercayai mereka yang berbicara tentang perubahan rezim dan perdamaian dalam satu tarikan nafas?” tanyanya.

Pernyataan ini dilontarkan bukan tanpa alasan, mengingat banyaknya korban tewas dan skala kerusakan yang disebabkan oleh pemboman Israel.

Ia khawatir tentang reaksi dalam negeri dan takut akan apa yang akan terjadi pada warga Iran meski gencatan senjata telah disepakati

"Saya khawatir rezim sekarang akan mencoba membalas dendam atas kekalahannya terhadap Israel dengan mengalihkan penindasannya ke dalam negeri," katanya.

Sementara itu di Kota Yazd, Iran bagian tengah, Mohammad, seorang perawat mengatakan bahwa pihaknya tidak menduga rezim menyetujui gencatan senjata hampir secara tiba-tiba.

"Saya senang ada gencatan senjata, tetapi saya tidak yakin itu akan bertahan lama," kata pria berusia 28 tahun itu.

“Saya tidak percaya pemerintah Iran, AS, atau Israel,” lanjut Mohammad.

“Saya masih syok, hal ini bertentangan dengan apa yang diharapkan banyak dari kita setelah melewati perang yang berlarut-larut. Saya pikir mereka [rezim] terpojok, takut akan pembunuhan Israel yang lebih menonjol, atau bahkan kelompok bersenjata internal,” tambahnya.

Pemimpin Dunia Merespons dengan Hati-hati

Merespons gencatan senjata antara Iran dan Israel, banyak pemimpin dunia menekankan bahwa situasi di kawasan masih sangat rapuh dan belum stabil sepenuhnya.

Kendati demikian dbanyak negara mendukung upaya damai, tetapi menyoroti bahwa tantangan besar masih membayangi, termasuk Rusia. Melalui juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitri S. Peskov, menyatakan dukungannya terhadap langkah gencatan senjata. 

“Kami berharap ini akan menjadi gencatan senjata yang berkelanjutan,” ucap Peskov dalam pernyataan resminya. Meski optimis, Rusia tetap mencermati perkembangan lapangan dengan hati-hati.

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga turut menyambut baik pengumuman gencatan senjata, tetapi mengingatkan bahwa kondisi di lapangan belum stabil.

“Menit-menit terakhir menunjukkan bahwa situasinya masih sangat rapuh,” ujarnya saat kunjungan ke Norwegia.

Sementara Kanselir Jerman Friedrich Merz menegaskan pentingnya kedua pihak untuk benar-benar menaati kesepakatan yang sudah dibuat.

Ia juga menyampaikan bahwa negara-negara Barat akan membahas langkah stabilisasi lanjutan dalam KTT NATO yang tengah berlangsung.

Senada dengan yang lainnya Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman dan pemerintah Arab Saudi, menyatakan bahwa negaranya mendukung terciptanya perdamaian nyata yang melibatkan kesepakatan konkret.

(Tribunnews.com/Choirul Arifin, Namira Yunia Lestanti, Danang Triatmojo)

Berita Terkini