Pembunuhan Dirut Media Online
Rekonstruksi Pembunuhan Adityawarman, Dua Tersangka Saling Serang di TKP, Keluarga Histeris
Rekonstruksi pembunuhan Adityawarman di Pangkalpinang berlangsung menegangkan. Dua tersangka saling serang di TKP, keluarga korban histeris
Penulis: M Zulkodri CC | Editor: M Zulkodri
BANGKAPOS.COM--Suasana tegang menyelimuti kawasan Dealova, Kelurahan Air Kepala Tujuh, Kecamatan Gerunggang, Pangkalpinang, Kamis pagi (9/10/2025).
Puluhan anggota kepolisian berseragam lengkap tampak berjaga di sekitar lokasi.
Garis polisi membentang rapat di sekitar pondok kebun—tempat berakhirnya nyawa Dirut media online Adityawarman.
Baca juga: Kematian Aditya Warman Ungkap Fakta Baru, Istri: Pagi Itu Hasan Sakit, Kita Beri Obat, Diminum Satu
Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Kepulauan Bangka Belitung (Babel) menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan sadis yang menewaskan jurnalis senior tersebut.
Dua tersangka, Martin dan Hasan, dihadirkan langsung untuk memperagakan 26 adegan yang menggambarkan kronologi pembunuhan berdarah itu.
Rekonstruksi dimulai pukul 09.45 WIB setelah kedua tersangka tiba di lokasi pada pukul 09.35 WIB.
Nampak keduanya diborgol, mengenakan pakaian tahanan berwarna oranye, dan dikawal ketat petugas bersenjata lengkap.
Keluarga korban dan tersangka pun turut hadir untuk menyaksikan proses rekonstruksi yang disebut polisi sebagai tahap penting dalam melengkapi berkas perkara.
Namun, ketegangan yang semula terkendali berubah menjadi drama emosional yang nyaris ricuh.
Adegan ke-11: Tersangka Membantah dan Keluarga Korban Murka

Ketika rekonstruksi memasuki adegan ke-11 momen di mana korban dipukul pertama kali tersangka Martin tiba-tiba berteriak dan membantah keterlibatannya.
“Demi Allah, Pak, saya tidak di lokasi. Saya di rumah waktu itu!” seru Martin dengan suara bergetar, membuat suasana mendadak riuh.
Keluarga korban yang berdiri di balik garis polisi sontak bereaksi keras.
“Woy, kamu jangan banyak bohong! Kamu yang bunuh! Jangan pura-pura suci!” teriak salah satu anggota keluarga dengan emosi meledak.
Petugas kepolisian segera turun tangan menenangkan massa.
Namun, karena suasana tak kondusif, penyidik memutuskan mengganti Martin dengan pemeran pengganti agar proses rekonstruksi bisa berlanjut.
Martin hanya bisa menunduk di dalam pondok sambil menyaksikan peragaan yang diperankan orang lain atas tindakannya.
Tubuhnya tampak lemas dan pucat, sementara tangannya gemetar menggenggam borgol.
Perkelahian di Tengah Rekonstruksi
Ketegangan belum berhenti. Beberapa menit kemudian, saat kedua tersangka diperhadapkan kembali untuk memperagakan adegan berikutnya, Martin dan Hasan justru saling serang.
Hasan tiba-tiba menonjok Martin, menyebabkan petugas panik dan segera melerai keduanya.
“Sudah! Jangan berkelahi, nanti rekonstruksi tidak selesai!” bentak salah satu polisi yang bertugas mengamankan TKP.
Perkelahian singkat itu memicu kemarahan keluarga korban yang merasa tersangka tidak menyesali perbuatannya.
“Biar mereka berkelahi saja, biar mereka rasakan penderitaan kami!” teriak seorang keluarga Adityawarman dengan nada getir.
Setelah insiden itu, proses rekonstruksi sempat dihentikan selama beberapa menit sebelum akhirnya kembali dilanjutkan dengan penjagaan yang lebih ketat.
Jeritan Keluarga Pecah di Lokasi Kejadian

Selama proses rekonstruksi, istri korban tampak tak kuasa menahan emosi. Ia menjerit histeris saat adegan pembunuhan diperagakan oleh pemeran pengganti.
“Kamu tega, Hasan! Bapak sudah anggap kamu anak sendiri. Kamu makan di rumah kami, tidur di rumah kami! Tapi kamu malah bunuh bapak karena hasutan Martin!” ucapnya sambil menunjuk tersangka yang diam membisu.
Teriakan tangis juga terdengar dari kakak korban.
“Kamu pembunuh! Rasakan nanti di penjara seperti yang kami rasakan kehilangan dia!” katanya dengan suara parau.
Beberapa kali petugas menenangkan keluarga agar proses hukum bisa tetap berjalan dengan lancar.
Menurut Kompol Faisal Fatsey, Kasubdit Jatanras Polda Babel, pihaknya sudah menyiapkan psikolog untuk mendampingi keluarga yang masih trauma berat akibat insiden berdarah itu.
26 Adegan yang Mengungkap Fakta Mengerikan
Rekonstruksi memperlihatkan betapa keji tindakan kedua tersangka.
Adegan pertama dimulai ketika Hasan menunggu korban di pondok kebun milik Adityawarman di kawasan Dealova.
Tak lama kemudian, korban datang dan berbincang santai membahas pekerjaan Hasan yang selama ini bekerja untuknya.
Beberapa menit kemudian, Martin muncul membawa sepotong balok kayu.
Saat korban lengah, Martin memukul bagian belakang kepala Adityawarman dua kali berturut-turut, membuat korban tersungkur ke lantai.
Hasan yang sempat terkejut malah ikut membantu. Ia memukul korban menggunakan balok yang sama hingga darah korban berceceran di lantai pondok.
Setelah korban tak berdaya, keduanya menyeret tubuh Adityawarman ke arah sumur di belakang pondok.
Di sana, Hasan mengambil batu bata dan melemparkannya ke tubuh korban agar tenggelam.
“Cepat, biar nggak ketahuan,” ujar Hasan, seperti diperagakan dalam adegan.
Setelah memastikan korban meninggal, kedua tersangka mencuci darah dengan air dan meninggalkan lokasi menggunakan mobil milik korban.
Mobil itu dibawa ke rumah Martin sebelum keduanya melarikan diri ke Palembang.
Tim gabungan Polda Babel dan Polda Sumsel berhasil menangkap mereka di sana setelah pelarian selama beberapa hari.
Pembunuhan Berencana dan Pencurian dengan Kekerasan
Direktur Reskrimum Polda Babel, Kombes Pol M. Rivai Arvan, melalui Kasubdit Jatanras Kompol Faisal Fatsey, menjelaskan bahwa rekonstruksi ini merupakan bagian akhir dari proses penyidikan.
“Ada 26 adegan yang diperagakan. Semua sudah sesuai hasil pemeriksaan dan alat bukti. Kami tegaskan, ini kasus pembunuhan berencana dan pencurian dengan kekerasan,” ujar Kompol Faisal.
Kedua tersangka dijerat pasal berlapis, yakni Pasal 340 KUHP (pembunuhan berencana), Pasal 338 KUHP (pembunuhan biasa), dan Pasal 365 KUHP (pencurian dengan kekerasan).
“Berkas segera kami serahkan ke Kejaksaan. Kami pastikan proses hukum berjalan transparan dan adil,” tegasnya.
Reaksi Keluarga: "Kami Tidak Akan Tenang Sebelum Pelaku Dihukum Mati"
Setelah rekonstruksi berakhir sekitar pukul 11.40 WIB, keluarga korban melampiaskan amarah dengan melempar air dan berusaha mendekati tersangka saat keduanya digiring ke mobil tahanan.
“Bawa ke sini! Biar kami salaman sebelum dia masuk penjara!” teriak salah satu keluarga sambil menangis.
Beberapa orang bahkan mencoba mendekat sebelum dihalangi petugas.
Emosi memuncak ketika seorang wanita, yang disebut kerabat dekat korban, menjerit
“Hasan, kamu munafik! Kamu fitnah Martin, tapi kamu juga ikut bunuh!”
Kedua tersangka akhirnya diamankan ke Mapolda Babel dengan pengawalan ketat.
Latar Belakang Pembunuhan: Dendam dan Uang
Dari hasil penyidikan, motif pembunuhan Adityawarman diduga kuat karena dendam pribadi dan masalah uang.
Hasan, yang bekerja sebagai sopir korban, merasa sakit hati karena ditegur keras terkait pekerjaannya.
Ia kemudian bersekongkol dengan Martin, teman lamanya, untuk “mengajari pelajaran” kepada korban.
Namun, rencana itu berubah menjadi pembunuhan brutal.
Setelah korban tewas, kedua tersangka sempat mengambil sejumlah uang tunai dan barang berharga, termasuk mobil pribadi milik Adityawarman.
(Bangkapos.com/Adi Saputra).
Adityawarman
Pembunuh Junralis
Pangkalpinang
Pemred Media Online
Rekonstruksi Pembunuhan
Meaningful
Multiangle
MultiangleLokal
SaksiKata
BPJS Kesehatan Pangkalpinang Tekankan Penguatan Faskes Tingkat Pertama untuk Perkuat Sistem JKN |
![]() |
---|
Pemkot Pangkalpinang Terbantu Program Rumah Subsidi, MBR Kini Bisa Miliki Hunian Layak |
![]() |
---|
Adegan Rekonstruksi Pembunuhan di Pangkalpinang, Tersangka Martin Ngaku di Rumah Saat Kejadian |
![]() |
---|
Keluarga Geram Saksikan Pelaku Habisi Adityawarman hingga Sebut Kamu Tega Habisi Bapak |
![]() |
---|
Dua Tersangka Pembunuhan Adityawarman Berkelahi saat Rekonstruksi Kasus di Pondok Kebun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.