Tribunners

Istikamah Mencintai Negeri 

Dengan istikamah mencintai negeri, kita tidak hanya mengenang sejarah, tetapi melanjutkan perjuangan.

Editor: suhendri
Dokumentasi Rahmat Zulkarnain
Rahmat Zulkarnain, S.P. - Wakil Ketua Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Bangka Belitung 

Oleh: Rahmat Zulkarnain, S.P. - Wakil Ketua Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Bangka Belitung

REPUBLIK Indonesia sudah 80 tahun merdeka, usia yang sudah cukup dikatakan matang dan dewasa, dan secara de jure dan de facto kita sudah diakui oleh bangsa luar sebagai negara yang merdeka dan bebas dari penjajahan. Ini dibuktikan setiap tahunnya kita merayakan hari kemerdekaan secara sukacita, dan banyak lagi momen nasional yang kita peringati selain HUT RI dan dirayakan setiap tahunnya, seperti Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, Hari Lahir Pancasila, dan masih banyak lainnya.

Peringatan itu semua bukanlah sekadar simbol atau momen sejarah yang harus kita rayakan dan kita ingat setiap tahunnya, namun sebuah pesan semangat yang harus tertanam di jiwa kita untuk terus dinyalakan demi masa depan bangsa Indonesia. Dan ini bukti yang nyata bangsa Indonesia mampu keluar dari segala bentuk sekat-sekat perbedaan, suku, bangsa, agama, dan daerah untuk melawan penjajahan waktu itu demi satu cita-cita yang mulia yaitu Indonesia merdeka.

Hari ini estafet perjuangan itu tidak boleh berhenti walaupun bangsa kita sudah merdeka, karena untuk melanjutkan semangat perjuangan bangsa kita tidak perlu menunjukkan dengan angkat sejata atau ikut berperang melawan penjajah, namun dengan karya, iman, inovasi, integritas, serta tindakan nyata untuk Indonesia. 

Namun, semua itu tidaklah mudah buat generasi penerus saat ini, di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi serta budaya westernisasi masuk ke negeri kita menjadi perhatian serta tantangan tersendiri buat kita semua sehingga berdampak kepada semangat cinta terhadapat tanah air mulai luntur.

Banyak generasi penerus elemen bangsa yang terjebak dalam euforia dunia maya, kehilangan arah, bahkan terkadang lupa jati diri bangsanya. Padahal, cinta tanah air tidak hanya diwujudkan dalam slogan atau perayaan tahunan, melainkan dalam sikap dan tindakan sehari-hari.

Banyak generasi penerus saat ini seperti lupa akan arti perjuangan para leluhur kita yang telah mewariskan kemerdekaan, mereka yang telah berjuang habis-habisan hingga mengorbankan jiwa dan nyawanya untuk republik ini. Namun, tugas kita hanya bagaimana merawat dan menjaga serta mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya. Para penerus bagaimana menjaga persatuan, mencintai budaya, menghargai perbedaan adat istiadat, budaya gotong royong bukan malah sebaliknya yang lebih mencintai budaya luar yang menyebabkan hilangnya cinta dan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.

Istikamah mencintai negeri merupakan sebuah tindakan menunjukkan keteguhan yang tumbuh dalam hati rasa cinta dan tanggung jawab terhadap bangsa ini. Istikamah artinya konsisten, terus-menerus, kontinuitas, tidak mudah berubah dan terus berpegang pada nilai-nilai kebaikan meskipun dunia terus berubah. Cinta tanah air yang istikamah bukanlah semangat yang muncul sesaat lalu padam, tetapi api yang terus menyala dalam diri kita yang sadar akan tanggung jawab sejarahnya.

Istikamah cinta tanah air itu sangat berat, karena tantangan sangatlah banyak mulai godaan-godaan dari luar, bahkan dari bangsa kita sendiri yang akan menggoyahkan prinsip pendirian kita sebagai anak bangsa. Godaan dari luar bisa ditunjukkan dengan lebih memedulikan budaya asing atau mencintai kebiasan luar negeri hingga gaya berpikir atau doktrin tidak menunjukkan cinta terhadap tanah air, dan godaan dari dalam bisa dilihat dari kebiasan sehari-hari yang menunjukkan tidak peduli dengan budaya setempat, tidak mau terlibat dalam kegiatan-kegiatan bersama dalam masyarakat, terus memunculkan perpecahan antarsesama anak bangsa, tidak menerima perbedaan dan hilangnya nilai-nilai nasionalismne sehingga berdampak tidak menghargai perjuangan para leluhur. 

Maka generasi penerus hari ini harus memahami bahwa mencintai negeri bukan sekadar berbicara tentang nasionalisme dalam kata, tetapi tentang tindakan nyata. Belajar dengan sungguh-sungguh adalah bentuk cinta kepada Indonesia, sebab ilmu dan pengetahuan adalah bekal untuk membangun bangsa. Menghargai perbedaan suku, agama, budaya, dan pendapat adalah wujud dari menjaga persatuan yang telah diperjuangkan oleh para pendahulu. 

Generasi yang istikamah mencintai negeri akan selalu mencari cara untuk berkontribusi. Mereka tidak menunggu kelak, namun langsung action atau kerja nyata, mereka tidak menunggu kesempatan datang, tetapi menciptakan kesempatan. Mereka sadar bahwa masa depan Indonesia tidak ditentukan oleh siapa yang paling kuat, tetapi oleh siapa yang paling peduli dan terus berbuat.

Dalam hal sekecil apa pun—menjaga lingkungan, menolong sesama, mengembangkan kreativitas, atau menolak korupsi—di situlah nilai cinta tanah air diuji. Karena bangsa Indonesia ini tidak dibangun oleh sekelompok golongan saja, namun semua elemen bangsa terlibat didalamnya yang berani melangkah, berpikir jernih, dan berjuang dengan nilai-nilai kejujuran serta cinta tanah air tanpa sebab. 

Apakah kita masih memelihara semangat itu atau justru membiarkannya pudar? Istikamah mencintai negeri berarti tidak menyerah pada keadaan, tidak apatis terhadap masalah bangsa, dan tidak berhenti berbuat baik walau kecil sekalipun. Indonesia membutuhkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter. Generasi yang berpikir global, namun tetap berpijak pada nilai-nilai luhur bangsa. Generasi yang tangguh, berakhlak, dan memiliki integritas. Karena di pundak merekalah harapan bangsa ini disandarkan.

Dengan istikamah mencintai negeri, kita tidak hanya mengenang sejarah, tetapi melanjutkan perjuangan. Sebab sejatinya, cinta kepada Indonesia bukanlah masa lalu, melainkan janji yang harus terus ditepati, hari ini dan selamanya. (*)

 

 

Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved