Profil Tokoh
Profil Bonnie Triyana, Sejarawan Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional & Alasannya
Profil Bonnie Triyana, Kepala Badan Sejarah Indonesia DPP PDI-P yang menolak usulan pemberian gelar pahlawan nasional kepada Soeharto.
Ia merupakan alumni SMA 1 Rangkasbitung tahun 1997 dan S1 jurusan Sejarah Universitas Diponegoro, Semarang pada 2003, dilansir dari Kompas.id, Rabu (8/8/2020).
Usai lulus dari Universitas Diponegoro, Bonnie sempat bekerja di Harian Suara Merdeka dan pernah berpindah ke Majalah Gatra.
Kiprahnya di bidang sejarah dimulai ketika menjadi asisten sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI (sekarang Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN), Asvi Warman Adam.
Bonnie juga sempat bekerja di Harian Jurnal Nasional hingga 2008 dan dipercaya memegang halaman budaya sebelum mendirikan Majalah Historia. Lalu pada 2018 ia menjadi perintis Museum Multatuli di Rangkasbitung, dan pada 2019 ia sukses menyelenggarakan Pameran DNA “Asal Usul Orang Indonesia” yang mengungkap keragaman leluhur orang Indonesia.
Satu tahun kemudian, tepatnya pada 2020, Bonnie berperan dalam pemulangan artefak Nusantara dari Belanda.
Selain itu, Bonnie tercatat sebagai seorang konsultan di Rijksmuseum, Amsterdam, Belanda.
Baca juga: Jokowi Akhirnya Pamer Ijazahnya Secara Langsung, Bukan Depan Roy Suryo Cs Tapi di Depan Sosok Ini
Kontroversi dengan Pemerintah Belanda
Sebagai seorang sejarawan, ia tercatat pernah memicu kontroversi dengan pemerintah Belanda karena opini yang pernah ditulisnya.
Polemik muncul saat Federatie Indische Nederlanders (Federasi Belanda-Indisch-FIN) menyatakan keberatan dengan tulisan Bonnie tentang masa “Bersiap,” dilansir dari Kompas.com, Selasa (25/1/2022).
Sebagai informasi, masa Bersiap adalah terminologi Belanda untuk menyebut masa yang dikenal dengan Agresi Militer.
Opini Bonnie berjudul "Schrap term 'Bersiap' voor periodisering want die is racistisch" yang berarti "Hapus istilah 'Bersiap' dalam periodisasi tersebut karena rasis", mendapatkan protes dari kelompok tersebut.
Istilah “Bersiap” di Belanda sering digunakan untuk merujuk pada kekerasan anti-kolonial yang “dilakukan” orang Indonesia pada 1945-1950.
Menurutnya, istilah tersebut selalu menggambarkan orang Indonesia yang primitif dan tidak beradab sebagai pelaku kekerasan.
Di sisi lain, Rijksmuseum mengatakan, pihaknya tidak melakukan penyensoran dan pelarangan atas istilah “Bersiap.”
Meskipun sempat terjadi perdebatan, namun istilah “Bersiap” tetap digunakan dan dipakai dalam opininya.
Respons Mensos
Menteri Sosial (Mensos) RI Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengklaim, usulan agar Soeharto mendapatkan gelar pahlawan nasional sudah melalui proses panjang.
| Prestasi Moncer Kolonel Inf Nur Wahyudi, Dari Somalia Bebaskan Sandera ke Lebanon, Kini Danrem Babel |
|
|---|
| Sosok Biodata Sofjan Hidayat Ayah Vanina Amalia Ternyata Bos Sido Muncul, Gurita Bisnisnya Mentereng |
|
|---|
| Profil Biodata Laksda Rudhi Aviantara, Jebolan AAL 1993 Jabat Pangkolinlamil, Jejak Karier Mentereng |
|
|---|
| Sosok Mahatma Ilham Panjaitan, Crazy Rich Low Profile Dijuluki ‘Godftaher' Kini Besan Erick Thohir |
|
|---|
| Profil Maya Suhasni Siregar Baru Dinikahi Wamenag Romo Syafii, Usia 54 Tahun, Suami Punya 7 Cucu |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.