Profil Ignasius Jonan yang Dipanggil Prabowo Merapat ke Istana, Dulu Kontra Ide Whoosh Jokowi

Ignasius Jonan adalah mantan Direktur KAI 2009-2014 dan Menhub 2014-2016 yang dipecat setelah dikabarkan menentang proyek Whoosh zaman Jokowi.

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
KOMPAS.com/FIKA NURUL ULYA
DIPANGGIL PRABOWO - Direktur Utama (Dirut) KAI 2009-2014, Ignasius Jonan dipanggil ke Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (3/11/2025). 

BANGKAPOS.COM - Ignasius Jonan, mantan Direktur Utama Kereta Api Indonesia (KAI) 2009-2014 dan Menteri Perhubungan 2014-2016 dipanggil Presiden Prabowo Subianto ke Istana Kepresidenan, Senin (3/11/2025).

Jonan berada di Istana sekitar 2 jam.

Ia mengaku dipanggil Presiden Prabowo dan difasilitasi oleh Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.

"Tadi kami diterima Bapak Presiden yang diprakarsai oleh Bapak Seskab selama kurang lebih dua jam. Lama sekali ya?" kata Jonan pasca pertemuan, Senin dilansir kompas.com.

"Enggak, enggak (bahas kereta cepat). Enggak, saya nggak diminta masukan kok soal itu," imbuh Jonan.

Jonan mengaku, kedatangannya ke Istana untuk berbagi cerita dan berdiskusi sebagai rakyat dan warga negara.

Diskusi itu seputar program-program yang dijalankan oleh Prabowo selama ini. Begitu pun peran aktif Prabowo dalam diplomasi luar negeri, pengembangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta partisipasi BUMN untuk Indonesia.

Lalu, program Makan Bergizi Gratis (MBG), Sekolah Rakyat, hingga Koperasi Desa Merah Putih yang mampu menciptakan efek merambat (multiplier effect) kepada perekonomian.

Selama diskusi berlangsung, Kepala Negara mendengarkan dengan baik.

"Puji Tuhan beliau berkenan untuk mendengarkan dan diskusi dan menerima lah beberapa masukan. Juga program-program yang sifatnya itu kerakyatan. Jadi diskusinya itu aja sih, nggak ada yang lain," beber Jonan.

Saat ditanya mengenai proyek kereta cepat yang sempat ditentangnya selama menjabat sebagai Menteri Perhubungan (Menhub), Jonan memilih konsisten tidak berkomentar.

Ia beralasan sudah pensiun dari kabinet, sehingga tidak elok menyampaikan pendapat. "Nggak ada, saya udah pensiun, saya nggak akan nyampaikan pendapat lah. Nggak, nggak ada. Enggak, ya diskusi aja kok. Diskusi aja," beber Jonan.

Jonan mengeklaim, Prabowo juga tidak bertanya kepadanya terkait pandangannya mengenai proyek Whoosh.

Oleh karenanya, tidak ada yang ingin ia sampaikan terkait proyek itu, termasuk cara melunasi utang Whoosh dan opsi perpanjangan tenor

"Saya kira kalau, saya nggak tahu ya, soal Whoosh sih beliau nggak tanya ke saya pandangannya apa segala, nggak. Saya nggak komentar soal yang begituan. Wong saya udah pensiun, nggak punya kewenangan kok. Nggak, jangan. Nggak boleh," bantahnya lagi.

Menurut Jonan, Prabowo memiliki cara dan kebijakan tersendiri terkait proyek tersebut.

"Nggak ada sama sekali. Saya pikir sih, mestinya beliau kan pasti punya kebijakan sendiri ya mengenai ini. Kan Whoosh-nya sendiri secara operasional bagus. Kalau yang lain-lain ya mungkin tanya beliau sendiri deh," tandas Jonan.

Terlepas dari itu siapa Ignasius Jonan yang dulu menolak ide proyek Whoos Jokowi?

Profil Ignasius Jonan

Dirut PT Kereta Api Ignasisus Jonan tertidur pulas di gerbong PT Kereta Api kelas ekonomi
Dirut PT Kereta Api Ignasisus Jonan tertidur pulas di gerbong PT Kereta Api kelas ekonomi (facebook KRL Mania)

Ignasius Jonan adalah mantan Direktur KAI 2009-2014 dan Menhub 2014-2016 yang dipecat setelah dikabarkan menentang proyek Whoosh zaman Jokowi.

Saat ini, Ignasius dikabarkan menjabat Komisaris Independen PT Unilever Indonesia Tbk, Chairman dan Komisaris Independen PT Anabatic Technologies, Komisaris Independen PT United Tractors, dan Ketua Dewan Pengawas Marsh Indonesia.

Lebih jauh, nama berikut gelar lengkapnya adalah Dr. (H.C.) Ignasius Jonan, S.E., M.A..

Ignasius Jonan lahir di Singapura pada 21 Juni 1963.

Ketika muda, Ignasius Jonan mengenyam pendidikan menengah atas di Surabaya, Jawa Timur.

Selepas itu, ia menempuh pendidikan tinggi dengan mengambil jurusan S-1 Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Airlangga.

Jonan berhasil lulus dan meraih gelar sarjana pada tahun 1986.

Setelah meraih gelar S-1, ia melanjutkan pendidikan S-2 di Fletcher School, Tufts University, Amerika Serikat (AS).

Nama Ignasius Jonan sempat beririsan dengan Whoosh di awal pembangunannya.

Jonan menjadi salah satu sosok yang menentang pembangunan kereta cepat sejak awal. 

Sebagai informasi, KCJB alias Whoosh kini menghadapi beban utang yang cukup berat.

KAI selaku induk usaha dan salah satu pemegang saham terbesar, bersama dengan tiga BUMN lainnya, harus menanggung renteng kerugian dari Whoosh sesuai porsi sahamnya di PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PT PSBI).

Dalam laporan keuangan per 30 Juni 2025 (unaudited) yang dipublikasikan di situs resminya, entitas anak KAI, PT PSBI, tercatat merugi hingga Rp 4,195 triliun sepanjang 2024.

Artinya, dalam sehari saja, bila menghitung dalam setahun ada 365 hari, konsorsium BUMN Indonesia harus menanggung rugi dari beban KCIC sebesar Rp 11,493 miliar per hari.

Kerugian itu masih berlanjut tahun ini.

Hingga semester I-2025 atau periode Januari–Juli, PSBI sudah membukukan kerugian sebesar Rp 1,625 triliun.

Sebelum mulai digarap, proyek ini sejatinya sudah menuai banyak kontroversi.

Sikap tegas Ignasius Jonan terbawa hingga ia menjabat sebagai Menteri Perhubungan (Menhub) pada periode pertama Presiden ke-7 Joko Widodo.

Pria asal Surabaya itu mengharamkan dana APBN digunakan untuk membiayai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

Ia juga menolak memberikan izin trase kala itu karena masalah konsesi, di mana KCIC meminta konsesi KCJB adalah 50 tahun sejak kereta beroperasi, sementara menurut aturan konsesi seharusnya dimulai dari penandatanganan kontrak.

Jonan menegaskan keputusannya itu untuk menegakkan aturan yang berlaku, yakni sesuai dengan Perpres Nomor 107 Tahun 2015 dan UU Nomor 23 Tahun 2007.

Belakangan, konsesi KCJB kini malah ditetapkan menjadi 80 tahun.

Diberitakan Harian Kompas, 1 Februari 2016, izin trase dari Kementerian Perhubungan sempat terkatung-katung lantaran Jonan belum menerbitkan izinnya.

Menurutnya, alasan belum keluarnya izin karena dirinya tegas mengikuti koridor regulasi.

"Saya kira publik tidak pernah memahami UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dan peraturan menteri yang mengikutinya. Kalau mereka tahu, mereka akan mengerti saya hanya menjalankan undang-undang," kata Jonan saat itu.

"Mereka sebagai pengusaha tentu akan minta kemudahan sebanyak-banyaknya. Kementerian BUMN tentu minta sebanyak-banyaknya, kita (Kementerian Perhubungan) yang harus mengaturnya," tambahnya. 

Karier Ignasius Jonan

Menjadi Dirut PT KAI

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kala itu, Sofyan Djalil, mengangkat Ignasius Jonan sebagai Dirut PT KAI pada tahun 2009.

Dilansir TribunnewsWiki.com, sebenarnya, sebelum ini Jonan tak memiliki rekam jejak berkarier di bisnis transportasi, terutama kereta api.

Meski begitu, ternyata dirinya mampu membawa keuntungan kepada PT KAI.

Sebelumnya, PT KAI mengalami kerugian sebesar Rp83,5 miliar pada tahun 2008.

Namun, ketika Ignasius Jonan menjabat sebagai Dirut, mereka mampu meraih keuntungan sebesar Rp154,8 miliar.

Pada tahun 2013, bahkan PT KAI meraup keuntungan sebesar Rp560,4 miliar.

Berbagai keuntungan tersebut turut berimbas baik pada aset yang dimiliki PT KAI.

Pada masa kepemimpinan Ignasius Jonan, aset PT KAI bertambah dari Rp5,7 triliun menjadi Rp15,2 triliun pada tahun 2013.

Ignasius Jonan pernah menceritakan kisahnya dalam membangun PT KAI.

Ia mengaku, hal pertama yang dilakukannya adalah meminta kepala stasiun untuk memperbaiki dan membersihkan toilet stasiun sehingga bisa lebih layak digunakan oleh penumpang.

"Awal saya menjabat, saya katakan, toilet harus bersih dan layak. Kalau gak bisa bersihkan toilet semua jadi omong kosong."

"Kalau toilet bisa ya yang lainnya bisa," kata Jonan saat menjadi Keynote Speaker seminar dalam rangka menyambut World Toilet Day Asosiasi Toilet Indonesia (ATI) di Jakarta, Sabtu (19/11/2022).

Keinginan itu sempat diprotes kepala stasiun karena Jonan sebagai Direktur Utama malah bicara soal toilet.

"Lalu saya mengancam semua toilet di ruang kepala stasiun ditutup jika tak dilakukan."

"Setelah itu, toilet stasiun kini sudah lebih baik dibanding yang dulu-dulu," jelasnya.

Jonan mengingat, saat itu dari 150 dari 750 stasiun di Jawa dan Sumatra yang menaikkan dan menurunkan penumpang memiliki 6.000 lubang kloset.

Sementara saat itu, dalam setahun ada 600 juta orang yang naik turun kereta api.

"Jika 10 persen dari 600 juta penumpang ke toilet, artinya dalam setahun sudah 60 juta penumpang ke toilet stasiun sehingga rata-rata per lubang dipakai untuk 10 ribu orang per tahun," jelasnya.

Menjadi Menteri di Era Jokowi

Memiliki kemampuan dalam memimpin membawa Ignasius Jonan menduduki jabatan-jabatan prestise.

Ketika berusia 36 tahun, ia menduduki posisi sebagai Direktur Citibank.

Pria berusia 60 tahun itu juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero).

Meski begitu, beberapa waktu kemudian Ignasius Jonan kembali ke Group Citibank.

Nama Jonan mulai melambung ketika dirinya mempimpin PT KAI, keberhasilan itu membawanya menduduki jabatan sebagai menteri.

Pada 26 Oktober 2014, Ignasius Jonan diangat menjadi Menteri Perhubungan di Kabinet Kerja pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.

Namun, pada 27 Juli 2016 Presiden Jokowi melakukan reshuffle kabinet, posisi Jonan sebagai Menteri Perhubungan kemudian digantikan oleh Budi Karya Sumadi.

Lalu, pada 14 Oktober 2016 sampai 20 Oktober 2019, ia diamanahi oleh Jokowi untuk menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia.

(Tribun Timur/ Kompas.com/ bangkapos.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved