Pengamat UGM Soroti Bobibos Bahan Bakar Jerami Temuan M. Ikhlas Thamrin: Bisa Mimpi Siang Bolong
Menurut pengamat UGM ini, Bobibos atau bahan bakar jerami buatan M. Ikhlas Thamrin akan jadi mimpi siang bolong jika tak didukung Pertamina.
Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
BANGKAPOS.COM - Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada Dr. Fahmy Radhi, MBA ikut mengomentari Bobibos (Bahan Bakar Original Buatan Indonesia Bos) alias bahan bakar jerami temuan Muhammad Ikhlas Thamrin.
Menurut pengamat UGM ini, Bobibos atau bahan bakar jerami buatan M. Ikhlas Thamrin akan jadi mimpi siang bolong jika tak didukung Pertamina.
Fahmy mengatakan Bobibos diperkenalkan sebagai terobosan inovasi dari sejumlah anak muda untuk menghasilkan alternatif BBM sebagai energi baru terbarukan (EBT) dengan kualitas tinggi, harga murah dan ramah lingkungan.
“Meski begitu Bobibos masih harus diuji kelayakan sebagai BBM, baik uji laboratorium, maupun uji lapangan,” ujarnya di Kampus UGM, Kamis (20/11) dikutip dari laman ugm.ac.id.
Fahmy menuturkan untuk uji laboratorium bisa dilakukan oleh Lemigas Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) guna menguji RON, kandungan sulfur, emisi dan sebagainya.
Sedangkan untuk uji lapangan bisa dilakukan oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) guna menguji penggunaan Bobibos pada berbagai jenis kendaraan bermotor dengan mencapai 50.000 KM setiap kendaraan bermotor yang diuji, sesuai dengan standar uji internasional.
“Setelah kesemuanya lolos uji, saya kira Kementerian ESDM baru mengeluarkan sertifikat layak untuk produksi dan pemasaran secara masal,” katanya.
Fahmy mengungkapkan diperlukan investasi yang tidak kecil untuk produksi dan pemasaran massalnya.
Selain itu perlu jaringan distribusi yang luas di seluruh wilayah Indonesia.
Ia berpandangan semestinya PT Pertamina memberi dukungan adanya penemuan ini.
Jika perlu untuk mengatasi kesulitan, PT Pertamina turut berinvestasi pada Bobibos yang dinilai cukup prospektif di masa depan.
Dalam pendapatnya, Fahmy berharap Bobibos bisa menggunakan jaringan distribusi yang dimiliki Pertamina.
“Bobibos perlu didukung baik dalam fasilitas penyimpanan, maupun jaringan SPBU. Tanpa dukungan penuh dari Pertamina akan sangat sulit bagi Bobibos dapat diproduksi dan dipasarkan secara masal. Bisa-bisa Bobibos hanya sekedar mimpi di siang hari bolong. Jangan biarkan ini bernasib sama seperti blue energi, yang sempat diluncurkan pada saat pemerintahan SBY, yang layu sebelum berkembang,” imbuhnya.
Seperti diketahui, sejak diluncurkan pada awal November 2025, Bobibos mengundang perhatian banyak pihak dan menjadi perbincangan luas seantero jagat.
Sebagai temuan baru, Bobibos diklaim sebagai bahan bakar minyak (BBM) berbahan baku jerami, yang menghasilkan BBM baru dengan oktan mencapai RON 98. Kandungan oktan yang dimiliki setara dengan BBM Pertamaxs Turbo.
Perlu Klarifikasi Ilmiah dan Transparan
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Cuk Supriyadi Ali Nandar, memberikan penjelasan dari sisi ilmiah. Cuk mengatakan bahwa penelitian terkait pemanfaatan jerami sebagai bahan baku energi memang memiliki dasar ilmiah tertentu.
BRIN sendiri saat ini tengah meneliti proses konversi biomassa menjadi biohidrokarbon, baik yang menyerupai bensin (gasoline) maupun solar (diesel).
“Di BRIN sedang melaksanakan riset terkait pemanfaatan biomasa menjadi biohidrokarbon, baik itu gasoline maupun diesel,” ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (19/11/2025).
Namun, ia menegaskan, tidak semua jalur konversi jerami siap diterapkan.
Salah satu rute yang dikenal adalah mengolah jerami menjadi etanol melalui fermentasi, memanfaatkan mikroorganisme atau enzim.
Tetapi tahapan ini panjang dan teknologinya belum matang untuk dikembangkan hingga tahap menghasilkan biohidrokarbon siap pakai.
“Jalur dari jerami dibuat etanol melalui fermentasi menuju biohidrokarbon belum kami pertimbangkan karena tahapan yang panjang dan kami menilai secara teknologi belum matang,” katanya
Cuk menambahkan bahwa BRIN belum dapat memberikan penilaian lebih perinci mengenai metode yang diklaim Bobibos karena tidak ada informasi teknis yang disampaikan secara resmi.
“Karena kami belum jelas mengetahui secara pasti proses yang dipilih oleh Bobibos, maka kami belum dapat berkomentar lebih detail,” katanya.
Dengan begitu, meskipun gagasan mengolah jerami menjadi bahan bakar untuk dua jenis mesin berbeda terdengar menarik, BRIN menilai bahwa klaim tersebut tetap membutuhkan klarifikasi ilmiah dan penjelasan proses secara transparan agar dapat dievaluasi secara objektif.
Sosok Muhammad Ikhlas Thamrin Penemu Bobibos, Awalnya Ciptakan Kompor Pulsa
Jauh sebelum dikenal sebagai penemu Bobibos bahan bakar jerami, Muhammad Ikhlas Thamrin sudah lebih dulu menciptakan kompor pulsa pada 2015.
Namun, nasib kompor pulsa yang Muhammad Ikhlas Thamrin cipitakan ini tak setenar Bobibos bahan bakar jerami.
Dikutip dari berbagai sumber, peeemuan kompor pulsa itu bermula dari keresahannya yang mencari solusi untuk permasalahan energi.
Begitu lulus kuliah pada 2025, Muhammad Ikhlas Thamrin pun mulai mencari solusi.
Lalu pada 2007 Muhammad Ikhlas Thamrin memulai riset tentang energi bersama timnya.
Ia berpendapat energi di Indonesia berpotensi langka dan mahal karena belum memanfaatkan energi terbarukan terlebih yang saat ini digunakan belum ramah lingkungan.
Pada 2007, Muhammad Ikhlas Thamrin memulai riset tentang energi bersama timnya.
Delapan tahun kemudian atau pada 2015, ia mendirikan PT Baterai Freeneg Generasi.
Hasil dari riset yang dilakukannya melahirkan sebuah solusi energi berbasis pulsa berupa kompor dan motor.
Kala itu, patennya telah diuji oleh International Certificate Testing Technology (ICTT).
Kompor dan motor listrik tersebut akan dapat digunakan dengan baterai yang menganut sistem pulsa token.
Pengguna tidak perlu mencari stasiun pengisian listrik umum untuk mengisi daya jika baterai habis melainkan cukup mengisi pulsa token.
Muhammad Ikhlas Thamrin bermimpi membangun ekosistem listrik di Indonesia pada 2030.
Penelusuran Bangkapos.com, Muhammad Ikhlas Thamrin pernah membagikan postingan di Facebook soal kompor pulsa ini pada 12 Desember 2021.
Di postingan itu, Ikhlas Thamrin memperkenalkan Kompor Pulsa Freeneg yang diklaim-nya menjadi pengganti Tabung Gas dengan cukup membeli pulsa token di Omind,
Dia mengklaim temuan ini merupakan kompor Pulsa Pertama di dunia karya anak bangsa dan hanya bisa didapatkan di Koperasi Duta Omind Indonesia
Dia berharap hadirnya kompor pulsa Freeneg akan menjadi Solusi setiap rumah tangga.
Hanya saja, tak ada kabar lebih jauh bagaimana nasib temuan kompor pulsa ciptaan Ikhlas Thamrin ini.
Kini Muhammad Ikhlas Thamirn jadi sorotan setelah bersama timnya menemukan Bobibos yang merupakan akronim Bahan bakar Original Buatan Indonesia Bos sebagai bahan bakar jerami.
Dia dan timnya melakukan riset selama 10 tahun.
Bobios dibuat dari dari berbagai tanaman yang mudah tumbuh di banyak wilayah Indonesia, termasuk di lahan persawahan.
Dengan RON mendekati 98, Bobibos disebut bisa menempuh jarak lebih jauh dibandingkan bahan bakar solar konvensional saat ini.
10 tahun riset mandiri, Bobibos masih perlu lewati banyak pintu
Muhammad Ikhlas Thamrin menciptakan Bobibos dilatarbelakangi oleh keresahannya pada tingginya ketergantungan Indonesia terhadap energi impor.
Ia ingin membuktikan Indonesia mampu berdiri di atas kaki sendiri melalui ilmu pengetahuan dan riset mandiri.
Siapa sosok Muhammad Ikhlas Thamrin lebih jauh?
Muhammad Ikhlas Thamrin adalah alumni Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo angkatan 2001.
Selama kuliah, Muhammad Ikhlas Thamrin mengaku sangat sering mengikuti demonstrasi untuk mengkritisi sumber energi di Indonesia.
“Saya ingat betul pernah berdemo di Jakarta untuk menolak kenaikan harga BBM.
Namun, setelah lulus saya mulai berpikir apa yang dapat saya lakukan untuk memberi solusi perihal energi,” ujar Muhammad Ikhlas Thamrin dikutip dari situs resmi UNS, Rabu (12/11/2025).
Pada kesempatan lain, Ikhlas Thamrin menyebut diperlukan bahan baku jerami yang “kira-kira 9 ton untuk produksi Bobibos sebanyak sekitar 3.000 liter,
Jumlah bahan baku itu menurutnya setara dengan limbah dari satu hektar sawah padi.
Limbah batang kering tersebut kemudian diproses menggunakan mesin dan serum yang dikembangkan oleh timnya.
Ikhlas, yang juga menjabat sebagai CEO PT Inti Sinergi Formula, optimistis Bobibos bisa diproduksi di seluruh Indonesia, mengingat luasnya lahan padi nasional.
Ia bahkan menargetkan bahwa harga jual kedua varian bahan bakar tersebut dapat diseragamkan dan, dalam jangka panjang, berpotensi berada di bawah Rp 10.000 per liter.
Dukungan terhadap upaya ini datang pula dari Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat, yang sempat mencoba performa Bobibos pada mesin traktor di Lembur Pakuan, Subang, dan menawarkan pasokan jerami dari 1.200 hektar sawah sebagai bahan baku.
Saat ini, produksi massal Bobibos masih menunggu izin pemerintah, sedangkan 3.000 liter produksi awal telah digunakan dalam uji coba terbatas di wilayah Jonggol.
Pengama Ragukan Bobibos: Apa Betul RON 98?
Sementara itu, Ali Ahmudi, Ketua Pusat Studi Kebijakan Energi dan Pertambangan (Puskep) Universitas Indonesia, menilai bahwa klaim Bobibos sebagai bahan bakar setara RON 98 harus dipertimbangkan secara terbuka agar publik memahami dasar teknologinya.
Menurut Ali, bahan bakar beroktan tinggi yang berbasis nabati umumnya memerlukan proses pengolahan yang kompleks dan sering kali melibatkan tambahan zat aditif.
“Apakah betul RON-nya 98, dan bagaimana prosesnya? Dugaan saya ada pencampuran hidrogen untuk melepas O?. Tapi kita tunggu saja penjelasannya bagaimana,” ujarnya kepada Kompas.com belum lama ini.
Ia menjelaskan bahwa produk dengan RON tinggi biasanya dihasilkan melalui teknologi kilang yang panjang, melibatkan reaksi kimia dan katalis.
Selain itu, meskipun bahan bakar nabati seperti E100 atau B100 bisa diproduksi tanpa campuran bahan bakar fosil, mereka tetap memerlukan aditif pendukung.
“Secara teknis, bahan bakar nabati murni bisa diproduksi, tapi tetap memerlukan bahan tambahan yang mendukung reaksi konversinya,” kata dia.
Karena itu, Ali menekankan pentingnya adanya transparansi mengenai formula, proses produksi, serta hasil uji laboratorium agar publik dapat menilai kualitas, keamanan, dan kesesuaian Bobibos dengan standar bahan bakar sebelum dipasarkan luas.
Dedi Mulyadi dan Bobibos Teken MoU
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi resmi menandatangani nota kerjasama dengan penemu Bahan Bakar Original Buatan Indonesia Bos (Bobibos), Muhammad Ikhlas Thamrin, di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, Sabtu (15/11/2025).
Kerjasama tersebut bertujuan mengembangkan bahan bakar nabati berbasis jerami agar bisa masuk ke tahap produksi.
"Kita sudah tanda tangan MoU. MoU-nya sudah ditanda tangan antara saya dengan bosnya, Bobibos," ujar Dedi dalam rekaman video yang diterima Kompas.com, Sabtu (15/11/2025).
Mantan Bupati Purwakarta itu menjelaskan, produksi perdana bahan bakar nabati tersebut akan segera dilakukan dalam waktu dekat.
Rencananya akan dilakukan uji coba di lingkungan Lembur Pakuan terlebih dahulu.
"Nanti ke depannya adalah hal-hal yang bersifat teknisnya. Jadi minggu depan kita panen. Maka jeraminya akan segera dibuat produksi untuk bahan bakar nabati dan konsumsinya hanya untuk uji coba di lingkungan Lembur Pakuan dulu," katanya.
Menurut Dedi, penggunaan bahan bakar nabati selain ramah bagi lingkungan, diyakini juga dapat mengurangi beban subsidi pemerintah untuk penyediaan BBM.
Ia menargetkan, bila uji coba di Lembur Pakuan berjalan baik, ke depannya akan diterapkan di seluruh jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
"Minimal seluruh jajaran pemerintah Provinsi Jawa Barat ke depan menggunakan bahan bakar nabati sehingga APBD-nya efisien. APBD-nya efisien, subsidi negaranya terkurangi karena subsidi BBM sama tinggi," tuturnya.
Selain mengurangi beban subsidi energi, Dedi menilai inovasi ini berpotensi membawa dampak ekonomi bagi petani.
Limbah jerami yang selama ini tidak bernilai bisa menjadi komoditas baru. Sebab, menurutnya, petani nantinya tidak hanya menjual padi. Namun juga bisa menjual jerami.
(Tribun Trends/ Kompas.com/ Kompas.tv/ Bangkapos.com)
| Profil Rospita Vici Pauylin, Ketua Sidang KIP Ijazah Jokowi yang Cecar UGM |
|
|---|
| Sidang Sengketa Informasi Ijazah Jokowi Memanas, KIP Perintahkan UGM Lakukan Uji Konsekuensi |
|
|---|
| Biodata Rospita Vici Paulyn, Hakim KIP Semprot UGM Soal Sengketa Ijazah Jokowi, Jebolan Teknik Sipil |
|
|---|
| Nasib Kompor Pulsa Buatan Muhammad Ikhlas Thamrin Penemu Bobibos Bahan Bakar Jerami |
|
|---|
| Profil Muhammad Ikhlas Thamrin Penemu Bobibos BBM Jerami MoU dengan KDM, Cipta Motor & Kompor Pulsa |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20251116-Bobibos-bahan-bakar-jerami-padi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.