Anak Bungsu Jenderal Ahmad Yani Beberkan Tragedi Berdarah Menimpa Sang Ayah

Rumah ini pula menjadi saksi bisu peristiwa berdarah dan penembakan sang Jenderal Ahmad Yani pada 1 Oktober 1965.

Editor: fitriadi
TRIBUNNEWS.COM / Fransiskus Adhiyuda
Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi Jenderal TNI A Yani 

Baca: Detik-detik Tewasnya 7 Jenderal TNI Dalam Film G30S/PKI

Pasalnya, Eddy lah yang membangunkan sang Ayah  bahwa ada tamu dari Tjakrabirawa yang akan menjemput menuju istana Presiden.

"Ini yang membuka pintu awalnya mbok Milah (Pembantu Rumah Jend. A. Yani). Awalnya pintu tertutup lalu mereka (pasukan Tjakrabirawa) ketok pintu, lalu dibukakan, mbok Milah bertanya 'ada apa?', 'Tolong bangunkan pak Yani' kata pasukan Tjakrabirawa," tutur Eddy.

"Kebetulan saya terbangun dan tepat berada di belakang Mbok Milah. Lalu mbok Milah menyuruh saya 'Den Eddy, Tolong bangunkan bapak. Lalu saya mendekat ke pasukan Tjakrabirawa. 'Tolong dibangunkan bapak, bapak disuruh menghadap Presiden,"

"Lalu saya bangunkan bapak, pada saat saya bangunkan bapak lagi tidur menyamping. 'Pak..pak.. ada Tjakrabirawa meminta bapak untuk segera ke Istana bertemu dengan Presiden,"

"Bapak sempat melontarkan kata-kata mengunakan bahasa Jawa 'Ono opo toh isuk-isuk Tjakrabirawa' gitu,"

"Bapak lalu keluar ke depan pintu, saya nunggu di lorong sini (pintu masuk samping) sama mbok Milah disamping mesin jahit. Lalu bapak keluar dialog disini (didepan pintu), yang mengadapi bapak sekitar 5 orang Tjakrabirawa karena yang lain (menyisir rumah). Sempat berdialog 'mereka (pasukan Tjakrabirawa) baru tau kali ya karena masing-masing hanya dikasih foto Ahmad Yani, karena mereka tidak banyak tau bapak,"

''Bapak dipanggil Presiden segera', bapak hanya bilang 'nanti saya akan menghadap Pak Presiden jam 08.00', 'tidak bisa pak, sekarang juga,"

"Karena kasarnya itu, 'kamu itu prajurit tau apa?', saat itu juga dipukul sama bapak. 'Saya mau mandi dulu, kata Bapak. Trus bapak tutup pintu. Habis tutup pintu, jalan berapa langkah yang bagian belakang yang dipukul itu langung menembak bapak," cerita pria berkaca mata tersebut.

Baca: Mencekam, Inilah 6 Video Asli Suasana Paska Pemberontakan G30S PKI

Eddy juga sempat mengungkapkan bahwa dirinya sempat tidak mau bercerita kepada banyak orang soal peristiwa berdarah tersebut.

Sebagai informasi, Jenderal Ahmad Yani lahir pada tanggal 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo, Jawa Tengah, putra dari Bapak Sarjo dan Ibu Murtini.

Beliau mengenyam pendidikan HIS di Purworejo, kelas 2 pindah ke Magelang, Bogor dan tamat tahun 1935. Berlanjut ke MULO bagian B tamat tahun 1938 lalu AMS bagian B di Jakarta dengan prestasi A.

Jenderal Ahmad Yani masuk militer Belanda (Corps Opleiding Reserve) di Dinas Topografi dan menempuh pendidikan di Malang.

Pada zaman Jepang 1943, beliau masuk Heiho di Magelang sebagai Shodanco Tentara Sukarela Peta di Bogor.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved