2 Wanita Bercadar dan Seorang Pria Berdiri di Tempat Umum, Minta Dipeluk, Ini yang Terjadi
Aksi teror yang terjadi akhir-akhir ini meninggalkan bekas atau luka bagi bangsa Indonesia.
Ketika ujaran kebencian yang memecah belah berbaris di wall Sosial Media, kami hanya melihat tanpa ada rasa ingin membagikan.
Kami membela negeri bukan membawa nama Nasrani, bukan juga mengaku Hindu, Budha, atau Muslim. Kami bersuara lantang menjaga NKRI dengan nama ibu Pertiwi, Indonesia yang kami cintai.
Kami tak mau hidup dengan saling memanas-manasi, kami tahu Kerukunan itu mahal.
Kami tak mau desa kami hancur Karena tak memiliki Toleransi termasuk Negara ini.
Ada ratusan bahkan ribuan orang yang tak ingin kita tenang.
Melihat kita bertikai membuat mereka senang.
Melihat kita saling menyakiti membuat mereka semakin menjadi.
Melihat kita terluka membuat mereka tertawa.
Ingatlah saudara, kita ada di Indonesia, negara yang penuh keberagaman, kerukunan dan banyak lagi hal yang menjadi contoh negara lain.
Tuhan sengaja menciptakan kita dari Sabang sampai Merauke dengan penuh perbedaan.
Agar kita paham, arti menghargai, mengasihi, menerima, meski kita berbeda.
Dua bangunan di desa saya ini selalu menjadi kebanggaan.
Bangunan ini hanya sebuah simbol, bahwa kami di sini tak pernah mengerti dan tak mau mengerti apa itu saling membenci.
Kami belajar saling mengasihi, bukan memusuhi. Kami berbagi, bukan saling mencaci maki.
Andai saja kita bisa menjadi seperti bangunan ini, meski dalam satu lahan tapi tak ada satu tiang pun yang memisahkan, meski dalam perbedaan.
Kami tak pernah takut teror, kami tak pernah takut teroris.
Yang kami takut saat kasih dan kedamaian kita hilang.
Saat teror bom membuat kita takut, mereka tertawa melihat kita menderita.
Meski kita beda, namun kita tetap sama, dan ada di Tanah yang sama, Indonesia tercinta.
Mari kita jaga kerukunan, jangan mudah dipecah belah. Jangan mudah kita terprovokasi, karena hanya untuk kepentingan pribadi orang-orang yang tak punya hati.
Tulisan: Valdy Suak Wartawan Tribun Manado