Human Interest Story
Curhatan Nakes di Wisma Karantina, Pernah Dimarahi Pasien Karena Merasa tak Diperhatikan
Siang itu jam tepat menunjukkan pukul 11.00 WIB, Desi bersama dua orang rekannya langsung mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap
Penulis: Cepi Marlianto | Editor: nurhayati
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Siang itu jam tepat menunjukkan pukul 11.00 WIB, Desi bersama dua orang rekannya langsung mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap, mulai dari sarung tangan, masker hingga baju hazmat.
Hal itu bukan tanpa alasan, karena tepat pada jam tersebut menjadi waktu pengecekan kesehatan bagi para pasien yang menjalani isolasi di Wisma Karantina pasien Covid-19, bekas Puskesmas Girimaya, Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung.
Baca juga: Ini Isi Hujatan Kartika Damayanti yang Hina Ayu Ting Ting dan Bilqis, Bikin Umi Kalsum Murka
Seorang petugas dengan mengenakan APD warna merah langsung berdiri di depan pintu, sembari memanggil nama-nama pasien.
Tak berselang lama, para pasien bebagai kalangan mulai keluar satu per satu dari dalam kamarnya masing-masing.
Menurut perawat dengan nama lengkap Desi Winasari, menjadi tenaga kesehatan (Nakes) pada masa pandemi jadi tantangan tersendiri.

Tantangan tersebut meliputi perizinan orang tua hingga tekanan mental yang dialami para pasien, karena selama 24 jam mereka harus bertugas merawat pasien Covid-19, dari awal kedatangan hingga pulih.
Perawatan yang diberikan berupa pengecekan tensi darah, saturasi oksigen hingga cek suhu tubuh. Tidak jarang ia juga harus merelakan tak memiliki hari libur.
"Kita melakukan pengecekan kesehatan pasien sebanyak tiga kali dalam sehari. Jadi keadaan mereka benar-benar harus diperhatikan," ungkap Desi kepada Bangkapos.com, Senin (9/8/2021).
Baca juga: Info Terkini Perpanjangan PPKM, Hari Ini Disampaikan Pemerintah, Daerah Luar Jawa Bali Dapat Warning
Desi mengaku lelah, sebab, sejak awal pandemi harus menjadi perawat pasien Covid-19 di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Bangka Belitung hingga saat ini dipindahkan ke Wisma Karantina.
Belum lagi lagi kondisi fisik dan mental yang harus tetap terjaga.
Namun apa hendak dikata, itu sudah menjadi tugas pekerjaannya dan harus dijalani dengan ikhlas.
Selama menjalani perawat banyak suka duka yang ia alami, mulai dari kesenangan dapat membantu orang lain sampai pasien yang marah karena merasa tidak diperhatikan oleh petugas.
"Dukanya itu ketika ada pasien yang tidak mengerti. Ada beberapa waktu lalu pasien yang maunya diawasi selama 24 jam. Jadi mereka ngambek bahkan sampai marah," terang Desi.
Menanggapi hal tersebut ia tak mau ambil pusing, ia hanya melemparkan senyum kepada sang pasien serta memberikan pemahaman kepada mereka.

Pasalnya, tiga orang nakes bisa merawat 10-15 pasien dan semuanya harus mendapatkan perhatian yang sama.