Rusia Blokir Akses Facebook dan Twitter Karena Merasa Didiskriminasi dan Langgar Hak Kebebasan
Rusia menuduh Facebook telah mendiskriminasi media Rusia yang pro-Kremlin sejak Oktober 2020 dengan membatasi akun mereka di platform tersebut
Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Teddy Malaka
BANGKAPOS.COM - Invansi militer Rusia terhadap Ukraina semakin sengit dan menggila.
Berbagai taktik dikerahkan negeri beruang putih tersebut untuk meluluh lantakkan Ukraina.
Tak hanya menghancurkan kawasan dan menewaskan ribuan korban, Rusia juga memutus akses dunia maya.
Diketahui Rusia telah sepenuhnya memblokir akses ke Facebook sebagai pembalasan atas platform yang membatasi media milik negara.
Regulator komunikasi negara Rusia, Roskomnadzor, kemudian mengatakan pihaknya juga telah membatasi akses ke Twitter, melansir dari The Guardian.
Rusia menuduh Facebook telah mendiskriminasi media Rusia yang pro-Kremlin sejak Oktober 2020 dengan membatasi akun mereka di platform tersebut.
Baca juga: Pasukan Rusia Mendadak Ciut Tak Berani Lanjutkan Perang Usai Diusir dari Mykolaiv, Ada Apa?
Baca juga: Sejarah Seakan Terulang Kembali, Orang Yahudi di Ukraina Jadi Pengungsi Lagi, Israel Lakukan Ini
Baca juga: Presiden Ukraina Dilaporkan Melarikan Diri Ke Polandia
Dalam artian Rusia meredam kritik dan mencegah adanya berita 'palsu'.
Facebook dan platform saudaranya Instagram telah menghapus Russia Today (RT) dan Sputnik dari keluaran mereka di Uni Eropa minggu ini dan melakukan hal yang sama dengan Inggris pada hari Jumat, yang mendapat tanggapan langsung dari regulator komunikasi Rusia.
Di sisi lain Pengawas Roskomnadzor mengatakan ada 26 kasus diskriminasi terhadap media Rusia oleh Facebook sejak Oktober 2020, dengan akses terbatas pada layanan berita yang didukung negara seperti Russia Today dan kantor berita RIA.
Minggu lalu regulator telah mengumumkan pemblokiran "sebagian" Facebook, mengklaim bahwa jejaring sosial telah melanggar "hak dan kebebasan warga negara Rusia".
Nick Clegg, presiden urusan global di induk Facebook, Meta, mengatakan memblokir platform akan memotong "jutaan orang Rusia biasa" dari informasi yang dapat dipercaya, menghalangi mereka berkomunikasi dengan teman dan keluarga dan berarti mereka "dibungkam dari berbicara".
"Kami akan terus melakukan segala yang kami bisa untuk memulihkan layanan kami sehingga mereka tetap tersedia bagi orang-orang untuk mengekspresikan diri dan mengatur tindakan dengan aman dan aman," ujar Meta.
Langkah itu dilakukan ketika Rusia mengesahkan undang-undang yang mengkriminalisasi penyebaran yang disengaja dari apa yang dianggap Moskow sebagai laporan "palsu".
Sebagai tanggapan, beberapa outlet mengatakan mereka akan menghentikan sementara pekerjaan mereka di dalam Rusia untuk mengevaluasi situasi.
Rusia memperluas upaya untuk mengontrol penyebaran informasi tentang invasi ke Ukraina dan untuk melawan sumber berita independen.