Breaking News

Human Interest Story

Penjual Gorengan Menjerit, Ujang Rela Antre Berjam-jam  

Tangan tua itu begitu cekatan di atas wajan penggorengan. Perlahan ia mengayunkan alat penggorengan di tangannya untuk membolak-balikan gorengan yang

bangkapos.com
Ujang (40) satu di antara penjual gorengan di Kota Pangkalpinang yang mengeluhkan kelangkaan minyak goreng saat ini. (Bangkapos.com/Akhmad Rifqi Ramadhani) 

BANGKAPOS.COM , BANGKA -- Tangan tua itu begitu cekatan di atas wajan penggorengan. Perlahan ia mengayunkan alat penggorengan di tangannya untuk membolak-balikan gorengan yang telah dimasukan. Cipratan minyak panas seolah tak dihiraukan. Sembari menggoreng ia bercerita kepada Bangkapos.com mengenai kelangkaan minyak yang sangat berdampak pada usaha rakyat kecil, Rabu (16/3/2022) siang.

Pria itu bernama Ujang (40), penjual gorengan di Kota Pangkalpinang. Ia  merasakan betul dampak kelangkaan minyak goreng saat ini. "Minyak goreng langka itu baru kali ini, kalau mahal dikit tidak apa-apa yang penting barangnya ada, tapi ini harganya murah tapi barangnya tidak ada jadi percuma," kata pria yang mengaku sudah berjualan gorengan sejak Tahun 2006 lalu.

Sementara itu setiap hari Ujang membutuhkan 6 liter minyak goreng untuk usahanya. Kini, kelangkaan minyak goreng, membuatnya harus pandai-pandai berhemat dalam menggunakan minyak goreng. "Sehari itu jualan dari jam 12 siang sampai malam, bisa terpakai 6 liter tapi kalau sekarang seadanya aja, harus pandai-pandai berhemat agar tetap bisa jualan," keluhnya.

 Imbas yang Ujang rasakan karena langkanya minyak goreng membuat omzetnya menurun drastis. Padahal setiap hari biasanya ia mendapatkan omzet berkisar Rp1 juta. Kini separuh omzet itu pun sulit ia gapai."Omzet pasti turun mas, karenakan produksi jadi sedikit karena minyak dikit, sempat tutup juga, jadi berkurang mas," jelasnya.

Bahkan dirinya sempat tidak berjualan selama beberapa bari lantaran tidak mendapatkan minyak goreng. "Kemarin sempat tutup beberapa hari, karena waktu itu minyak benar-benar habis, jadi mau gimana lagi," katanya.

Bak harta karun layaknya emas demi mendapatkan minyak goreng ia rela antre berjam-jam di toko bersama dengan ibu-ibu lainnya. Teriknya matahari siang yang membakar kulit tubuh tak dihiraukannya demi secerca harapan, mendapat 2 liter minyak goreng.

Pria asal Garut tersebut harus memutar otak agar usahanya sebagai penjual gorengan tetap berlanjut, tanpa harus menaikan harga dan mengecilkan ukuran gorengannya. "Ya walaupun minyak goreng langka, saya jangan sampai menaikan harga, biar pembeli tetap beli gorengan di sini, harus pinter muter otak," jelasnya.

Ia berharap agar pemerintah dapat memastikan ketersediaan minyak goreng dan jangan berlarut-larut persoalan harga lama minyak goreng. "Kami rakyat kecil, ini satu-satunya pekerjaan kami, istilahnya mengeluhlah, kami butuh penghasilan untuk hidup sehari-hari," ujar pria yang tinggal di Pasirgaram Pangkalpinang bersama istri dan empat orang anaknya itu. (Bangkapos.com/Akhmad Rifqi Ramadhani)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved