Tribunners

Pentingnya Sikap Tenggang Rasa dan Tepa Selira dalam Masyarakat yang Majemuk

Setiap daerah memiliki budaya, adat istiadat dan kesenian daerah yang berbeda sehingga dapat menjadi daya tarik para wisatawan

Editor: suhendri
zoom-inlihat foto Pentingnya Sikap Tenggang Rasa dan Tepa Selira dalam Masyarakat yang Majemuk
ISTIMEWA
Okis Komunipakan, S.Pd. - Guru PPKn SMA Negeri 2 Pangkalpinang

SEPERTI yang kita ketahui, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, masyarakat yang plural dan heterogen, yang ditandai dengan keanekaragaman suku, ras, agama, bahasa, budaya, dan adat istiadat. Kemajemukan masyarakat yang tersebar dari Sabang sampai Merauke menjadi potensi dan kekayaan yang dimiliki Indonesia yang membuat bangsa kita menjadi bangsa yang besar.

Setiap daerah memiliki budaya, adat istiadat dan kesenian daerah yang berbeda sehingga dapat menjadi daya tarik para wisatawan untuk mengunjungi Indonesia. Kebinekaan yang terjadi pada bangsa Indonesia ini merupakan sebuah potensi sekaligus menjadi ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa.

Tenggang rasa dan tepa selira

Tenggang rasa adalah suatu sikap hidup dalam ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang mencerminkan sikap menghargai dan menghormati orang lain, sedangkan tepa selira adalah sikap yang dapat merasakan atau menjaga perasaan orang lain sehingga tidak menyinggung perasaan atau dapat meringankan beban orang lain. Menurut KBBI tepa selira yaitu dapat merasakan (menjaga) perasaan (beban pikiran) orang lain sehingga tidak menyinggung perasaan atau dapat meringankan beban orang lain.

Sikap tenggang rasa merupakan sikap yang memiliki nilai budi pekerti yang baik. Dengan memiliki sikap tenggang rasa ini, kita bisa menempatkan diri pada lingkungan pergaulan dengan benar sehingga tercipta suasana yang rukun, harmonis, serasi, selaras, dan seimbang.

Salah satu contoh tenggang rasa yaitu antarumat beragama, kita pasti mempunyai teman yang berbeda agama. Hal itulah yang membuat sikap tenggang rasa tumbuh dengan sendirinya. Sikap tersebut tumbuh karena adanya sebuah perbedaan, baik perbedaan agama, ras, suku, bangsa maupun yang lainnya. Di dalam Pancasila, sikap tenggang rasa dan tepa selira merupakan cerminan pengamalan sila kedua.

Keberagaman yang tercermin pada bangsa Indonesia ini diikat dengan sebuah semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang mengandung arti berbeda-beda tetapi tetap satu. Semboyan yang menunjukan persatuan dan kesatuan bangsa ini merupakan suatu keunikan tersendiri bagi Indonesia yang bersatu dalam keberagaman dalam segala hal yang sudah sepatutnya dilaksanakan secara sadar. Tentunya, kita tidak bisa menghindari dan mengelak bahwa kita berada pada kondisi bangsa yang majemuk dan berbineka, dan kita juga tidak bisa memaksa agar semua masyarakat Indonesia harus homogen.

Banyak manfaat yang akan kita dapat jika memiliki sikap tenggang rasa, antara lain, menumbuhkan rasa saling menghormati antarsesama, menciptakan suasana aman dan tenteram, mempererat rasa kekeluargaan dan keakraban, memupuk rasa tanggung jawab, memupuk rasa kebersamaan sehingga menciptakan keadaan kerukunan dalam lingkungan, memperkuat tali persaudaraan, dan menjadi pribadi yang baik mengerti keadaan orang lain.

Selain dalam lingkungan keluarga, tenggang rasa harus juga terdapat pada lingkungan masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang memiliki kepentingan yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Contohnya membantu teman jika ada yang terkena musibah, membagi makanan bagi yang membutuhkan, menjenguk teman yang ketika sedang sakit, menghormati teman ketika mereka sedang beribadah.

Maka dari itu, kita sesama manusia yang merupakan makhluk sosial harus menumbuhkan rasa tenggang rasa dan tepa selira. Agar dalam bermasyarakat hidup harmonis, tidak terjadi perbedaan yang dapat menyebabkan perpecahan yang dapat menghancurkan NKRI.

Contoh tenggang rasa dan tepa selira dalam lingkup sederhana yaitu pada lingkungan keluarga. Dalam lingkup keluarga ini biasanya terjadi antara orang tua dan anak. Kewajiban anak sebagai rasa tenggang rasa di keluarga contohnya membantu orang tua, berperilaku sopan kepada anggota keluarga, berperilaku sopan santun kepada anggota keluarga lainnya.

Dalam kehidupan di masyarakat kita saat ini, sikap tenggang rasa dan tepa selira ini sudah agak berkurang dan mulai luntur. Seperti contoh kurangnya kepekaan dan kepedulian dengan tetangga yang sedang sedang dilanda kesusahan dan musibah, yang mana tidak tergerak hati mereka untuk membantu meringankan kesulitan hidup tetangganya itu. Bahkan yang ada malah mereka diejek, dihina, dan digunjing. Memiliki perasaan bagaimana jika kita berada dalam situasi seperti itu tidak ada.

Contoh lain, seseorang dikucilkan dalam pergaulan dikarenakan dia berbeda suku dan agama. Terlebih-lebih, jika seseorang itu minoritas berada di lingkungan masyarakat yang mayoritas.

Kemudian di saat pandemi Covid-19 yang sedang meningkat, dalam upaya mencegah penularan dan penyebaran virus korona ini, pemerintah memberlakukan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat , yang menimbulkan implikasi kepada masyarakat yang kehilangan pekerjaannya karena mengalami PHK dari tempat mereka bekerja yang membuat mereka harus mencari pekerjaan baru untuk menyambung hidup mereka. Dialami juga para pedagang yang mengalami kerugian dan menurunnya keuntungan karena diberlakukannya pembatasan jam buka jualan mereka (warung makan, PKL, rumah makan, kafe).

Selain itu, pada saat penegakan aturan PPKM tersebut, adanya penindakan dan penertiban yang dilakukan oleh aparat kurang humanis dan berlebihan. Tentulah makin membuat kehidupan mereka makin susah. Namun kita harus menyikapi persoalan ini dengan bijaksana.

Halaman
12
Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved