Angka Siswa Putus Sekolah di Bateng Capai 65.302 Orang, Terbanyak SMP dan Inilah Penyebabnya
epala Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka Tengah, Iskandar mengungkapan, sampai saat ini ada sekitar 65.302 orang
Penulis: Iwan Satriawan CC | Editor: Iwan Satriawan
"Yang terbanyak ini sebenarnya adalah karena keinginan pribadi karena kehilangan motivasi belajar dan kemauan untuk bersekolah," sambungnya.
Lebih lanjut, Iskandar mengungkapkan bahwa pendataan angka putus sekolah baru bisa dilakukan ketika yang bersangkutan (anak yang putus sekolah-red) sudah berada pada usia 25 tahun ke atas.
"Jadi anak-anak yang putus sekolah sekarang belum bisa kita data lakukan pendataan. Nanti kalau umurnya udah 25 tahun ke atas, baru bisa kita rekap," jelasnya.
Meski begitu, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir angka putus sekolah maupun angka buta huruf di Kabupaten Bangka Tengah.
Salah satunya melalui program Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang ada di setiap kecamatan yang saat ini sedang berjalan.
"Oleh karena itu, kita harapkan kedepannya angka rata-rata lama sekolah kita meningkat. Sehingga Indeks Pembanguan Manusia (IPM) juga akan ikut naik," harapnya.
Akademisi Angkat Bicara
Dosen Ilmu Sosiologi Universitas Bangka Belitung (UBB), Luna Febriani yang juga pengamat sosial, sangat menyayangkan angka putus sekolah dan buta huruf di Kabupaten Bangka Tengah mencapai angka yang cukup tinggi.
Ironisnya, lanjutnya, berdasarkan penjelasan dinas terkait, berdasarkan survei, jumlah angka putus sekolah ini lebih disebabkan oleh keinginan pribadi siswa tersebut.
Angka putus sekolah yang tinggi ini akan berkorelasi dengan kualitas sumber daya manusia yang ada dalam daerah.
Jika tidak ditanggulangi segera, akan memunculkan persoalan-persoalan sosial dalam masyarakat.
Terlebih sekarang ini, Indonesia akan menyongsong bonus demografi yang merupakan transisi kependudukan, yang ditandai dengan jumlah usia produktif akan lebih besar ketimbang usia nonproduktif.
Diperkirakan, jumlah usia produktif kita akan mencapai kurang lebih 70 persen dari total penduduk.
"Tentu saja bonus demografi ini jika dikelola dengan maksimal, akan memberikan keuntungan bagi Bangsa Indonesia, terlebih dari sisi ekonomi. Dengan banyaknya jumlah usia nonproduktif yang dianggap lebih kreatif dan inovatif, maka dapat meningkatkan investasi dan perputaran ekonomi serta menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat," jelas Luna kepada Bangkapos.com, Selasa (12/7/2022).
Disamping itu, tingginya tingkat usia produktif dibanding usia nonproduktif, dapat memperkecil beban ketergantungan antara usia nonproduktif terhadap usia produktif.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20220527-Kepala-Dinas-Pendidikan-Kabupaten-Bangka-Tengah-Iskandar.jpg)