Berita Pangkalpinang
Indonesia Terancam Resesi Ekonomi, Bangka Belitung Harus Perkuatkan Sendi-sendi Ekonomi yang Rentan
Isu resesi ekonomi kian mencuat beberapa hari terakhir, kondisi ekonomi global beberapa negara digaungkan akan terjadi resesi ekonomi.
Penulis: Cici Nasya Nita | Editor: nurhayati
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Isu resesi ekonomi kian mencuat beberapa hari terakhir, kondisi ekonomi global beberapa negara digaungkan akan terjadi resesi ekonomi.
Sebelumnya dikutip dari Kompas.com hal ini mengemukan ketika hasil survei Bloomberg, mengatakan Indonesia masuk dalam daftar 15 negara yang berisiko mengalami resesi.
Resesi ekonomi global menjadi peringatan bagi banyak negara termasuk Indonesia.
Pemerintah menegaskan akan mewaspadai resesi ekonomi meskipun potensinya kecil.
Survei yang dilakukan Bloomberg menyebut dari daftar 15 negara Asia, yang berpotensi mengalami resesi ekonomi, Indonesia berada di peringkat 14 dengan persentase 3 persen.
Baca juga: BREAKING NEWS Satu Oknum ASN Ditangkap Tim Cheetah Satnarkoba Polres Bangka Selatan
Baca juga: Oknum ASN Satpol PP Bangka Selatan Jadi Pengedar Narkoba, Ditemukan 11 Paket Sabu
Menyikapi isu tersebut, Dekan Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Bangka Belitung (UBB), Devi Valeriani menilai saat ini Indonesia masih dalam tahap pemulihan ekonomi setelah dihantam pandemi covid-19 yang merontokkan hampir seluruh sektor-sektor ekonominya.
Tidak sedikit dampak yang dirasakan masyarakat, namun sejak awal tahun kondisi covid-19 mulai melandai, bahkan pada saat libur lebaran Idul Fitri 2022 pemerintah telah mengambil kebijakan memperbolehkan mudik dan adanya cuti bersama.
"Hal ini ditunjukkan dengan angka Indeks mobilitas Indonesia pada bulan Mei Tahun 2022 yang meningkat sangat tajam di angka 18,6. Demikian halnya juga dengan permintaan atau konsumsi listrik di industri dan bisnis dengan angka pertumbuhan sebesar 16,4 persen, sedangkan untuk bisnis tumbuh 9,3 persen," kata Devi kepada Bangkapos.com, Selasa (19/7/2022).
Disamping itu, menurut Devi tingginya daya beli masyarakat mempengaruhi juga retail sales index yang mengalami peningkatan, pada Bulan Mei Tahun 2022 tercatat 5,4 persen.
Pergerakan ekonomi di negara manapun pasti mengalami dinamika, untuk itu isu resesi harus terus diwaspadai.
"Mengutip dari apa yang disampaikan oleh Menteri Keuangan bahwa saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sepenuhnya bergantung hanya dari sisi APBN, artinya APBN fungsinya mulai bergeser menjadi instrumen untuk menjaga shock, ada sisi konsumsi, investasi dan ekspor yang menjadi lokomotif untuk masa depan," jelas Devi.
Baca juga: Terkait Napi Terlibat Jaringan Narkoba, Ombudsman Babel Soroti Pengawasan Warga Binaan dan Sipir
Baca juga: Anggotanya Terjerat Kasus Narkoba, Ini Kata Plt Kepala Satpol PP Basel
Menurutnya, resesi ekonomi biasanya ditandai pada kondisi ekonomi suatu daerah dengan indikator PDRB mengalami penurunan pada 2 (dua) kuartal beruntun dan pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi negative pada 2 (dua) kuartal beruntun.
"Bangka Belitung dengan tingkat pertumbuhan kuartal I sebesar 3,26 persen. Melihat kebelakang pertumbuhan ekonomi kuartal IV Tahun 2021 sebesar 6,32 persen. Sedangkan akumulasi pertumbuhan ekonomi Tahun 2021 sebesar 5,05 persen. Hal ini menunjukkan bahwa indikator resesi ekonomi di Bangka Belitung tidak terpenuhi," ungkap Devi.
Namun Devi menegaskan, Bangka Belitung harus tetap waspada dengan mengantisipasi dampak-dampak dan memperkuatkan sendi-sendi ekonomi yang rentan.
"Seperti dari sisi konsumsi atau daya beli masyarakat dengan menjaga pergerakan angka inflasi, memperkuat ekspor, memperluas jaringan dan memberikan kemudahan investasi serta mendorong UMKM untuk go-global dan go-digital agar pangsa pasar semakin luas dan volume penjualan semakin meningkat yang berkaitan dengan tingkat produksi serta penyerapan tenaga kerja," paparnya.
(Bangkapos.com/Andini Dwi Hasanah)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20220719-devi.jpg)