Berita Bangka Barat
Rafif Semangat Sekolah di SMP Islam Terpadu Bina Cendikia, Banyak Anak Pejabat, Terkendala Fasilitas
Rafif siswa kelas VIII, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Terpadu Bina Insan Cendikia Muntok, Bangka Barat
Penulis: Yuranda | Editor: nurhayati
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Rafif siswa kelas VIII, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Terpadu Bina Insan Cendikia Muntok, Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tetap semangat meskipun bersekolah di sekolah swasta di Kabupaten Bangka Barat.
Siang itu sekolah milik Yayasan Bina Insan Cendikia Muntok, tampak ramai lantaran tepat waktu istirahat.
Tak banyak yang dilakukan oleh siswa-siswi di sana terlihat mereka hanya mengobrol di depan kelas dan ada pula yang membeli jajanan di depan halaman sekolah.
Sekolah ini sudah berdiri sejak enam tahun lalu, letaknya dekat dari komplek perkantoran Pemerintah Kabupaten Bangka Barat.
Siswa siswi yang bersekolah di sini pun didominasi oleh anak para pejabat Pemkab Bangka Barat.
Kendati demikian, fasilitas di sekolah ini banyak Kekurang, terutama fasilitas belajar mengajar seperti komputer dan laboratorium IPA.
"Tetap semangat, kalau teman-teman lumayan banyak. Senang lah. Guru baik," kata Rafif, seraya melemparkan senyumnya, saat berada di halaman SMP Islam Terpadu Bina Insan Cendikia Muntok, Senin (25/7/2022).
Sementara itu, Kepala SMP Islam Terpadu Bina Insan Cendikia Muntok, Sarwadi mengatakan, sekolah ini sudah berdiri enam tahun lalu, dengan 230 siswa, termasuk siswa baru tahun ajaran 2022-2023 sebanyak 72 siswa dari kouta 75 siswa.
"Ada Tiga kelas kosong dan saya butuhkan 75 siswa tetapi dapat 72 siswa dan masih kurang 3 siswa lagi, tapi tidak masalah," kata Sarwadi, saat dijumpai di ruangannya.
Menurutnya, sarana dan prasarana belajar mengajar di sekolah ini masih terkendala, di antaranya di fasilitas komputer, ruang laboratorium dan guru Bahasa Indonesia yang sedang cuti melahirkan.
Sementara itu, fasilitas komputer hanya ada sebanyak 15 unit yang ada dan hal tersebut tidak sebanding dengan jumlah siswa yang ada di sekolah ini.
Belajar mengajar terkenda media pembelajaran masih kurang alat komputer yang masih kurang, dan lengkap dan masih kurang dan tidak sebanding dengan jumlah siswa 230 orang.
"Hanya ada 15 unit laptop dan tidak semuanya aktif dan kendalanya saat pembelajaran untuk pendukung pelajaran IPA dan kami juga belum mempunyai gedung laboratorium. Kalau kelasnya cukup ada 10 kelas," ungkap Sarwadi.
Sementara untuk menutupi guru Bahasa Indonesia cuti melahirkan. Pihaknya memanfaatkan guru yang ada. Meskipun itu bukan bidangnya tetap kami tugaskan.
"Fasilitas komputer kami pakai yang ada. Sementara Iuran sekolah tidak ada kendala, karena sekolah di sini kebanyakan anak para pejabat Pemda," ujarnya.
