Berita Pangkalpinang

 Politisi di DPRD Bangka Belitung Kritik dan Tolak Wacana Proporsional Tertutup, Inilah Alasannya

Kalau tertutup memungkinkan siapapun orang yang dekat dengan lingkungan partai itu akan berhasil, kalau orang di luar itu belum diutamakan

Penulis: Riki Pratama | Editor: Iwan Satriawan
Kompas.com
ilustrasi 

BANGKAPOS.COM, BANGKA--Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyebutkan wacana masyarakat bakal kembali ke sistem pemilu tertutup dengan mencoblos partai, bukan caleg. Sebagaimana pernah berlaku pada masa sebelum Reformasi. 

Wacana tersebut pertama kali mencuat, setelah Ketua KPU Hasyim Asy’ari menyatakan, adanya potensi masyarakat mencoblos partai dalam Pemilu 2024 mendatang.

Ia dikritik ramai-ramai oleh sejumlah pihak. Termasuk politikus yang menolak keras berkaitan sistem pemilu proporsional tertutup atau hanya mencoblos logo partai.

Hal tersebut disampaikan Anggota DPRD Bangka Belitung dari Fraksi Demokrat, Ranto Sendu, mengatakan pihaknya tidak setuju berkaitan dengan proporsional tertutup.

"Berkaitan yang bakal diajukan proporsional tertutup kami dari politisi tidak setuju sama sekali. Banyak kerugian yang ada bagi kami.Kalau mengadakan proporsional tertutup ini namanya kemunduran dari sistem demokrasi yang ada sekarang," kata Ranto kepada Bangkapos.com, Senin (2/1/2023).

Ranto menambahkan, apabila proporsional tertutup diterapkan, maka orang terdekat dengan lingkungan partai yang hanya akan dipilihnya.

"Kalau tertutup memungkinkan siapapun orang yang dekat dengan lingkungan partai itu akan berhasil, kalau orang di luar itu belum diutamakan dahulu. Tentunya pengaruhi kualitas, apabila tertutup, tidak sesuai dengan pilihan rakyat, namanya juga pemilihan langsung dari rakyat," terangnya.

Politikus Demokrat ini, menegaskan fraksi Demokrat di DPRD Babel, menolak terkait sistem Pemilu yang dilaksanakan secara tertutup.

"Kami dari fraksi Demokrat menginginkan pemilu secara terbuka, jadi terbuka menghadapi aspirasi dari masyarakat. 
Kalau wacana dari KPU itu sudah pernah uji materil di Mahkamah Konstitusi itu kemungkinan besar tidak akan berhasil, karena pernah di uji beberapa tahun kemarin," lanjutnya.

Ranto juga membandingkan dengan pemilihan terbuka yang dilakukan saat ini, telah dapat menciptakan beberapa politisi yang handal. Namun, tidak, apabila dilakukan secara tertutup.

"Karena bila pemilu tertutup, dipilih partai langsung. Kita tidak tahu siapa dan bagaimana kedekatan dengan pimpinan partai," ujarnya.

Senada disampaikan, Anggota DPRD Babel, dari fraksi Nasdem, Mansah, menegaskan dirinya sebagai wakil rakyat merasa sangat tidak setuju dengan digulirkan kembali wacana pemilu dengan sistem proporsional tertutup ini.

"Pertama, karena ini merupakan langkah kemunduran demokrasi di negeri ini yang sudah kita bangun dengan cara tidak mudah.  Banyak yang sudah dikorbankan untuk demokrasi bangsa ini dalam 15 tahun terakhir," kata Mansah. 

Politikus Nasdem ini, menambahkan sistem  proforsional tertutup adalah sebuah langkah yang tidak tepat karsna bisa dipastikan rakyat tidak akan bisa memilih langsung wakil mereka di legislatif.

"Karena partai lah kemudian yang akan menetukan siapa yang akan duduk di legislatif padahal pilihan partai belum tentu sama dengan pilihan pemilih secara langsung," lanjutnya.

Sumber: bangkapos.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved