Berita Pangkalpinang

Mengintip Warkop Aho di Pasar Pembangunan, Bertahan 52 Tahun dengan Menjaga Kualitas Kopi

Buka usaha warung kopi ini sudah sejak tahun 1971, sejak masih lajang. Kalau dihitung sampai saat ini sudah 52 tahun, atau setengah abad lebih

Penulis: Rifqi Nugroho | Editor: Iwan Satriawan
Bangkapos.com/Rifqi Nugroho
Lee Kwan Ho pemilik Warkop Aho, saat ditemui Bangkapos.com di kedai miliknya Pasar Pembangunan, Kota Pangkalpinang. Jumat (10/2/2023) 

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Seperti layaknya pasar pada umumnya, saat pagi hari suasana ramai selalu tersaji di Pasar Besar atau Pasar Pembangunan, Kota Pangkalpinang.

Salah satu pasar induk di Kota Beribu Senyuman itu menjadi pilihan masyarakat untuk membeli berbagai kebutuhan, mulai dari sayur mayur, daging sapi, ayam hingga bumbu-bumbu dapur.

Di tengah padatnya aktifitas di kawasan tersebut, pada salah satu sudut terlihat sebuah lapak warung kopi (Warkop) yang menjadi tempat bercengkrama dan saling sapa antar warga.

Kedai yang bernama sesuai dengan nama pemiliknya, juga sangat menarik karena sudah berumur lebih dari setengah abad dan masih eksis sampai sekarang.

Pemilik Warkop tersebut yaitu Lee Kwan Ho (73) atau akrab disapa Aho, mengungkapkan usahanya miliknya ini sudah dimulai sejak tahun 1971 lalu, yang berarti saat ini sudah berumur 52 tahun.

"Buka usaha warung kopi ini sudah sejak tahun 1971, sejak masih lajang. Kalau dihitung sampai saat ini sudah 52 tahun, atau setengah abad lebih," ungkap Aho saat ditemui Bangkapos.com, Jumat (10/2/2023).

Meskipun pada perjalanannya, warung kopi tradisional itu juga pernah berpindah tempat karena ada pembangunan dipusat perdagangan itu.

"Awalnya berjualan di ruko yang sebelah, dulu namanya pasar Impres. Tapi karena ada pembangunan dari tahun 2011 lalu pindah ke lokasi yang saat ini," ujarnya.

Pria paruh baya yang tinggal di Kelurahan Semabung baru itu, menceritakan kunci usahanya bisa bertahan puluhan tahun adalah menjaga kualitas produk kopi yang disajikan.

"Menjaga konsumen di 52 tahun ini, tentunya harus menjaga kualitas kopi. Jadi bahan baku harus terjaga, agar rasa tetap tidak berubah," terang Aho.

Dirinya juga mengatakan karena warung miliknya berada di kawasan pasar, membuat 80 persen pelanggannya juga merupakan penghuni pasar.

"Kalau pelanggan tentunya 80 persen dari kawan-kawan warga pasar. Tapi ada juga dari luar yang sengaja menikmati kopi disini," tandasnya.

Bapak dari tiga orang anak ini juga menyampaikan, karena berada di pusat perdagangan kedainya bisa menjual ratusan gelas dalam sehari.

"Kalau sehari tidak menghitung jumlah total berapa gelas kopi yang terjual, tapi yang pasti bisa laku ratusan gelas karena ramai kan di pasar ini," terang Aho sambil tersenyum.

Meski begitu, ia juga sempat mengalami penurunan omset berjualan pada masa Pandemi Covid 19 dan diberlakukannya pembatasan.

Sumber: bangkapos.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved