Ramadan 2023

Epistemologi dan Aksiologi Puasa bagi Orang Beriman

Ramadan hanya dirindukan oleh orang-orang yang beriman karena bulan tersebut sarat dengan kemuliaan dan keagungan serta penuh rahmat

Penulis: Cici Nasya Nita | Editor: khamelia
IST
KH Ahmad Ja’far Shidik 

Ihwal puasa sebagai dimensi sosial setakat ini menjadi persoalan yang harus diaktualiasasikan dalam kehidupan sehari-hari secara kontinu, apalagi sekarang Indonesia menuju pemulihan pasca pandemi dan terus-menerus dilanda bencana alam, gempa, banjir, longsor, dan lain-lain.

Sekaitan dengan hal tersebut, secara aksiologis, puasa di bulan Ramadhan memiliki tiga pokok. 

Pertama, puasa mengajarkan kita agar memiliki sikap kritis dan peduli terhadap lingkungan sosial sekitar. 

Kedua, puasa Ramadhan mengajarkan kita untuk merajut hubungan antara kesalehan pribadi dengan kesalehan sosial atau kelompok. 

Ketiga, memungkinkan lahirnya jiwa keagamaan yang inovatif, kreatif, dan efisien.

Nasri (2020) memadahkan bahwa puasa seyogianya memunculkan perasaan yang peka dan melahirkan rasa kasih sayang yang mendorong seseorang untuk memberi kepada sesama yang membutuhkan. 

Dimensi sosial puasa dapat dilihat dari ikatan kemanusiaan yang dilakukan oleh umat Islam dalam kehidupan sosial masyarakat. Selama bulan puasa, orang kaya secara langsung atau tidak langsung mengalami apa yang dirasakan orang-orang miskin. Hal tersebut mencandrakan bentuk pelatihan kepekaan sosial secara imani.

Karena itulah spirit puasa di bulan ramadan harus terus-menerus kita hidupkan,“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari, no.38 & Muslim No. 860). Prakarsa dalam memperoleh karunia ini, puasa ramadan yang kita lakukan hendaknya didasari dengan iman dan hanya mengharap rida Allah SWT.

Bangkapos.com/Cici Nasya Nita

Sumber: bangkapos.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved