Tribunners

Gerakan Budaya Membaca Buku

Buku-buku genre fiksi seperti novel dan kumpulan cerpen pun penting kita baca, selama di dalamnya memuat pesan-pesan berharga

Editor: suhendri
ISTIMEWA
Sam Edy Yuswanto - Penulis Lepas, Alumnus STAINU Kebumen 

Oleh: Sam Edy Yuswanto - Penulis Lepas, Alumnus STAINU Kebumen

BUDAYA membaca buku memang sangat penting untuk terus digemakan di tengah masyarakat Indonesia, terutama di berbagai lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi, juga pondok pesantren. Mengapa membaca buku dengan tema (genre) yang beragam itu sangat penting? Sebab, sebagaimana kita pahami bersama, buku merupakan sumber beragam ilmu pengetahuan. Melalui buku, ilmu pengetahuan kita akan terus bertambah. Ketika ilmu bertambah, maka kita pun akan terbebas dari kebodohan.

Selanjutnya, muncul pertanyaan seperti ini: apakah semua buku layak untuk kita baca? Jawabannya, tentu saja tidak semua buku layak untuk kita baca. Hanya buku-buku bermutu atau berkualitas yang memiliki nilai manfaat, seperti pesan moral, pengetahuan umum, pengetahuan keagamaan, atau yang menyimpan hikmah yang seharusnya kita jadikan sebagai bahan bacaan. Buku-buku genre fiksi seperti novel dan kumpulan cerpen pun penting kita baca, selama di dalamnya memuat pesan-pesan berharga yang bermanfaat untuk para pembacanya.

Bicara tentang buku-buku bermutu, saya teringat sebuah program gagasan pemerintah lewat Kemendikbudristek. Sebuah program yang mengajak anak-anak agar gemar membaca buku-buku bermutu. Program tersebut bernama "Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia". Program ini masuk dalam program lanjutan Merdeka Belajar dari Kemendikbudristek episode yang ke-23. Sebuah program yang bagus untuk dijalankan oleh pihak sekolah, sebagai upaya untuk meningkatkan budaya membaca di negeri ini.

Fransisca Andeska Gladiaventa menulis, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, program Merdeka Belajar Episode ke-23: 'Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia' merupakan terobosan untuk meningkatkan kompetensi literasi para peserta didik. Nadiem menegaskan bahwa kunci keberhasilan program tersebut bukan hanya menerima buku dari Kemendikbudristek saja, melainkan juga semangat dari para guru dalam membaca buku kepada siswa agar mereka turut senang membaca (Kompas.com, 28/2/2023).

Bila direnungi, program gagasan Mendikbudristek tersebut tak hanya bermanfaat bagi anak-anak Indonesia saja, melainkan lebih luas lagi, yakni mengajak para guru bahkan masyarakat secara umum agar gemar membaca buku sejak dini. Agar anak gemar membaca, tentu dibutuhkan kiat atau cara. Misalnya, memilihkan buku-buku yang bagus dan menarik, seperti cerita bergambar kepada anak-anak, atau disuruh memilih terlebih dahulu buku mana yang sesuai selera mereka. Jangan langsung diberi buku-buku dengan tema yang agak berat, karena hal tersebut justru akan makin menjauhkan minat baca pada anak.

Selanjutnya, tentang manfaat atau fungsi membaca. Manfaatnya jelas tak hanya sekadar menambah wawasan keilmuan saja, namun lebih dari itu. Bila ditelisik lebih jauh, ada begitu banyak manfaat yang bisa diperoleh anak-anak yang memiliki kebiasaan membaca buku. Misalnya, membuat otak lebih sehat karena ketika membaca otak akan bekerja atau menjalankan fungsinya untuk berpikir.

Tak hanya lebih sehat, membaca juga membuat anak menjadi lebih cerdas. Hanif Hawari, Agnes Z. Yonatan dalam tulisannya (detikbali, 4/11/2022) memaparkan bahwa membaca telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan untuk bisa berpikir dan memahami. Dilansir situs HealthofChildren.com, kemampuan kognitif merupakan kemampuan untuk dapat membangun proses berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan mengingat, memecahkan masalah, memproses suatu informasi, bernalar dan membuat keputusan.

Selain itu, membaca sejak masih kecil dapat membantu meningkatkan kemampuan berbicara, kemampuan sosial, dan juga kemampuan bahasa. Hal ini dikarenakan membaca sejak kecil membantu menstimulasi bagian otak yang mendorong mereka memahami bahasa dengan lebih baik (Hanif Hawari, Agnes Z. Yonatan, detikbali, 4/11/2022).

Gerakan membaca buku sejak usia dini lewat program Merdeka Belajar episode ke-23 oleh pihak Kemendikbudristek patut kita apresiasi dan dukung bersama. Salah satu bentuk dukungan misalnya dengan cara mengajak anak-anak agar duduk dan membaca buku bersama. Mungkin bisa diawali dengan membacakan buku-buku ringan tetapi menarik, semisal dongeng yang memuat pesan positif kepada anak. Ketika anak merasa tertarik mendengarkan cerita-cerita yang dibacakan, diharapkan minat membacanya akan tumbuh. Ia akan makin penasaran untuk membaca bukunya secara langsung.

Nadiem Anwar Makarim, selaku Mendikbudristek, menyampaikan bahwa terobosan Merdeka Belajar episode ke-23 diluncurkan untuk menjawab tantangan rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia akibat rendahnya kebiasaan membaca sejak dini. Nadiem menambahkan bahwa program pengiriman buku ke sekolah bukan kebijakan yang baru dilakukan Kemendikbudristek. Kali ini, Kemendikbudristek menghadirkan terobosan untuk sejumlah hal, mulai dari jumlah eksemplar, jumlah judul buku, jenis buku yang dikirimkan, pendekatan yang dilakukan dalam mendistribusikan buku, sampai pemilihan sekolah yang menjadi penerima pengiriman buku (ditsmp.kemdikbud.go.id, 27/2/2023).

Akhirnya kita pun berharap program Kemendikbudristek dalam meningkatkan budaya membaca pada anak-anak sejak usia dini tersebut dapat berjalan dengan lancar sebagaimana yang diharapkan. (*)

Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved