Anak Bunuh Ayah Kandung

Kasus Anak Bunuh Ayah di Bangka Selatan, Sosiolog Ingatkan Soal Interaksi dalam Keluarga

Pola asuh ini cenderung akan melahirkan kepribadian anak yang cenderung agresif, pendiam bahkan tak jarang sadis. Perilaku ini biasanya

Penulis: Cepi Marlianto | Editor: Iwan Satriawan
dok Bangkapos.com
Sosiolog atau Dosen Sosiologi Universitas Bangka Belitung Luna Febriani. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA – Kasus pembunuhan yang dilakukan anak terhadap ayah kandungnya di Desa Rias, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung mendapat sorotan.

Seperti yang diketahui, seorang anak bernama Harina alias Nos (32) dengan keji membunuh ayahnya sendiri yakni Sarkawi (60) dengan sebilah pisau pada Minggu (14/8/2023) malam.

Dosen Sosiologi Universitas Bangka Belitung (UBB), Luna Febriani mengatakan, kasus pembunuhan anak dan orang tua, merupakan peristiwa yang bisa terjadi di mana saja.

Maka dari itu, perlu penyelidikan yang mendalam untuk menguak motif yang mendasari terjadinya pembunuhan orangtua oleh anaknya sendiri.

“Karena, motif yang dilakukan oleh anak pada setiap kasusnya tentu memiliki perbedaan,” kata dia kepada Bangkapos.com, Senin (14/8/2023).

Kandidat doktor UGM itu menyebutkan, terlepas motif yang mendasari, terdapat satu hal penting untuk dibahas dan diperhatikan dalam kasus pembunuhan itu.

Terutama yakni terkait interaksi antar orangtua dan anak dalam ikatan keluarga. Secara sosiologis, keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang terikat.

Baik atas hubungan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang memiliki tujuan menciptakan, mengembangkan dan memelihara budaya serta meningkatkan perkembangan anggota keluarga baik secara fisik, mental, emosional dan sosial.

Maka dari itu, keluarga memiliki fungsi penting bagi anggota-anggota keluarga, seperti fungsi reproduksi, ekonomi, afeksi, perlindungan, edukasi, religius hingga fungsi rekreasi.

“Fungsi ini kemudian disebut fungsi manifes dari keluarga,” papar Luna.

Di samping fungsi manifes lanjut dia, keluarga juga memiliki fungsi laten atau fungsi tersembunyi. Yakni fungsi keluarga sebagai wadah pengenalan utama bagi anak dan menjadi tempat di mana mereka dilahirkan.

Keluarga menjadi tempat memberikan stabilitas bagi kepribadian untuk remaja maupun orang dewasa.

Maka, mengingat pentingnya fungsi keluarga baik secara manifes maupun secara laten, perlu dibangun interaksi yang baik antar sesama anggota keluarga. Karena interaksi ini berdampak besar terhadap hubungan dalam keluarga itu sendiri.

“Terdapat tiga jenis interaksi yang ada dalam keluarga, yakni interaksi atau hubungan suami istri, interaksi antar orang tua dan anak serta interaksi antar saudara,” paparnya.

Terkait kasus pembunuhan orangtua yang dilakukan oleh anak tidak dapat dilepaskan pula dari track record pola asuh orang tua terhadap anak itu sendiri.

Mau tidak mau pola asuh orang tua ini berpengaruh dalam membentuk kepribadian dan psikologi anak. Pada kasus pembunuhan orang tua oleh anak sendiri, perilaku atau pola asuh orang tua yang ‘Rejection’ atau penolakan banyak mendapat perhatian.

Pola asuh ini cenderung akan melahirkan kepribadian anak yang cenderung agresif, pendiam bahkan tak jarang sadis.

Perilaku ini biasanya ditunjukan oleh orangtua dengan tidak memiliki rasa peduli dan tidak perhatian kepada anak serta akan menimbulkan suasana yang lebih terlihat seperti permusuhan dan kurang harmonis.

Perilaku atau pola asuh ini kerap menyebabkan interaksi yang terjalin antar anak dan orang tua tidak berlangsung hangat, dan komunikasi tidak berjalan lancar.

Tak jarang, dari pola asuh ini memungkinkan terjadi konflik hingga mengarah pada kekerasan.

Oleh karena itu, untuk menghindari konflik hingga yang mengarah pada kekerasan dalam hubungan keluarga fondasi mendasar yang perlu dibangun adalah dengan cara membentuk dan merajut komunikasi dan interaksi yang hangat antar sesama anggota keluarga, yang mana dapat diawali dengan menjalankan pola asuh yang baik dan tepat dari orangtua.

Karena, komunikasi, interaksi serta pola asuh ini berkontribusi besar terhadap perkembangan fisik dan mental dari anggota keluarga.

Terpenting,  fungsi yang dimiliki oleh keluarga baik fungsi manifes maupun fungsi laten tidak mudah berubah atau diubah serta tidak dapat dijalankan oleh orang lain.

“Maka, anggota keluarga itu sendiri yang berperan penting dalam mewujudkan fungsi-fungsi keluarga dan membangun komunikasi, interaksi hubungan yang hangat dalam suatu keluarga,” ucap Luna. (Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved