Biodata dr Djaja Surya Atmadja, Dokter Forensik UI yang Yakin Mirna Tewas Bukan Akibat Sianida

Simak profil dan biodata dr Djaja Surya Atmadja, dokter sakaligus ahli forensik dan dosen senior di UI. Bukan dokter sembarangan.

|
Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Teddy Malaka
YouTube
Dr Djaja Surya Atmadja, dokter ahli patologi forensik sekaligus dosen senior di UI. Ia juga merupakan dokter forensik DNA pertama di Indonesia. 

Namun hal itu tidak ditemukan dalam tubuh Mirna.

"Sianida itu bisa bikin orang mati kalau dia udah masuk ke darah. Nah dari lambung, pembuluh darah masuknya ke hati kan, nah di hati itu tubuh kita punya mekanisme detoksifikasi. Dirubahlah CN- ditambah S dari Tiosianat di badan kita menjadi CNS, CNS itu Tiosianat Maka salah satu tanda bahwa dia udah kemasukan sianida adalah ada Tiosianat di dalam hati, darah, urine, kalau diperiksa di liur ada. Dan itu (kasus Mirna) tidak ada," jelas dr Djaja.

"Itu tidak ada? Berarti bukan karena sianida dong," sahut dr Richard kaget.

Biodata dr Djaja Surya Atmadja

20231007 dr Djaja Surya Atmadja, dokter ahli forensik dari UI

dr Djaja Surya Atmadja, dokter ahli forensik dari UI yang sebut Mirna Salihin tewas bukan karena sianida.

dr Djaja Surya Atmadja lahir di Jakarta, 19 Mei 1960

Ia adalah seorang Dokter dan Ahli Patologi Forensik dan dosen senior di Departemen Kedokteran Forensik dan Medico-legal, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Dikutip dari halaman Linkdn miliknya, sebagai Ahli Patologi Forensik, dr Djaja terlibat dalam berbagai investigasi kematian mediko-legal, termasuk investigasi pembunuhan serta kematian di tempat kerja dan kematian dalam lingkungan perawatan medis dan perawatan kesehatan.

Sebagai Penyelidik Forensik Klinis, ia juga terlibat dalam berbagai penyelidikan forensik klinis, termasuk masalah kriminal seperti kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan dan penelantaran anak, pemerkosaan dan penyerangan seksual, pembunuhan tidak disengaja, penyelidikan malpraktik, dan kasus asuransi.

Ia telah menghabiskan waktu 3 dekade untuk menekuni dunia akademik dan penelitian.

Berikut capaiannya :

  • Gelar lanjutan dalam ilmu kedokteran (MD) dan ahli patologi forensik (Forensic Pathologist) dari Universitas Indonesia (Indonesia)
  • Ph.D dalam bidang aplikasi DNA (biologi molekuler) dalam kedokteran forensik dari Kobe University School of Medicine (Jepang)
  • gelar sarjana hukum ( Judicial Doctor) dari Universitas Indonesia (Indonesia) dan Diplome in Forensic Medicine (DFM) dari National School of Public Health, Utrecht (Belanda).
  • Keterampilan dan kompetensi di bidang pendidikan dan penelitian kedokteran khususnya di bidang Patologi, Antropologi, Pembalseman dan DNA
  • Keterampilan dan kompetensi di bidang konsultasi mediko-legal dan hukum kesehatan/kedokteran
  • Keterampilan dan kompetensi di bidang pengawetan jenazah khususnya estetika
  • Mengikuti pelatihan Patologi Neuro Forensik dan polimorfisme DNA di Kobe University School of Medicine, Kobe, Jepang 1989-1990
  • Mengikuti pelatihan database DNA di laboratorium DNA Biro Investigasi Kementerian Kehakiman, Taipei, Taiwan (Republik Tiongkok) 2005 dan 2006,
  • Bersama bersama dr Evi Untoro membangun database DNA penduduk Indonesia CODIS 13 (Kedokteran Hukum 2009; 9: S203-5)

Keahlian:

  • Pendidikan dan penelitian kedokteran
  • Patologi Forensik
  • Antropologi Forensik
  •  Kedokteran Forensik Klinik
  • Biologi Molekuler Forensik
  • Kesehatan/Hukum Kedokteran

(tribun medan/ bangkapos,com)

Sumber: bangkapos.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved