Berita Bangka Selatan

Petani di Bangka Selatan Diminta Waspada Bencana Hidrometeorologi

Petani di Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung diminta mewaspadai bencana hidrometeorologi.

Penulis: Cepi Marlianto | Editor: nurhayati
Bangkapos.com/Cepi Marlianto
Seorang petani di Desa Rias saat menunjukan sejumlah lahan sawah miliknya pasca masuk masa tanam, Jumat (19/1/2024). Cuaca ekstrem belakangan ini diklaim tak berdampak kepada sektor pertanian padi. ( 

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Petani di Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung diminta mewaspadai bencana hidrometeorologi.

Terutama potensi banjir akibat meluapnya sungai dan pasang-surut air laut dampak curah hujan tinggi.

Pasalnya, bencana alam dapat mempengaruhi produksi padi dan stok pangan. Oleh karena itu upaya antisipasi bencana alam terus dilakukan oleh pemerintah.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan, Risvandika mengatakan, para petani sudah ada kekhawatiran sawah mereka terendam banjir.

Khususnya yang memiliki lahan pertanian dekat dengan sungai bisa terdampak banjir karena tingginya curah huja Banjir berdampak pada kondisi tanaman padi bisa mengakibatkan kerusakan dan penurunan produksi.

“Untuk Kabupaten Bangka Selatan memang saat ini sudah memasuki musim hujan yang cukup signifikan. Jika intensitasnya terlalu tinggi bisa menyebabkan kebanjiran, utamanya untuk tanaman pangan di sawah,” kata Risvandika kepada Bangkapos.com, Jumat (19/1/2024).

Ia memaparkan, delapan kecamatan di Bangka Selatan yang merupakan daerah kawasan pertanian masih memiliki potensi sangat besar akibat cuaca ekstrem, utamanya banjir.

Karena sebagian lahan pertanian milik warga lokasinya berdekatan dengan rawa bahkan mayoritas memanfaatkan sawah Lebak atau rawa.

Hal itu dikarenakan sawah rawa kandungan tanahnya cukup lembab.

Tidak hanya itu, lahan pertanian yang berada di dekat sungai rawan terdampak banjir hingga menyebabkan kerusakan tanaman padi.

Begitu pula dengan kawasan pertanian yang saluran irigasinya belum sempurna, juga sangat rentan akan potensi banjir.

Apabila hujan dengan intensitas tinggi disertai pasang air laut dipastikan sawah akan terendam banjir.

Pasalnya area persawahan di Bangka Selatan letaknya masih dekat dengan laut, sehingga banjir bisa terjadi akibat pasang-surut air laut.

Beruntungnya hanya lokasi titik tertentu yang berpotensi banjir, sebab hampir seluruh saluran irigasi di area persawahan sudah terbangun.

“Kalau untuk daerah rawan itu biasanya kalau untuk cuaca seperti ini itu daerah yang rawa-rawa. Hampir di semua Kecamatan ada. Juga sawah dengan saluran irigasi yang belum sempurna juga rawan banjir,” papar Risvandika.

Guna mengantisipasi gagal panen akibat banjir sambung dia, pemerintah melalui penyuluh pertanian lapangan (PPL) telah melakukan sosialisasi terkait dampak cuaca ekstrem.

Sekaligus meminta petani mengubah pola tanam agar ketahanan pangan tetap terjaga.

Caranya mengatur pola tanam dan pola gilir varietas padi, sebagai tindakan antisipasi di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu seperti sekarang.

Bisa juga dengan memanfaatkan informasi iklim untuk menjelaskan kecukupan udara hingga masa panen.

Sosialisasi tersebut dilakukan masif guna waspada bencana hidrometeorologi.

Hal ini seiring adanya potensi peningkatan curah hujan yang berlangsung hingga awal tahun 2024.

Pentingnya meningkatkan upaya antisipasi dampak bencana hidrometeorologi pada sektor pertanian.

“Kita sudah mengantisipasi untuk daerah-daerah pertanian yang kandungan rawa cukup tinggi, kita mengatur pola tanamnya pola tanamnya. Artinya, kalau sudah di ujung musim hujan itu diharapkan petani mulai melakukan penanaman. Jangan sampai nanti mulai musim hujan untuk tanaman pangan kita baru melakukan penanaman itu dikhawatirkan kebanjiran,” jelasnya.

Meskipun begitu kata Risvandika, sejauh ini belum ada laporan dari para petani maupun PPL terkait dampak cuaca ekstrem.

Seluruh lahan persawahan petani masih terbebas banjir akibat hujan lebat dan angin kencang belakangan ini, sehingga semua lahan pertanian pangan diklaim masih aman dari perubahan cuaca.

“PPL juga tidak henti-hentinya mengimbau para petani untuk menengok tanaman padinya. Ini agar gejala-gejala serangan penyakit segera diketahui, dan bisa ditangani secepatnya dengan meminta pestisida ke dinas pertanian," saran Risvandika.

(Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

 

 

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved