Berita Pangkalpinang

Asyraf sebut Perlu Evaluasi Sistem Kurikulum di Sekolah

Kita kan kurikulum merdeka, seharusnya dari kurikulum ini bisa mempererat kedekatan antara guru dan anak. Namun akhir-akhir ini justru banyak ...

Bangkapos.com/GogoPrayoga
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Kependudukan Pencatatan Sipil dan Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP3ACSKB) Babel, Asyraf Suryadin. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Akhir-akhir ini hangat terdengar dalam pemberitaan nasional, terjadi rentetan kasus perundungan terhadap anak di berbagai daerah di Indonesia. 

Mulai dari kasus bully di SMA Internasional di Tangerang Selatan, Pondok Pesantren (Ponpes) Kediri, hingga di Batam, Kepulauan Riau.

Terkait hal itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Kependudukan Pencatatan Sipil dan Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP3ACSKB) Babel, Asyraf Suryadin mengatakan, perlu evaluasi terhadap sistem atau kurikulum yang diterapkan di sekolah selama ini.

Karena menurutnya melalui sistem sekolah yang baik seharusnya akan menghasilkan efek yang baik pula, bukan justru berdampak negatif atau terjadi seperti akhir-akhir ini.

"Pertama kita perlu kajian terhadap proses pembelajaran ya, karena ini rata-rata terjadi di sekolah. Selain itu kita juga perlu evaluasi terhadap kurikulum pembelajaran.

Kita kan kurikulum merdeka, seharusnya dari kurikulum ini bisa mempererat kedekatan antara guru dan anak. Namun akhir-akhir ini justru banyak terjadi perundungan yang tidak diketahui para guru di sekolah," kata Asyraf kepada bangkapos.com, Jumat (8/3/2024).

Menurutnya, perlu adanya pendampingan atau pendekatan yang intens antara guru dan anak, agar para anak-anak tersebut bisa dibimbing dan diawasi dengan baik, terkhusus selama berada di sekolah.

Baca juga: Menteri PANRB Resmikan Mal Pelayanan Publik Kabupaten Bangka

Baca juga: Tiga Bocah TK ini Berhasil Wakili Bangka Belitung ke Ajang IMA 2024, Satu Anak Lolos Internasional

Tidak hanya guru, menurutnya, pihak sekolah juga memiliki peran penting dalam mengawasi aktivitas anak-anak selama berada di lingkungan sekolah. Salah satunya dengan memasang CCTV di setiap sudut bangunan.

"Tidak hanya guru yang melakukan pendampingan, namun juga sekolah yang kalau bisa memiliki CCTV untuk memantau aktivitas para anak-anak di luar jam pembelajaran. Ini bisa dimulai ya dari sekarang sehingga kejadian-kejadian seperti sebelumnya bisa diminimalisir," kata Asyraf.

Dirinya menambahkan, agar kejadian-kejadian tersebut tidak terulang kembali dan tidak pula terjadi di Babel, perlu agar sekolah menerapkan yang namanya Sekolah Ramah Anak (RMA).

"Sebenarnya juga sekolah sekarang perlu dibentuk dengan konsep semacam Sekolah Ramah Anak. Karena Sekolah Ramah Anak ini pada dasarnya adalah bagaimana 3 pilar, yaitu sekolah, orang tua, dan anak bersama-sama mewujudkan kondisi sekolah yang bersih, rapi, sehat, serta aman, dan nyaman," jelas Asyraf.

Hematnya, kata Asyraf, Sekolah Ramah Anak bisa menjadi solusi untuk memberikan kenyamanan bagi para anak-anak sekaligus mencegah perundungan yang selama ini terjadi di sekolah.

"Alhamdulillah di kabupaten/kota di Babel rata-rata sudah memiliki Sekolah Ramah Anak. Mudah-mudahan ini bisa menjadi solusi agar sekolah di Babel dapat berjalan dengan nyaman dan terhindar dari kekerasan," ucapnya. (Bangkapos.com/GogoPrayoga)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved