Kades Tangkap Buaya Remaja yang Dikira Biawak di Kolam Lele, Reptil Ini Makin Dekat dengan Manusia
Dikira biawak, ternyata binantang melata yang masuk ke kolam lele adalah buaya. Meski buaya itu berukuran kecil, kejadian itu menghebohkan.
Penulis: Teddy Malaka CC | Editor: Dedy Qurniawan
Temuan ini langsung dilaporkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dan Alobi Fondation untuk dapat dikarantina atau dilakukan tindakan selanjutnya.
40 Korban Jiwa di Bangka Belitung
Dalam beberapa tahun terakhir, konflik buaya dan manusia semakin masif terjadi di berbagai daerah di Bangka Belitung.
Data yang dihimpun oleh Organisasi Perkumpulan Perlindungan Satwa Liar, Garda Animalia, mendapatkan temuan ada sebanyak 154 kasus konflik buaya dan manusia yang ada di Babel dalam kurun 2016 - 2023.
Dari berbagai konflik tersebut, tercatat 40 di antaranya menyebabkan korban jiwa atau meninggal dunia.
"Jadi kasusnya ini kami bedakan dalam beberapa kategori. Pertama, penangkapan buaya dengan 48 konflik. Kemudian 68 serangan non fatal, dan 40 serangan fatal yang menyebabkan kematian," kata Bayu Nanda, peneliti Garda Animalia saat diskusi publik di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Rabu (28/2/2024).
Di lain sisi, Ketua Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi, Langka Sani mengatakan kondisi konflik antara buaya dan manusia di Babel sudah semakin parah mengingat pengrusakan habitat buaya oleh aktivitas pertambangan kian terus terjadi.
"Persoalan ini tidaklah lagi sederhana ya, ini secara grafik pasti akan terus meningkat, karena kerusakan habitat buaya di Babel akibat pertambangan ini terus terjadi. Jelas persoalan ini tak terlepas dari rusaknya daerah perairan.
Dimana kita tau sendiri daerah aliran sungai notabene merupakan habitat buaya muara. Jadi ketika manusia dan buaya bertemu dalam satu titik, maka tentu potensi konflik tidak bisa kita hindarkan di situ," ungkap Langka.
Kepala Resort Palembang dari BKSDA Babel, M. Ardiansyah menuturkan ada beberapa wilayah di Babel yang memiliki potensi untuk terjadinya konflik buaya dan manusia.
"Ada tiga kabupaten yang jadi habitat sebagian besar buaya yang ada di Babel. Bangka Selatan ada di Sungai Kepoh, Sungai Nyire, Sungai Bangka kota. Di Bangka Tengah ada Sungai Selan, Sungai Air Lempuyan, Sungai Berok.
Sedangkan di Bangka ada Sungai Batu Rusa, Sungai Kayu Besi, Sungai Banyuasin, Sungai Baye, Jembatan Primping dan masih banyak lagi. Tentunya daerah-daerah ini punya potensi konflik buaya dan manusia," tuturnya.
Merespon permasalahan yang terjadi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Babel, Fery Afriyanto mengatakan pemerintah daerah dalam waktu dekat akan membuat Satuan Petugas (Satgas) yang khusus menangani persoalan konflik buaya dan manusia yang ada di Bangka Belitung.
"Kita juga sedang proses untuk membentuk Satgas penanggulangan konflik manusia dan satwa liar ini, secepatnya akan kita bentuk, saat ini sudah dinaikan ke biro hukum," katanya.
(Bangkapos.com/Gogo Prayoga/Riki Pratama/Adelina Nurmalitasari)
| Bupati Basel Ajak Kades Jaga Kamtibmas Tetap Kondusif, Riza: Jangan Berstatement di Luar Nalar |
|
|---|
| 10 Kepala Desa Jabatannya Diperpanjang, Riza Herdavid Tekankan Amanah |
|
|---|
| Wabup Bangka Tengah Dorong Peran Aktif Kepala Desa dalam Pengoperasian Koperasi Desa Merah Putih |
|
|---|
| Pemkab Bangka Selatan Bakal Adakan Pilkades di Tujuh Desa Tahun 2026 |
|
|---|
| Pemkab Bangka Selatan Perpanjang Dua Tahun Masa Jabatan Sembilan Kepala Desa |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.