Tribunners

Bangkit Gotong Royong Usir DBD Selamanya

Gerakan gotong royong yang dilakukan membantu menyadarkan masyarakat pentingnya menerapkan 3M plus untuk mencegah kasus DBD

Editor: suhendri
ISTIMEWA
Chairul Aprizal, S.K.M. - Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku UPT Puskesmas Airbara 

Oleh: Chairul Aprizal, S.K.M. - Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku UPT Puskesmas Airbara

BEBERAPA bulan terakhir ini Bangka Belitung terus diselimuti berita duka akibat angka kasus demam berdarah dengue (DBD) yang tidak juga berhenti meneror di lingkungan masyarakat. Sudah tercatat ada 815 kasus DBD yang tersebar di kabupaten/kota saat ini. Di antara ratusan kasus DBD tersebut ada 11 orang meninggal dunia.

Angka-angka tersebut tentu saja bisa bertambah apabila tidak ada upaya untuk memutuskan mata rantainya. Persoalan DBD bukan hanya menjadi urusan bidang kesehatan karena DBD sangat erat kaitannya dengan kebersihan lingkungan dan perilaku masyarakatnya.

Bidang kesehatan dalam upaya pencegahan melaksanakan kegiatan sosialisasi dan larvasidasi dengan menebarkan bubuk abate guna membunuh jentik-jentik sekaligus melakukan fogging untuk membunuh nyamuk dewasa. Selain itu upaya penanganan dan pengendalian terhadap kasus DBD yang muncul bidang kesehatan bergerak melaksanakan penyelidikan epidemiologi hingga skrining kesehatan.

Akan tetapi, DBD belum tentu berakhir dengan hanya menggantungkan persoalan ini pada sektor kesehatan. Yang terpenting dalam mengusir DBD dan memutus mata rantai perkembangan nyamuk Aedes aegypti ini adalah dengan membangkitkan kembali semangat gotong royong yang menjadi inti dari kebudayaan bangsa Indonesia. Karena untuk memutus perkembangbiakannya perlu dilakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang biasa dikenal dengan istilah 3M plus, menguras bak mandi atau penampungan air, menutup tampungan air hujan dan sebagainya, dan mendaur ulang atau mengubur sampah-sampah yang berserakan, plus menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan lotion antinyamuk, obat nyamuk, kelambu, atau pestisida.

Mengapa gotong royong penting? Jangankan untuk mengusir nyamuk, bangsa Indonesia sudah pernah menghidupkan semangat gotong royong ini dengan terbukti berhasil mengusir para penjajah dari bumi pertiwi. Nyamuk Aedes aegypti adalah jenis nyamuk yang bertelur atau berkembang biak di air bening atau bersih sehingga bak mandi dan tampungan air hujan adalah tempat yang disukainya.

Mengembalikan semangat gotong royong untuk melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan dapat menjadi upaya pencegahan yang utama. Apalagi gerakan ini datangnya dari kesadaran masyarakat itu sendiri yang ingin menjaga kebersihan lingkungan. Tentu ini akan lebih efektif membantu sektor kesehatan dalam pencegahan kasus DBD.

Semangat gotong royong harus dipelopori oleh pemerintah setempat seperti desa/kelurahan. Kegiatan gotong royong disemarakkan rutin minimal satu minggu satu kali di setiap RT/RW masing-masing bersama masyarakat. Dapat dilihat dari perkembangan zaman sekarang ini budaya kerja bakti sudah mulai tergeser. Ini juga membuat kehidupan bermasyarakat menjadi kurang perhatian terhadap sesama dan lingkungan. Dengan mengembalikan semangat gotong royong ini tentu memiliki nilai-nilai yang bermakna.

Gerakan gotong royong akan mengajarkan masyarakat untuk peduli terhadap kebersihan lingkungan dan juga sadar akan pentingnya kesehatan. Kebanyakan penyebab kasus DBD ini setelah ditelusuri disebabkan oleh perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Biasanya dibuang di belakang rumah dan menumpuk sehingga menyebabkan tampungan air terisi menjadi tempat nyamuk berkembang biak. Dengan bergotong royong membersihkan lingkungan sekitar dapat memutuskan mata rantai perkembangan nyamuk.

Gerakan gotong royong yang dilakukan membantu menyadarkan masyarakat pentingnya menerapkan 3M plus untuk mencegah kasus DBD. Lingkungan bersih, tidak ada tumpukan sampah, seluruh tempat tampungan air tertutup, dan tidak ada celah jentik-jentik untuk berkembang maka tidak ada lagi kemungkinan hadirnya nyamuk Aedes aegypti yang menyebabkan DBD di lingkungan masyarakat.

Gotong royong harus diinisiasi oleh masyarakat itu sendiri sehingga bidang kesehatan berperan mendampingi dalam upaya pencegahannya. Tanpa budaya gotong royong mungkin kasus DBD tidak akan pernah benar-benar bersih. Dengan gotong royong jangankan DBD, bahkan penyakit malaria, diare, dan sebagainya juga akan ikut menurun kasusnya.

Dengan begitu, marilah dari sekarang sadar akan kebersihan lingkungan, sadar akan pentingnya budaya gotong royong yang dahulu pernah dilakukan oleh pendahulu kita yang seharusnya bisa diwarisi oleh masa sekarang dan masa depan generasi nantinya. Tidak ada lagi bergantungan menyelesaikan persoalan DBD ini hanya dari satu dua pihak saja yang pada hakikatnya ini adalah persoalan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama. Pemerintah desa/kelurahan wajib menjadi penggerak masyarakatnya untuk mulai melaksanakan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar. (*)

Sumber: bangkapos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved