Tribunners

Menguatkan Pertanian sebagai Alternatif Ekonomi Non-pertambangan di Bangka Belitung

Kemudahan dan terjangkaunya harga pupuk bagi petani saat kondisi sekarang, menjadi semangat baru bagi masyarakat pertanian

Editor: suhendri
istimewa
Dr. Darus Altin, S.E., MMSI - Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bangka Belitung  

Oleh: Dr. Darus Altin, S.E., MMSI - Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bangka Belitung 

DALAM tiga bulan terakhir tahun 2024 ini, mulai terlihat  adanya  pergeseran masyarakat dalam mata pencaharian. Bertani sebagai mata pencaharian masyarakat di desa-desa di Bangka Belitung. Pertanian mulai kembali aktif dijalani petani dan dirasakan penting bagi kehidupan ekonomi keluarga.

Kondisi tersebut seiring dengan kemudahan masyarakat mendapatkan pupuk dan mulai naiknya harga jual komoditas pertanian. Berdasarkan observasi lapangan, petani mulai merasakan terjadinya kenaikan harga jual komoditas pertanian seperti karet dan sawit sejak Agustus 2024. Per November  2024, harga jual karet di tingkat petani mencapai Rp9.000 per kilogram dan sawit mendekati harga Rp2.200 per kilogramnya.

Karet termasuk komoditas yang dilakukan masyarakat dari semua kalangan yang mayoritas masyarakat menengah ke bawah melakukan hal tersebut. Jika harga karet tersebut stabil dan terus meningkat, maka masyarakat kalangan bawah tentu akan mendapatkan bagi hasil yang lebih untuk keluarga petani.

Selain itu, petani saat sekarang memperoleh kemudahan pupuk di desanya juga menjadi salah satu faktor penting memicu semangat dalam bertani. Kondisi ini memberikan dampak positif bagi petani dalam peningkatan kapasitas panen melalui pupuk yang mudah diperoleh. Apalagi jika harga pupuk tersebut lebih terjangkau dan lebih murah bagi petani di masa yang akan datang.

Kemudahan dan terjangkaunya harga pupuk bagi petani saat kondisi sekarang, menjadi semangat baru bagi masyarakat pertanian, khususnya di Bangka Belitung. Untuk itu, juga diperlukan penguatan kembali Koperasi Unit Desa (KUD) sebagai wadah bagi petani dan berdampak terhadap perputaran ekonomi desa tersebut. Bumdes yang juga sebagai badan usaha yang dimiliki desa tentunya dapat mengambil peluang ini sebagai bentuk pengembangan bisnis di bidang pertanian.

Geliat ekonomi dari sektor pertanian di kalangan masyarakat petani sebagai bentuk antusias masyarakat bahwa sektor ini dapat menjadi dukungan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Semangat dan antusias tersebut terdorong karena kesulitan masyarakat mencari penghasilan di sektor pertambangan.

Berbicara tentang sektor pertambangan, yang mana imbas dari kejadian kasus korupsi timah akhirnya dapat memberikan alternatif ekonomi bagi masyarakat. Bertani yang mungkin sebagian masyarakat tidak fokus selama ini dan sebagian masyarakat meninggalkan sektor pertanian, mulai kembali bangkit.

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa bertani sudah dilakukan turun-temurun dari sejak dahulu di Bangka Belitung sama halnya dengan sektor pertambangan. Ini menandakan kedua sektor ini sebenarnya sejak dahulu bisa berjalan beriringan.

Sejak dahulunya pertambangan adalah urusan negara yang mengaturnya dan masyarakat  Babel tetap fokus ke pertanian yang dikelolanya.  Kita berharap dalam kondisi sekarang seharusnya kedua sektor ini tetap berjalan beriringan.

Masyarakat yakin dan makin menyadari bahwa suksesnya anak-anak petani yang melanjutkan pendidikan tinggi dikarenakan karena hasil pertanian dalam membiayai pendidikan anaknya. Kita berharap dan optimis ke depannya walaupun sektor pertambangan akan kembali bergeliat, masyarakat juga semakin bergeliat dalam meningkatkan kapasitas hasil pertaniannya. Artinya, masyarakat yang memang pekerjaan awal dan utamanya bertani jangan mudah dan goyah untuk beralih ke sektor pertambangan dengan iming-iming hasil yang besar. 

Biarlah yang mengurusi tambang ada orang dan ada ahlinya, tetapi sebagai petani tetaplah semangat dalam pertanian yang dikelolanya. Optimisme kita bersama, bahwa masa yang akan datang ada harapan baru sektor pertanian bagi masyarakat. Murah dan mudahnya pupuk bagi petani dan tingginya harga jual komoditas pertanian. 

Jika ini terjadi, maka peningkatan generasi selanjutnya akan bertambah daya pikir dan daya dobraknya. Mengenyam dan melanjutkan ke pendidikan tinggi bukanlah hal yang mustahil bagi anak-anak petani. Walaupun pertanian merupakan alternatif ekonomi bagi masyarakat, tetapi secara output akan berimbas bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat masa yang akan datang. Semoga! (*)

Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved