Tribunners

Fenomena Hustle Culture: Antara Motivasi dan Burnout Generasi Muda

Fenomena hustle culture adalah cerminan dari ambisi generasi muda yang ingin meraih mimpi besar di tengah dunia yang penuh persaingan

Editor: suhendri
ISTIMEWA
Tian Rahmat, S.Fil. - Alumnus Filsafat IFTK Ledalero, Flores/Pemerhati Isu-isu Strategis 

Kelelahan jiwa atau burnout menjelma sebagai bayang-bayang tak terelakkan dari kerasnya arus budaya hustle. Dalam buku The Burnout Epidemic (2021), Jennifer Moss menjelaskan bahwa burnout bukan hanya kelelahan biasa, tetapi juga mencakup perasaan sinisme, ketidakberdayaan, dan hilangnya makna hidup.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah mengklasifikasikan burnout sebagai fenomena pekerjaan dalam International Classification of Diseases (ICD-11) pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa dampak hustle culture tidak boleh diabaikan begitu saja. Sebuah studi dari American Psychological Association (2022) menemukan bahwa 79 persen pekerja milenial mengalami gejala burnout, termasuk insomnia, kecemasan, dan depresi. Fakta ini menunjukkan betapa mahalnya harga yang harus dibayar untuk budaya kerja keras yang berlebihan.

Mencari jalan tengah

Hustle culture bukanlah musuh yang harus dihancurkan sepenuhnya, tetapi ia perlu didekati dengan bijaksana. Generasi muda harus belajar membedakan antara motivasi yang sehat dan ekspektasi yang merusak.

Cal Newport, penulis Deep Work: Rules for Focused Success in a Distracted World (2016), menyarankan bahwa produktivitas sejati hanya dapat dicapai dengan fokus yang mendalam dan waktu istirahat yang cukup. ”Kita tak mungkin terus-menerus menekan diri bekerja tanpa membayar mahal dengan terkikisnya ketenangan jiwa dan pikiran.” tulisnya.

Selain itu, perusahaan dan organisasi juga harus mengambil tanggung jawab untuk menciptakan budaya kerja yang lebih sehat. Model kerja yang fleksibel, penghargaan terhadap waktu istirahat, dan program kesejahteraan karyawan dapat menjadi solusi untuk mengurangi dampak negatif hustle culture.

Kesimpulan

Fenomena hustle culture adalah cerminan dari ambisi generasi muda yang ingin meraih mimpi besar di tengah dunia yang penuh persaingan. Namun, ambisi ini harus diarahkan dengan bijak agar tidak berubah menjadi bumerang yang menghancurkan.

Sebagaimana kata Aristoteles, “Kebahagiaan adalah hasil dari tindakan yang seimbang.” Generasi muda harus belajar bahwa kesuksesan sejati tidak hanya diukur dari seberapa keras mereka bekerja, tetapi juga dari seberapa baik mereka menjaga keseimbangan hidup.

Mari kita jadikan fenomena hustle culture sebagai pelajaran berharga untuk menciptakan dunia kerja yang lebih manusiawi, di mana motivasi dan kesejahteraan berjalan seiring. Hanya dengan cara ini, hemat saya kita dapat memastikan bahwa ambisi tidak berubah menjadi kelelahan yang tak berujung. (*)

Sumber: bangkapos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved